Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Group Investigation (GI)
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI)
Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
(GI) adalah model pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil di
mana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, dan
diskusi kelompok, serta mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas (Nur dan
Wikandari dalam Suartawan, 2010). Santyasa
(2007) mengungkapkan “Pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation
(GI) didasari oleh gagasan John Dewey tentang pendidikan,
bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai
laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan
mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi”. Selain itu John Dewey merekomendasikan bahwa sekolah hendaknya diorganisir sebagai sebuah demokrasi
mini (a miniature democracy) yang
mana para siswa dapat berpartispasi dalam pengembangan sistem sosial dan
melalui partisipasi ini mereka lambat laun dapat belajar bagaimana menerapkan
metode ilmiah untuk kesempurnaan masyarakat manusia. John Dewey merasakan bahwa
kegiatan pembelajaran ini merupakan
persiapan terbaik untuk menjadi warga negara yang baik didalam negara
demokratis. Dasar metode pengajarannya adalah menciptakan sebuah kelompok
demokratis yang membahas tentang masalah-masalah sosial antar pribadi. Model
ini dikembangkan pertama kali oleh Herbert Thelen. Selanjutnya Herbert Thelen
mengembangkan metode-metode yang direkomendasikan oleh John Dewey dengan tujuan
pembelajaran bukanlah mempraktekkan dan mempelajari proses demokrasi, tetapi
berupaya memadukan bentuk dan dinamika proses demokrasi dan proses inquiri akademik
ke dalam satu strategi pembelajaran. Herbert Thelen berupaya mencapai situasi
pembelajaran yang berdasarkan pengalaman (an
experienced – based learning situational) yang kondusif terhadap metode
ilmiah dan sangat memungkinkan dapat dipindahkan kedalam situasi-situasi kehidupan di masa
depan.
Konsepsi Herbert Thelen tentang proses demokratis
yang menjadi dasar strategi pembelajarannya berasal dari the social image of man. Pendidikan berasal dari sebuah konsepsi
tentang seorang manusia social (a
conception of a social man). Seorang manusia dengan manusia-manusia lain
membuat aturan dan kesepakatan untuk menciptakan realitas sosial (Rasana,2009:
25-26).
Menurut Winataputra dalam
Wardani (2010) model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) atau investigasi kelompok telah digunakan dalam berbagai
situasi dan dalam berbagai bidang studi dan berbagai tingkat usia. Pada
dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah,
mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang
relevan, mengembangkan dan mengetes hipotesis.
“Investigasi kelompok merupakan model
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit diterapkan”
(Trianto, 2009: 78). Dalam perkembanganya model ini di perluas dan dipertajam
oleh Sharan dari universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa
terlibat dalam perancanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana
jalanya penyelidikan mereka. Pendekatan
ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan
yang lebih terpusat pada guru. Dimana peranan guru dalam pembelajaran ini
adalah sebagai konselor, konsultan, dan kritikus. Guru hendaknya membimbing
siswa untuk memperoleh pengalaman yang meliputi: pemecahan masalah, pengaturan
kelompok, dan membangun pengetahuan sendiri.
“Strategi pembelajaran kooperatif tipe
GI atau kelompok penyelidikan, merupakan strategi kooperatif yang paling
kompleks. Strategi ini cocok digunakan untuk proyek yang terintregrasi dalam
memecahkan suatu masalah” (Dibia, dkk. 2007: 143). Strategi pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation (GI) siswa merencanakan sendiri
topik yang akan diselidiki dari tema umum yang diberikan oleh guru dan
selanjutnya menentukan sendiri cara melakukan penyeledikan. Komunikasi dan
kerjasama yang baik antar anggota kelompok sangat dipentingkan. Peranan guru
disini adalah sebagai fasilitator dan nara sumber. Kooperatif tipe Group
Investigation (GI) digunakan untuk melatih berbagai kemampuan siswa antara
lain, sintesis, analisis, dan mengumpulkan informasi untuk memecahkan suatu permasalahan.
Trianto (2009:78-79) menyatakan ”Dalam kooperatif tipe Group
Investigation (GI) guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen dengan
mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu”. Siswa
memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan
penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep
penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan
keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.
Menurut Zingaro dalam Pande (2009) menyatakan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) memilikin empat
komponen penting yaitu penyelidikan, interaksi, penafsiran, dan motivasi
intrinsik. Penyelidikan mengacu pada fakta bahwa dalam pembelajaran siswa
bersama kelompoknya fokus untuk menyelesaikan tentang masalah yang dibahas
dalam topik tersebut. Interaksi adalah suatu tanda dari semua metoda-metoda
pembelajaran kooperatif, yang diperlukan para siswa untuk mengeksplorasi
gagasan-gagasan dan saling membantu satu sama lain dalam belajar. Penafsiran
terjadi ketika anggota kelompok mengkontruksi dan mengelaborasi pengetahuan
sehingga setiap anggota terhadap kejelasaan gagasan-gagasan materi yang
disampaikan. Motivasi intrinsik diperlukan oleh para siswa dalam proses
investigasi materi pembelajaran.
Menurut Masitoh dalam Hendra (2010) menyatakan model
pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation (GI) dalam prosedur pelaksanaanya sudah lebih kompleks
dibandingkan dengan model belajar kooperatif lainya. Pelaksanaan pembelajaran
melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation (GI) melibatkan siswa
secara langsung dalam perencanaan, baik dalam memilih topik maupun prosedur
atau pun langkah-langkah yang diikuti siswa dalam proses investigasi mereka.
Ada pun
keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).
Model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation (GI) melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model
pembelajaran ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Berdasarkan paparan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation (GI) merupakan suatu model pembelajaran yang sangat baik digunakan untuk melatih berbagai kemampuan
siswa antara lain, sintesis, analisi, dan mengumpulkan informasi/data untuk
memecahkan suatu permasalahan.
B.
Analisis
berdasarkan syarat-syarat model, pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan
dalam model pembelajaran kooperatif tipe GI
a. Sintak
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Group
Investigation (GI)
“Dalam setting
Group Investigation (GI)
siswa dikelompokkan dengan anggota 5-6 orang siswa yang secara heterogen atas
jenis kelamin dan etnik” (Trianto, 2009: 79). Selanjutnya siswa memilih sendiri
topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan
menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang
telah dirumuskan.
Peran guru dalam pembelajaran ini adalah sebagai
konselor, konsultan, kritikus, fasilitator dan narasumber. Guru hendaknya
membimbing siswa untuk memperoleh pengalaman-pengalaman yang meliputi:
pemecahan masalah, pengaturan kelompok, dan membangun pengetahuan sendiri.
Slavin (1995) dalam Astawan menyebutkan enam tahapan GI, yaitu grouping,
planning, investigation, organizing, presenting,
dan evaluating. Tahapan-tahapan secara detail adalah sebagai berikut.
1) Pengelompokkan
(grouping), yaitu tahap mengidentifikasi topik dan mengelompokkan siswa
dalam kelompok-kelompok investigasi. Kegiatan siswa dan guru pada tahap ini
adalah sebagai berikut.
a) Siswa
mengamati sumber, memilih topik, dan memutuskan kategori-kategori topik
permasalahan.
b) Siswa
bergabung dalam kelompok untuk mempelajari topik yang mereka pilih.
c) Guru
membantu dalam mengumpulkan data dan mengatur pembentukan kelompok.
2) Perencanaan
(planning), yaitu tahap-tahap pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada
tahap ini, seluruh siswa bersama-sama merencanakan tentang:
a) Apa
yang akan mereka pelajari?
b) Bagaimana
mereka belajar?
c) Bagaimana
pembagian tugas dalam kelompok?
d) Untuk
tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?
3) Penyelidikan
(investigation), yaitu tahap pelaksanaan penyelidikan. Pada tahap ini
siswa melakukan kegiatan sebagai berikut.
a) Siswa
mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan terkait
dengan permasalahan yang diselidiki.
b) Masing-masing
anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok.
c) Siswa
saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mempersatukan ide dan
pendapat.
4) Pengorganisasian
(organizing), yaitu tahap persiapan laporan. Pada tahap ini, kegiatan
siswa adalah sebagai berikut.
a) Anggota
kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam projeknya masing-masing.
b) Anggota
kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana cara
mempresentasikannya.
c) Wakil
dari masing-masing kelompok membentuk perencanaan panitia diskusi kelas
(menentukan siswa sebagai pemimpin, moderator, dan notulis) dalam presentasi
hasil investigasi.
5) Presentasi
(presenting), yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan belajar di
kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut.
a) Penyajian
kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian.
b) Kelompok
yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar (audiens).
c) Pendengar
mengevaluasi, mengklarifikasi, dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan
terhadap topik yang disajikan.
6) Penilaian
(evaluating), yaitu penilaian proses kerja dan hasil projek siswa. Pada
tahap ini, kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
a) Siswa
menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka
lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya.
b) Guru
dan siswa berkolaborasi mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
c) Penilaian
prestasi belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
b. Sistem
Sosial Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI)
Sistem sosial dimulai dari keputusan-keputusan yang
dikembangkan dari pengalaman-pengalaman tiap anggota kelompok didalam
batasan-batasan dan hubungan fenomena yang diidentifikasi oleh guru sebagai
objek-objek penelitian. Guru dan siswa memiliki status yang sama kecuali dalam
perbedaan-perbedaan peran. Karena guru berperan sebagai fasilitator yang
membimbing siswa apabila menemukan kesulitan dalam kelompok.
c.
Prinsip-Prinsip Reaksi Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI)
Guru berfungsi sebagai seorang konselor akademik. Ia
berupaya membuat kondisi belajar, agar para siswa benar-benar belajar sesuai
dengan tuntutan inkuiri; yaitu perumusan dan pemecahan masalah, kesadaran
terhadap metode, menejemen kelompok, makna pribadi, dan refleksi.
d.
Sistem Dukungan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group
Investigation (GI)
Sistem dukung
dalam pembelajaran ini perlu disesuaikan denga kebutuhan belajar. Sistem dukung
yang diperlukan bisa berupa buku-buku yang tersedia di perpustakaan dan tidak
tertutup kemungkinan untuk mengajak para siswa ke luar sekolah untuk melakukan
investigasi.
e. Dampak instruksional Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI)
Dampak
intruksional adalah hasil belajar yang
dicapai atau yang berkaitan langsung dengan materi pembelajaran. Adapun dampak
intruksional dari model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah:
·
Pandangan kontruksionis tentang
pengetahuan
·
Penelitian yang berdisiplin
·
Proses dan keteraturan kelompok
yang efektif
Dampak pengiring
adalah hasil belajar iringan yang dicapai sebagai akibat dari penggunaan model
pembelajaran tertentu. Adapun dampak pengiring dari model pembelajaran
kooperatif tipe GI yaitu:
·
Kehangatan dan keterikatanantara
manusia
·
Komitment terhadap penelitian
social
·
Kemerdekaan sebagai pelajar
·
Menghormati hak azasi manusia dan
komitmen terhadap keanekaragaman
Dampak
instruksional dan pengiring dari model pembelajaran investigasi kelompok
(Suherman, 1992: 64 dalam pande), dapat dilukiskan dalam Gambar berikut:
(Rasana, 2009:
28-29)
Sintaks |
Fase
pertama: dipertemukan dengan situasi yang membingungkan (dirancang atau
tidak). Fase kedua: eksplorasi reaksi-reaksi terhadap situasi. Fase
ketiga: merumuskan dan mengorganisasikan tugas dalam pembelajaran (definisi
masalah, peran, dan sebagainya). Fase
keempat: kebebasan dan studi kelompok. Fase
kelima: analisis kemajuan dan proses. Fase keenam: perputaran kegiatan
kembali. |
Prinsip-Prinsip
Reaksi |
Guru
berperan sebagai fasilitator (membantu siswa dalam merumuskan rancangan,
tindakan, mengelola kelompok) dan persyaratan inkuiri (kesadaran terhadap
metode). Berfungsi sebagai konselor akademik. |
Sistem
Sosial |
Proses
demokratis, misalnya keputusan kelompok. Struktur eksternal rendah.
Kebingungan harus adil. Pertukaran otentik adalah esensial. Suasana
berdasarkan alasan dan negosiasi. |
Sistem
Dukungan |
Lingkungan
harus mampu memberikan respons terhadap berbagai tuntutan siswa. Guru dan
siswa harus mampu mengumpulkan apa yang mereka perlukan ketika mereka
memerlukannya. |
C. Pendekatan yang sesuai
digunakan didalam model pembelajaran kooperatif tipe GI
Pendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang berujuk pada pandangan tertentu
terjadinya suatu proses yang bersifat masih sangat umum, didalamnya mewadahi,
menginspirasikan, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoritis tertentu (Sanjaya, 2006:127).
Pendekatan yang digunakan pada model pembelajaran kooperatif tipe
GI adalah pendekatan inquiri,
pendekatan kontekstual, dan pendekatan kelompok.
1. Pendekatan
Inquiri
Pendekatan
inquiri adalah suatu pendekatan pembelajaran yang cara penyajian pelajaran yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan
atau tanpa bantuan guru. Aktivitas belajar mengajar berpusat pada siswa.
Peranan guru hanya menyiapkan bagi siswa bahan stimulus dalam bentuk kata,
gambar, atau suara untuk dipikirkan dengan minimal bimbingan guru proses
belajar mengajar seperti ini lebih menekankan proses berpikir dari pada
menghafal. Pendekatan ini dapat menstimulasi kreatifitas siswa. Pendekatan
inquiri dapat melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental dalam rangka
penemuan informasi.Dengan pendekatan inquiri siswa dimotivasi untuk aktif
berpikir, melibatkan diri dalam kegiatan dan mampu menyelesaikan tugas sendiri.
2. Pendekatan
Kontekstual
Pendekatan
kontekstual adalah suatu pandekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari
dan menghubungkan dengan situasi kehiduoan nyata.
3. Pendekatan
Kelompok
Pendekatan
kelompok adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan
cara mengelompokkan anak didiknya sesuai dengan criteria demi tercapainya
kegiatan belajar mengajar. Guru dapat memanfaatkan pendekatan kelompok demi
kepentingan pengajaran pada umunnya dan pengelolaan kelas pada khususnya.
D.
Metode
yang sesuai digunakan didalam model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI)
Berdasarkan
dari analisis yang saya lakukan, adapun metode-metode yang digunakan pada model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation (GI), yaitu sebagai berikut.
Metode
diskusi adalah
cara penyajian pelajaran, dimana siswa –siswa dihadapkan kepada suatu masalah
yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematic untuk
dibahas dan dipecahkan bersama. Didalam diskusi ini proses belajar mengajar
terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat saling
tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah (Syaiful Bahri dan
Aswan, 2010:87-88).
Adapun kelebihan dan kelemahan dari
metode penugasan adalah sebagai berikut:
a.
Kelebihan metode diskusi
-
Merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan,
prakarsa, dan trobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
-
Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
-
Memperluas wawasan.
-
Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam
memecahkan suatu masalah.
b. Kekurangan metode diskusi
-
Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu
yang panjang.
-
Tidak dapat dipakai pada kelompok besar.
-
Peserta mendapatkan informasi yang terbatas.
-
Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau
ingin menonjolkan diri.
2. Metode
Pengamatan (observasi)
Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk
mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang
terstandar Metode observasi dilakukan dengan melaksanakan pengamatan langsung
terhadap cara guru mengajar dan perilaku siswa dalam pembelajaran (Arikunto,
1989:177 dalam Pande).
3. Metode
Penugasan
Metode
Penugasan
adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar. Misalnya tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat
dilakukan didalam kelas, dihalaman sekolah, dilaboratorium, diperpustakaan,
dirumah, atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan. Metode ini diberikan
karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit.
Metode penugasan biasanya merangsang anak untuk aktif dalam belajar, baik
secara individu maupun kelompok. Karena itu, tugas dapat diberikan secara
individual atau secara kelompok. (Saiful Bahri dan Aswan,2010:85).
Adapun
kelebihan dan kelemahan dari metode penugasan adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan dari metode penugasan
- Lebih
merangsang siswa dalam melakukan aktifitas belajar individual atau kelompok.
-
Dapat
mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru.
-
Dapat
membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
-
Dapat
mengembangkan kreatifitas siswa.
b. Kekurangan dari metode penugasan
-
Siswa
sulit dikontrol, apakah benar dia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain.
-
Khusus
untuk tugas kelompok tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya
adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainya tidak berfartisipasi
dengan baik.
-
Tidak
mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
-
Sering
memberikan tugas yang monotun (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan
siswa.
4. Metode
Tanya Jawab
Metode
Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada
guru. Metode Tanya jawab adalah yang tertua dan banyak digunakan dalam proses
pendidikan baik dilingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah (Saiful Bahri dan Aswan 2010).
Adapun kelebihan dan kelemahana dari metode tanya jawab
anatara lain :
a. Kelebihan dari metode tanya jawab
-
Pertanyaan dapat
menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika siswa sedang ribut.
-
Merangsang siswa untuk
melatih dan mengembangkan daya pikir.
-
Mengembangkan
keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
b. Kekurangan
dari metode tanya jawab
-
Siswa merasa takut apa
bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani, dengan menciptakan sesuatu
yang tidak tegang melainkan suasana keakraban.
-
Tidak mundah pertanyaan
yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami siswa.
-
Waktu sering banyak
terbuang terutama apa bila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua
atau tiga orang.
-
Dalam jumlah siswa yang
banyak tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setia siswa.
5. Metode
Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah metode mengajar dengan
mengkondisikan peserta didik dalam suatu kelompok sebagai suatu kesatuan dan
diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut (Sriyono, 1992:121). Pada
model pembelajaran GI, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6
orang untuk menyelesaikan permasalahan tertentu.
E.
Simpulan
Dari
pembahasan diatas maka dapat ditarik
beberapa simpulan, yaitu sebagai berikut.
1. Model
pembelajaran Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
adalah model pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil di mana
siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, dan diskusi
kelompok, serta mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas (Nur dan Wikandari
dalam Suartawan, 2010). Model pembelajaran Pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation (GI) merupakan suatu model pembelajaran yang
sangat baik digunakan untuk melatih berbagai kemampuan
siswa antara lain, sintesis, analisi, dan mengumpulkan informasi/data untuk
memecahkan suatu permasalahan.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) merupakan sebuah model pembelajaran karena di dalamnya
mengandung unsur-unsur, sebagai berikut.
a.
Langkah-langkah penerapan
Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
b.
Prinsip reaksi Model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
c.
Sistem sosial Model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
d.
Sistem pendukung Model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
e.
Memiliki dampak
instruksional dan dampak pengiring Model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
3.
Pendekatan yang
digunakan dalam Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI), yaitu
pendekatan kontekstual, pendekatan inquiri dan pendekatan kelompok. Karena pendekatan ini
dapat mengaktifkan siswa.
4.
Metode-metode yang
digunakan pada model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation (GI), yaitu
sebagai berikut.
a. Metode Diskusi. d. Metode Penugasan
b.
Metode Tanya
jawab. e. Metode Kerja Kelompok
c. Metode Pengamatan/Observasi.
0 komentar:
Posting Komentar