Minggu, 18 April 2021

Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Pembelajaran 2.2

 




Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Pembelajaran 2.2

Studi kasus 1:

Ibu Yuni adalah salah satu guru SMP favorit yang selalu diincar oleh para orang tua.  Sekolah tersebut juga selalu menduduki peringkat I rerata perolehan nilai UN. Murid-murid begitu kompetitif memperoleh nilai ulangan dan prestasi lainnya, dan dalam keseharian proses belajar mengajar, murid terlihat sangat patuh dan tertib. Bahkan, ada yang bergurau bahwa murid di sekolah favorit tersebut tetap antusias belajar meskipun jam kosong.

Keadaan berubah semenjak regulasi PPDB Zonasi digulirkan.  Ibu Yuni mulai sering marah-marah di kelas karena karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen.  Sering terdengar, meja guru digebrak oleh Ibu Yuni karena kondisi kelas yang susah dikendalikan. Apalagi, jika murid-murid tidak kunjung paham terhadap materi pelajaran yang Ibu Yuni jelaskan.  Seringkali, begitu keluar dari kelas, raut muka Ibu Yuni merah padam dan kelelahan.  Suatu hari, ada laporan berupa foto dari layar telepon genggam yang menunjukkan tulisan tentang Ibu Yuni menjadi bulan-bulanan murid-murid di grup WhatsApp.

Beberapa murid dipanggil oleh Guru BK.  Ibu Yuni juga berada di ruang konseling saat itu, beliau marah besar dan tidak terima penghinaan yang dilontarkan lewat pesan WA murid-muridnya. Bahkan, beliau memboikot, tidak akan mengajar jika murid-murid yang terlibat pembicaraan tersebut tidak dikeluarkan dari sekolah. Kasus tersebut terdengar pula oleh guru-guru sekolah non favorit. “Saya mah sudah biasa menghadapi murid nakal dan bebal.” Kata Bu Siti, yang mengajar di sekolah non favorit.


Pertanyaan

Bagaimana Anda melihat kasus Ibu Yuni ini? Hubungkan dengan segala aspek yang bisa didiskusikan dari materi modul ini

Saya melihat kasus Ibu Yuni sebagai contoh Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based thinking). Pendekatan ini akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan terlihat dengan cara pandang negatif. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar. Seperti kasus Ibu Yuni tersebut. Selama ini, Ibu Yuni mengajar di sekolah favorit dengan infut siswa yang bagus sehingga lebih mudah untuk mengatur, lebih patuh, dan tertib karena kebiasaan dan karakter tersebut sudah tertanam dalam jiwa siswanya. Hal ini membuat beliau lebih mudah dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Namun, ketika regulasi PPDB digulirkan, Ibu Yuni mulai merasa kesulitan karena infut siswa sangat heterogen dari berbagai bidang. Beliau sering marah-marah karena belum siap menerima kenyataan bahwa karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen. Ibu Yuni melihat kenyataan ini dari kekurangan/kenakalan murid tersebut. Sebenarnya, di sinilah tantangan menjadi seorang guru. Andaikata beliau lebih bijak dalam melihat permasalahannya, sebenarnya permasalahan Ibu Yuni dapat diselesaikan dengan menerapkan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). Pendekatan ini menekankan pada nilai, prinsip, dan cara berpikir mengenal dunia. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Adapun aset yang dimiliki oleh Ibu Yuni adalah modal manusia, modal sosial, dan modal fisik. Modal manusia dalam hal ini adalah Ibu Yuni sendiri dan murid-muridnya. Ibu Yuni dapat mengidentifikasi kelebihan/kekuatan yang beliau dan muridnya miliki sehingga kelebihan/kekuatan tersebut dapat menjadi modal untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran yang dihadapi. Modal sosial dapat berupa kesepakatan kelas agar proses pembelajaran berjalan kondusif. Kemudian, terkait modal fisik, Ibu Yuni dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah sehingga dapat diterapkan inovasi pembelajaran yang dapat membantu beliau dalam memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik kepada murid-muridnya. Dengan mengenali aset/sumber daya yang dimiliki,saya yakin Ibu Yuni akan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi. Bu yuni harus siap keluar dari zona nyaman dan mau menerima perubahan serta mau mengasah diri lagi untuk menghadapi tantangan.


Kasus 2:

Pak Parjo, guru yang dicintai para muridnya. Cara mengajarnya hebat, ramah, dan menyayangi murid layaknya anak sendiri.  Suatu ketika, Dinas Pendidikan daerah membuka lowongan pengawas sekolah. Kepala Sekolah merekomendasi Pak Parjo untuk mendaftar seleksi calon pengawas sekolah.   Kepala sekolah memilih Pak Parjo untuk mengikuti seleksi karena selain berkualitas, dewan gurupun begitu antusias mendukung Pak Parjo mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.

Secara portofolio, penghargaan kejuaraan perlombaan guru, karya alat peraga berbahan limbah yang Pak Parjo ikuti selalu bisa sampai mendapatkan penghargaan lomba tingkat nasional.  Kecerdasannya pun juga luar biasa di mana nilai Uji Kompetensi Gurunya (UKG) bisa mencapai nilai 90, Namun, Pak Parjo justru merasa sedih direkomendasikan kepala sekolahnya mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.


Pertanyaan

Bagaimana pendapat Anda mengenai sikap Parjo? Apabila Anda sebagai Kepala Sekolah, apa yang bisa Anda lakukan?

Menurut Saya, Pak Parjo seharusnya dapat memberikan pertimbangan dan alasan yang tepat kepada kepala sekolah. Memang tindakan yang diambil oleh Pak Parjo sudah tepat karena beliau dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Artinya, beliau masih ingin mengembangkan dirinya menjadi guru yang lebih berkualitas dan bermanfaat bagi komunitas (sekolah). Apabila Saya sebagai Kepala Sekolah, terlebih dahulu saya akan melakukan komunikasi dan menanyakan secara langsung terkait kesiapan Pak Parjo apakah beliau bersedia jika direkomendasikan untuk mengikuti seleksi calon pengawas sekolah. Jadi, dalam kasus ini, hal yang terpenting dilakukan adalah berkomunikasi. Ketika berkomunikasi dengan orang lain, tidak selalu apa yang kita harapkan akan berjalan dengan lancar. Ada saja hambatan yang datang dan sering kali hasil komunikasi tersebut tidak dapat memuaskan semua orang. Hal ini dapat terjadi karena sikap berkomunikasi yang berbeda satu sama lain, dan tidak semua orang dapat secara mudah mengungkapkan apa yang ada di benaknya dengan tepat. Kita perlu memahami tipe umum manusia berkomunikasi agar kita dapat memberikan  respon yang tepat.


Dari kedua kasus di atas berada di zona nyaman adalah masalah kebiasaan, situasi tak selamanya akan sama. Terkadang tidak bisa memilih karena keadaan dan tuntutan yang harus dilaksanakan. Kecepatan adaptasi berbeda, namun wajib bisa. Ideal adalah halusinasi harapan.

Salam guru penggerak
Indonesia maju

1 komentar:

  1. SANGAT BAGUS SEKALI PAPARANNYA, SUKSES SELALU GURU PENGGERAK INDONESIA
    \

    BalasHapus