Senin, 05 April 2021

REFLEKSI TERBIMBING MODUL 3.1.a.6 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 Salam dan Bahagia

Berikut ini refleksi terbimbing saya dari mempelajari modul 3.1 materi Pengambilan keputusan sebagai pemimpin Pembelajaran.




Pertanyaan pemantik untuk sesi pembelajaran ini:
Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

Jawaban : Pendidikan secara umum bertujuan membantu manusia menemukan akan hakikat kemanusiaannya. Maksudnya, pendidikan harus mampu mewujudkan manusia seutuhnya. Pendidikan berfungsi melakukan proses penyadaran terhadap manusia untuk mampu mengenal, mengerti, dan memahami realitas kehidupan yang ada di sekelilingnya hingga dapat berperilaku sesuai realitas kehidupan. Dengan adanya pendidikan, diharapkan manusia mampu menyadari potensi yang ia miliki. Potensi yang dimiliki contohnya SQ (Spiritual Quotient atau Kecerdasan Spiritual) agar setiap tindakannya dilandasi keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. EQ (Emotional Quotient atau Kecerdasan Emosi) agar manusia mampu mengendalikan emosinya, memahami perasaan orang lain. IQ (Intelligence Quotient atau Kecerdasan Inteligensi) agar manusia memiliki kemampuan berhitung, kemampuan verbal, kemampuan membedakan, dan membuat prioritas. SocQ (Social Quotient atau Kecerdasan Sosial) agar manusia senang berkomunikasi, berteman, menolong, membuat orang lain bahagia, dan bekerja sama. Potensi-potensi yang diperoleh dari pendidikan mengantarkan manusia untuk berpikir dalam pengambilan tindakan sesuai keadaan.
 
JUDUL REFLEKSI
DILEMA MENDEWASAKAN KITA MENGAMBIL KEPUTUSAN

Dari tujuh buah soal, saya memutuskan untuk memilih empat soal berikut ini pada sesi refleksi.

Soal 1 : Bagaimana/sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Jawaban:
Pemahaman saya tentang dilema etika adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral adalah Situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.
Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup yang disebut sebagai paradigmadalam pengambilan keputusan. Secara umum paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika ada 4 seperti di bawah ini: 
  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) 
Prinsip pengambilan keputusan ada tiga, yaitu
  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) ditentukan dengan konsekuensi atau hasil dari suatu tindakan.
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) menentukan keputusan berdasarkan peraturan yang telah dibuat
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) prinsipnya “Lakukan kepada orang lain seperti yang Anda ingin mereka lakukan kepada Anda." Dengan kepedulian terhadap sesama kita akan menjadi lebih peka dan bersimpati.
Sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan
  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. 
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
  4. Pengujian benar atau salah, yang meliputi uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan Koran, uji panutan/idola.
  5. Pengujian paradigma benar lawan benar
  6. Melakukan prinsip resolusi
  7. Investigasi opsi trilema
  8. Buat keputusan
  9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan
Hal-hal yang menurut saya di luar dugaan adalah keputusan tersebut diambil dari sudut pandang siapa akan berbeda dalam setiap kasusnya. Disamping itu kita kurang objektif dalam membuat keputusan dan agak ragu-ragu serta keputusannya keliru.

Soal 2: 
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema? Kalau pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Jawaban: sebelum mempelajari modul ini seringkali saya sebagai guru mengalami dilema terhadap berbagai situasi sulit di sekolah. Saya sudah mengambil keputusan yang kiranya efektif dan baik bagi saya selaku orang yang mengalami dilema dan baik bagi orang lain yang terkait dengan situasi yang saya alami. Namun dengan mempelajari modul ini saya menjadi tahu  bahwa terdapat Sembilan langkah untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang harus saya pikirkan matang-matang dan temukan jawabannya dari situasi saya. Sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan
  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. 
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
  4. Pengujian benar atau salah, yang meliputi uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan Koran, uji panutan/idola.
  5. Pengujian paradigma benar lawan benar
  6. Melakukan prinsip resolusi
  7. Investigasi opsi trilema
  8. Buat keputusan
  9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan
Soal 3: 
Bagaimana dampak mempelajari materi ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Jawaban: 
sebelumnya saya kurang memperhitungkan paradigm apa yang terjadi dalam dilema saya setelah saya belajar modul dampaknya saya menyadari apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi saya, bahwa ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting bagi saya. Perubahan yang terjadi pada cara saya mengambil keputusan adalah mengenali terlebih dahulu apa masalahnya?, masalah siapa ini? Paradigma apa yang terjadi dalam situasi ini?. sebelum mengambil keputusan saya berpikir menggunakan tiga prinsip pengambilan keputusan,   dan Sembilan langkah pengambilan keputusan. 

Soal 4 : 
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?

Jawaban:
Saya sebagai guru, merupakan pemimpin pembelajaran bagi murid dan  bagian dari stakeholder di sekolah. Akan banyak situasi disekolah yang akan terselesaikan dengan efektif setelah mengetahui dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemban salah satu tugas tersulit, yaitu mengambil suatu keputusan yang efektif. Keputusan-keputusan ini, secara langsung atau tidak langsung bisa menentukan arah dan tujuan institusi atau lembaga tempat saya menjalankan tugas keprofesian saya.
 

Catatan Penting.

DILEMA GULA DAN KOPI

Jika kopi terlalu pahit, siapa yang disalahkan ?Gula yang disalahkan karena terlalu sedikit hingga “rasa” kopi pahit. Jika kopi terlalu manis, siapa yang disalahkan Gula lagi karena terlalu banyak hingga “rasa” kopi manis.Jika takaran kopi & gula balance siapa yang dipuji? Tentu semua berkata kopinya mantap.Kemana gula yang mempunyai andil mendapat “rasa” kopi menjadi mantap. Mari iklas seperti “gula” yang larut tak terlihat tapi sangat bermakna.Gula pasir memberi rasa “manis” pada kopi tapi orang ,menyebutnya “kopi manis” bukan “kopi gula”….Gula pasir memberi rasa “manis” pada teh tapi orang menyebutnya “teh manis” bukan “ teh gula”…….Gula pada “Roti” orang menyebutnya “roti manis” bukan “roti gula”….Orang menyebut sirup pandan, sirup apel, sirup jambu …. padahal bahan dasarnya “gula” tapi “gula” tetap iklas larut dan memberi rasa manis.Tetapi bila berhubungan dengan sakit baru gula disebut “ Penyakit Gula” Begitulah “HIDUP” kadang kebaikan yang kita tanam tak pernah disebut orang ….. tapi “KESALAHAN” dibesar besarkan…….

IKHLAS lah seperti GULA
LARUTLAH seperti GULA
SEMANGATLAH memberi KEBAIKAN
SEMANGATLAH menyebar KEBAIKAN
Karena “KEBAIKAN” tidak untuk “DISEBUT” tapi “DIRASAKAN”… 

begitu pula dengan GURU PENGGERAK, kita mungkin kelihatan biasa-biasa saja namun PERUBAHAN YANG LUAR BIASA AKAN KITA PERSEMBAHKAN UNTUK KEMAJUAN DUNIA PENDIDIKAN KITA....



0 komentar:

Posting Komentar