Sebagai seorang guru tentunya Anda sering menjumpai banyak kasus terkait murid. Kasus-kasus tersebut seringkali menjadi penghambat kemajuan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, respon cepat dari Anda sangat diperlukan. Dan untuk melakukan respon cepat itu, seorang guru harus melakukan coaching. Untuk memberikan bayangan tentang konsep coaching, simaklah video berikut ini :
Dalam sesi ini, penulis akan sharing paparan umum terkait coaching yang mencakup :
1. Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan
2. Komunikasi Yang Memberdayakan
3. TIRTA Sebagai Model Coaching.
KONSEP COACHING DALAM KONTEKS PENDIDIKAN
Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu peran seorang coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah.
Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar. Masih terkait dengan kemerdekaan belajar, proses coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya. Murid kita di sekolah tentunya memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan. Pengembangan potensi inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching.
Coaching, memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. JIka proses coaching berhasil dengan baik, masalah-masalah pembelajaran atau masalah eksternal yang mengganggu proses pembelajaran dan dapat menurunkan potensi murid akan dapat diatasi. Mengingat pentingnya proses coaching ini sebagai alat untuk memaksimalkan potensi murid, guru hendaknya memiliki keterampilan coaching. Keterampilan coaching ini sangat erat kaitannya dengan keterampilan berkomunikasi.
PENGERTIAN COACHING
Dari sejumlah referensi didapat beberapa pengertian mengenai coaching. Para ahli mendefinisikan coaching sebagai :
• sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis,
dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran
diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999)
• kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih
kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya (Whitmore, 2003)
Selain definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli yang telah disebutkan di atas, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai: “…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.” Dari definisi ini, Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu:
1. Kemitraan.
Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Untuk membantu
coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara maksimal tanpa
memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.
2. Memberdayakan.
Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya. Dalam hal ini, dengan sesi
coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach menginspirasi
coachee untuk menemukan jawabanjawaban sendiri atas permasalahannya.
3. Optimalisasi.
Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya memastikan jawaban yang
didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.
PERBEDAAN ANTARA COACHING, MENTORING DAN KONSELING DALAM KONTEKS PENDIDIKAN
DEFINISI MENTORING
Stone (2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru,
pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk
membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Sedangkan Zachary
(2002) menjelaskan bahwa mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal,
memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan yang bijak dan membantu mentee untuk
membuat perubahan.
DEFINISI KONSELING
Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara
konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Rogers (1942) dalam
Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan rangkaian-rangkaian
kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan
dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. dari coaching.
Jika Anda memperhatikan definisi-definisi mengenai mentoring dan konseling, kemudian membandingkannya dengan coaching, maka Anda dapat melihat perbedaan-perbedaan di antara ketiga metode pengembangan diri tersebut. Untuk lebih mudahnya, mari kita lihat tabel perbedaan antara coaching, mentoring, dan konseling berikut ini :
Terkait perbedaan antara coaching, mentoring, dan konseling, dapat disimak dalam video berikut ini :
KOMUNIKASI YANG MEMBERDAYAKAN
Komunikasi adalah tentang diri kita, berawal dari dalam kita dan melalui kita. Komunikasi merepresentasikan keinginan diri kita untuk memiliki arti dan memberikan arti bagi kehidupan. Makna komunikasi menjadi lebih luas dan dalam ketika ada keinginan dari dalam diri manusia yang mendorong komunikasi mereka untuk menjadi lebih berdampak bagi kehidupan baik sang pemberi pesan ataupun penerima pesan, yakni komunikasi yang memberdayakan potensi setiap pihak sehingga dapat menghasilkan perubahan arti kehidupan. Komunikasi yang sedemikian dapat membentuk relasi, menciptakan kenyamanan, dan menghasilkan kreativitas serta kemerdekaan.
Unsur utama yang mendasari prinsip komunikasi yang memberdayakan, terbagi menjadi empat, diantaranya :
1) Hubungan saling mempercayai.
2) Menggunakan data yang benar.
3) Bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi.
4) Rencana tindak lanjut atau aksi.
Aspek berkomunikasi yang perlu kita pahami dan kita latih untuk mendukung praktik Coaching kita ada empat, yaitu :
A. Komunikasi asertif
B. Pendengar aktif
C. Bertanya efektif
D. Umpan balik positif
Untuk lebih jelasnya tentang Komunikasi asertif, mari kita simak video berikut ini :
Untuk lebih jelasnya tentang Bertanya efektif, mari kita simak video berikut ini :
TIRTA SEBAGAI MODEL COACHING.
Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan pembinaan. Hal ini penting mengingat tujuan pembinaan yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.
TIRTA kepanjangan dari
T : Tujuan
I : Identifikasi
R : Rencana aksi
TA : Tanggung jawab
Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah udara, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.
Untuk lebih memahami konsep coaching Model TIRTA, simaklah video berikut ini :
Demikianlah paparan penulis mengenai Modul 2.3. Mohon masukan, kritik dan sarannya, demi perbaikan di postingan berikutnya..
Terimakasih.
0 komentar:
Posting Komentar