Minggu, 30 Mei 2021

3.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

 Tujuan Pembelajaran Khusus:  

CGP mampu menarik kesimpulan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 3.3 dalam berbagai media.

Panduan Pertanyaan untuk membuat Koneksi Antarmateri:

  • Hal-hal menarik yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan bagaimana benang merah yang bisa Anda tarik dari keterkaitan antarmateri yang diberikan dalam modul 3.3?
  • Apakah kaitan antara pemetaan sumber daya dengan perencanaan program sekolah yang berdampak pada murid? 
  • Adakah materi dalam modul lain/paket modul lain yang berhubungan dengan materi dalam modul 3.3. ini? Jabarkanlah jika ada. 
  • Bagaimana kaitan dari semua materi tersebut dengan peran Anda sebagai guru penggerak?
Hal-hal menarik yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini adalah 
tBAGJA : merupakan kontekstualisasi dari konsep 5D; akronim dari B (Buat pertanyaan); A (Ambil pelajaran) ; G (Gali mimpi) ; J (Jabarkan rencana); dan A (Atur Eksekusi).

MELR : suatu strategi yang digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi program sekolah. MELR merupakan akronim dari Monitoring, Evaluation Learning and Reporting.

Dalam dunia pendidikan kita mengenal istilah manajemen pendidikan yang dilakukan sekolah untuk mengembangkan mutu sekolah, manajemen risiko merupakan salah satu hal wajib yang harus dilakukan dalam merencanakan program sekolah. Manajemen risiko haruslah menjadi satu kesatuan bagian yang tak terpisahkan dari pelaksanaan sistem manajemen di sekolah. Labombang (2011: 39) berpendapat bahwa walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai rencana. Dalam Prinsip Dasar Manajemen risiko (2019:3) Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan; penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko. Risiko dalam sebuah program merupakan sebuah langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi segala sesuatu yang kemungkinan besar dapat terjadi, termasuk juga dalam merencanakan dan melaksanakan program pendidikan.

Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan wajib melakukan rangkaian analisis dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan dan mengevaluasi risiko yang mungkin timbul dari pelaksanaan program sekolah. Risiko tidak dapat dihindari tetapi dapat dikelola dan dikendalikan karena apabila risiko tidak dikelola dengan baik maka akan mengakibatkan kerugian serta hambatan, sehingga program sekolah yang telah direncanakan tidak berjalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya apabila risiko dapat dikelola dengan baik maka sekolah dapat meminimalisir segala kerugian yang dapat menghambat jalannya program sekolah yang telah direncanakan. Risiko merupakan sesuatu yang memiliki dampak terhadap pencapaian tujuan organisasi. Beberapa tipe risiko di lembaga pendidikan, meliputi, Risiko Strategis, merupakan risiko yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi mencapai tujuan, Risiko Keuangan, merupakan risiko yang mungkin akan berakibat berkurangnya aset, Risiko operasional, merupakan risiko yang berdampak pada kelangsungan proses manajemen, Risiko pemenuhan, merupakan risiko yang berdampak pada kemampuan proses dan prosuderal internal untuk memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku, dan Risiko Reputasi, merupakan risiko yang berdampak pada reputasi dan merek lembaga. (Princewatercoper, 2003)

Pada akhirnya perubahan-perubahan yang dilakukan sekolah akan menimbulkan suatu risiko, namun tidak melakukan perubahan pun merupakan sebuah risiko oleh karena itu setiap sekolah harus mengidentifikasi risiko dan merencanakan pengelolaannya. Apabila semua sekolah dapat menerapkan manajemen risiko maka setiap kerugian akan dapat diminimalisir. Adapun tahapan manajemen risiko adalah sebagai berikut:
  1. identifikasi jenis risiko, 
  2. pengukuran risiko, 
  3. melakukan strategi dalam pengendalian risiko 
  4. melakukan evaluasi terus-menerus, maju dan berkelanjutan.

Untuk membuat program yang berdampak pada murid, sekolah harus memperhatikan manajemen risiko serta sumber daya sekolah yang mendukung kegiatan yang berdampak pada murid. Sekolah memang harus memetakan terlebih dahulu kekuatan aset yang ada di sekolah sesuai dengan materi yang ada pada modul 3.2 yang telah lewat. Setelah itu pada modul ini sekolah memperhatikan risiko apa yang terjadi kalau melakukan progam-progam yang ingin dilakukan. Setiap program pasti memiliki risiko masing-masing, namun di sini kita belajar bagaimana meminimalisir risiko yang akan terjadi ini. Dengan adanya modul 3.3 ini sekolah sudah menerawang ke masa depan kira-kira risiko apa yang terjadi apabila melakukan program ini di sekolah.

Manfaat dari pemetaan tadi selain menerawang risiko, pemetaan juga berguna untuk menetukan program apa yang dilakukan di sekolah. Misalnya di sekolah saya yang berada di daerah yang tenang dan ada kebun kecil milik warga di depan sekolah. Sekolah bisa membuat program tentang belajar di alam bersama siswa. Sekolah saya juga berada di daerah dekat Pasar Lubuk Buaya. Sehingga banyak karakter siswa yang kurang cocol terjadi di sekolah. Sekolah bisa membuat program mengenai perbaikan karakter siswa di sekolah. Misalnya bagaimana sikap kita ketika masuk ke dari gerbang sekolah, apabila melihat guru berdiri di gerbang apa yang dilakukan, cara kita memberikan salam dan menyapa guru. Itu semua berhubungan dengan karakter yang akan dibangun di sekolah dan dibuatkan programnya.

Selain berkaitan dengan modul 3.2, modul ini juga berkaitan dengan visi dan misi sekolah yang kita pelajari pada modul 1.3. sekolah telah membuat dan merancang visi dan misi sekolah bersama kepala sekolah pada saat lokakarya 3. Untuk mewujudkan visi dan misi ini maka sekolah harus merancang sebuah program yang menunjang visi dan misi ini. Sekolah memetakan kelebihan aset yang ada di sekolah, kemudian merancang program-program apa yang akan dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi tersebut. Setelah itu, tidak lupa sekolah juga harus melihat risiko apa yang terjadi apabila melakukan program ini nantinya. Dengan demikian sekolah bisa membuat program yang berdampak pada siswa yang memiliki risiko sedikit.

Kaitan semua materi ini dengan peran guru penggerak adalah guru penggerak sebagai ujung tombak dari semua program sekolah yang diberikan kebebasan dalam memberikan masukan dan ilmu kepada semua warga sekolah agar tujuan dari program guru penggerak ini bisa terimplementasi dengan baik. Guru penggerak yang sudah dibekali dengan ilmu pedagodik terhadap siswa, ilmu dalam melakukan pembelajaran berdiferensiasi serta bisa memetakan kelebihan dan kekurangan sekolah sehingga guru penggerak diharapkan dapat menularkan ilmu tersebut kepada majelis guru. Guru penggerak tidak akan bisa bekerja sendiri, guru penggerak butuh support dan tenaga dari semua majelis guru di sekolah. Selain itu guru penggerak butuh ruang, butuh waktu dan wadah dimana mereka bisa memberikan ilmu kepada majelis guru. Apabila ruang mereka dibatasi dan mereka tidak diberikan kebebasan dan kesempatan maka ilmu yang mereka pelajari hanya bisa untuk pribadi mereka sendiri. Peran kepala sekolah serta pengawas sangat berarti untuk guru penggerak, karena tanpa mereka guru penggerak tidak akan bisa bergerak bebas. Mereka hanya bisa bergerak dalam kelas yang mereka ampu.



0 komentar:

Posting Komentar