halo sahabat, surya creative.. kita mau berbagi gimana cara menyusun PTK. berikut paparan tentang pembuatan proposal PTK.
LATIHAN
PENYUSUNAN
PROPOSAL PTK
Contoh:
(1) Penerapan model group investigation untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika bagi siswa kelas VII SMPN 1 Amlapura.
(2) Penerapan model project-based learning untuk meningkatkan hasil pembelajaran menulis bagi siswa kelas X SMAN 2 Amlapura.
Bagaimana model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika?
Untuk memecahkan masalah tersebut, digunakan model group investigation. Secara konseptual, model group investigation terdiri dari 6 langkah pembelajaran, (1) grouping, (2) planning, (3) investigating, (4) organizing, (5) presenting, dan (6) evaluating. Keenam langkah pembelajaran tersebut mencerminkan konteks (grouping dan planning), input (grouping dan planning), proses (investigating, organizing, presenting, dan evaluating), dan produk (evaluating). Dalam rangka memecahkan masalah secara lebih optimal, penerapan model group investigation dipadukan dengan evaluasi model CIPP. Perpaduan antara model group investigation dan evaluasi model context—input—process--product (CIPP) memberi peluang kepada siswa untuk menggunakan keterampilan-keterampilan berpikirnya secara optimal. Oleh sebab itu, penerapan model group investigation diyakini dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika kelas VII SMPN 1 Amlapura dengan model pembelajaran group investigation.
Kerangka konseptual seyogyanya diakhiri dengan kerangka berpikir. Kerangka berpikir merupakan preskripsi yang disusun sendiri oleh peneliti (guru) berdasarkan kerangka konseptual yang telah disusun. Preskripsi tersebut menggambarkan keefektifan hubungan secara konseptual antara tindakan yang dilakukan dan hasil-hasil tindakan yang diharapkan. Akan lebih jelas, apabila kerangka berpikir dilukiskan dengan diagram balok.
Penerapan model pembelajaran group investigation dengan pemberdayaan evaluasi CIPP dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika bagi siswa kelas VIII SMPN 1 Amlapura.
2.12 Subjek dan objek penelitian
Objek penelitian dibedakan atas dua macam, yaitu (1) objek yang mencerminkan proses (objek tindakan) dan (2) objek yang mencerminkan masalah (hasil tindakan). Objek yang mencerminkan proses merupakan tindakan yang memerlukan perangkat-perangkat pendukung. Sedangkan objek yang mencerminkan masalah adalah hasil pembelajaran yang diharapkan mengalami perbaikan dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Tanggapan siswa cukup penting diperhitungkan sebagai objek penelitian, karena esensi penelitian tindakan kelas adalah students satisfaction. Tanggapan siswa tersebut juga dapat mencerminkan secara tidak langsung mengenai proses tindakan. Tanggapan positif mencerminkan proses pembelajaran yang kondusif, sedangkan tanggapan negatif mencerminkan proses pembelajaran yang kurang kondusif.
Tekait dengan contoh judul nomor 1, maka sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VII semester I SMPN 1 Amlapura pada tahun pelajaran 2009/2010. Sebagai objek penelitian, adalah: model group investigation, keterampilan berpikir kritis siswa, dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan.
Interval Kualifikasi
0 – 39,9 Sangat kurang
40,0 – 54,9 Kurang
55,0 – 69,9 Cukup
70,0 – 84,5 Baik
85,0 – 100 Sangat baik
Di samping itu, kriteria ketuntasan belajar juga dapat dijadikan kriteria keberhasilan. Misalnya, ketuntasan individual adalah nilai 7,5 pada skala 11 dan ketuntasan klasikal 85%, dan seterusnya.
McNiff, J. 1992. Action research: Principles and practice. London: Routledge
McNiff, J. 1992. Action research for professional development: Concise advise for new action esearchers. http://www.jeanmcneiff.com/booklet1.html
Ryan, Thomas G. 2002. Action research: Collecting and analyzing data. http://www. nipissingu.ca.oar/Reports/reports_and_document-Thomas_G_Ryan%20.pdf
Stringer, R. T. 1996. Action research: A handbook for practitioners. London: International Educational and Profesional Publisher.
CONTOH LATAR BELAKANG MASALAH
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, selama ini telah dilakukan upaya-upaya (1) penyusunan persiapan pembelajaran di MGMP berikut menyepakati kriteria ketuntasan minimal (KKM), (2) diskusi tentang materi pelajaran, (3) penyusunan soal-soal pemantapan, (4) menyediakan siswa sumber-sumber pembelajaran. Dalam pembelajaran di sekolah, metode yang lazim diterapkan adalah (a) ekspositori, (b) pemberian masalah-masalah yang terkait dengan materi pelajaran, (c) tanya jawab, (d) penilaian dengan tes tertulis menurut penggalan materi pelajaran, (e) pembahasan hasil-hasil tes. Dengan upaya-upaya tersebut, seyogyanya hasil pembelajaran dapat mencapai KKM, yaitu 65 pada skala 100. Namun, hasil-hasil pembelajaran (hasil-hasil ulangan sehari-hari) yang diperoleh pada tahun pelajaran 2007 tampak belum mampu mencapai KKM tersebut. Pada skala 100, nilai rata-rata hasil ulangan pertama adalah 47,79 (nilai terendah 10 dan tertinggi 87) dan nilai rata-rata ulangan kedua adalah 60,11 (nilai terendah 33 dan tertinggi 87)(Leger mata pelajaran IPS tahun 2007). Walaupun terjadi peningkatan, namun angka tersebut masih berada di bawah KKM.
Rendahnya hasil-hasil pembelajaran yang diperoleh siswa pada tahun 2007 tersebut memberikan inspirasi untuk melakukan refleksi terhadap metode dan penilaian pembelajaran yang dilakukan selama ini. Hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, pembelajaran ekspositaori yang diterapkan sebelumnya tampaknya perlu ditinjau kembali. Pembelajaran ekspositaori cenderung tidak memberdayakan potensi siswa. Siswa cenderung menunggu penjelasan guru dan tidak memberdayakan keterampilan berpikirnya dalam mengambil tanggung jawab belajar. Oleh sebab itu, proses dan hasil belajar siswa menjadi kurang optimal.
Proses investigasi kelompok siswa tersebut dirancang dilakukan di luar jam pelajaran dan ditulis oleh siswa dalam bentuk laporan. Materi laporan mengacu pada materi silabus untuk dua kali pertemuan. Pembelajaran tatap muka dilakukan dengan diskusi kelas berdasarkan laporan yang telah disusunnya. Sebagai hasil diskusi, siswa secara individual didorong untuk melakukan refleksi dengan cara membuat ringkasan hasil diskusi.
Pembelajaran dengan memberdayakan potensi investigasi kelompok memberikan peluang yang besar kepada siswa untuk memberdayakan pengetahuan awal yang dimilikinya. Keberadaan pengetahuan awal sangat menentukan kemampuan siswa untuk melakukan elaborasi terhadap materi pelajaran yang berhasil diinvestigasi (Lateh & Raman, 2005; Santyasa & Sukadi, 2007). Kualitas elaborasi akan tampak dalam proses diskusi kelas ketika siswa mendemontrasikan pemahaman yang merepresentasikan hasil belajar yang dielaborasi melalui kemampuan-kemampuan presentasi, bertanya dan kualitas pertanyaan, menjelaskan dan/atau menanggapi pertanyaan, yang akhirnya bermuara pada kemampuan melakukan refleksi terhadap aktivitas belajar dalam diskusi kelas tersebut. Potensi strategi pembelajaran investigasi kelompok tersebut memerlukan asesmen otentik dan penilaian portofolio yang komprehensif. Asesmen otentik dan penilaian portofolio untuk mengases kinerja siswa melalui strategi pembelajaran investigasi kelompok utamanya ditujukan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
Lampiran 02
CONTOH MANFAAT TINDAKAN
Proses group investigation yang dilakukan oleh siswa paling tidak akan memberikan tiga manfaat bagi siswa itu sendiri. Pertama, mulai munculnya motivasi intrinsik secara berangsur-angsur sebagai akibat adanya upaya-upaya ilmiah yang didorong oleh kebutuhan akan belajar. Kedua, memperoleh peluang untuk mengeksplorasi, meneliti, dan memperluas pemahaman sebagai akibat proses penyelidikan yang dilakukan secara kooperatif. Ketiga, menumbuhkan sikap sosial dan demokratis sebagai akibat kebiasaan melakukan sharing pengetahuan dalam seting kooperatif, menerima dan menghargai pendapat temannya, lebih berani mengungkapkan gagasan dan alternatif pmecahan masalah.
Penilaian terhadap kinerja siswa secara holistik sangat bermanfaat bagi para guru dan siswa dalam memahami betapa pentingnya portofolio dan penilaian portofolio dalam pembelajaran. Hal ini karena penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka memperoleh dasar untuk melakukan justifikasi dan pengemabilan keputusan tentang keberhasilan siswa dalam pembelajaran IPS sepenuhnya dilakukan terhadap portofolio yang dikonstruksi oleh siswa sendiri.
Dalam pembelajaran IPS dengan portofolio, siswa dapat menetapkan standar keberhasilan belajarnya, karena ada peluang bagi mereka untuk melakukan evaluasi diri dalam rangka menyempurnakan portofolio sebagi hasil kinerja mereka. Dalam proses ini, siswa dapat menangkap makna, bahwa belajar bukanlah suatu proses sekali jadi, tetapi adalah suatu proses yang harus mengalami pengulangan berdasarkan refleksi diri, sehingga pengetahuan yang dikonstruksinya akan mengalami perluasan dan penyempurnaan sebelum digunakan dalam memecahkan masalah.
Lampiran 03
CONTOH SISTEMATIKA PROPOSAL
HALAMAN DEPAN i
HALAMAN PENGESAHAN ii
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 3
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah 4
1.4 Tujuan Penelitian 4
1.5 Manfaat Hasil Penelitian 5
2. KAJIAN PUSTAKA 7
2.1 dst
2.2
2.3
....
2... Kerangka Berpikir
2... Hipotesis Tindakan
3. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
3.2 Subjen dan Objek Penelitian
3.3 Prosedur Penelitian
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.5 Metode Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 04
FORMAT COVER
PROPOSAL
![]() |
Logo
Kabupaten
USULAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
|
Oleh
............................................................
PEMERINTAH
KABUPATEN KARANGASEM
DINAS
PENDIDIKAN, PEMUDA, DAN OLAH RAGA
SEKOLAH
DASAR ......................................................................
Agustus,
2009
Lampiran 05
FORMAT HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
TAHUN ANGGARAN 2009
- Judul Penelitian :
- Peneliti
b. Pangkat, Golongan, NIP :
c. Jabatan Fungsional :
d. Nama Sekolah :
Alamat Sekolah :
Nomor Telepon Sekolah :
e. Alamat Rumah :
Nomor Telepon Rumah :
Nomor HP :
f. Mata Pelajaran Yang Menjadi :
Objek Penelitian :
- Lokasi Penelitian :
- Lama Penelitian : ... (...) bulan, dari bulan ... s.d ... 2009
- Biaya Penelitian : Rp ......................................................
Amlapura, ..................... 2009
Mengetahui: Peneliti,
Kepala Sekolah .....................
..................................................... ...................................................
NIP ............................................ NIP ..........................................
Menyetujui:
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga
Kabupaten Karangasem,
..........................................................
NIP .................................................
CONTOH-CONTOH JUDUL PTK
- 1.
Penerapan
model pembelajaran tematik untuk meningkatkan hasil pembelajaran bagi kelas II
SDN 1 Ulakan Karangasem.
- 2.
Penggunaan
model pembelajaran berbasis lingkungan untuk meningkatkan hasil pembelajaran
sains di kelas III SDN 2 Manggis Karangasem
- 3.
Penggunaan media gambar berseri untuk meningkatkan
kemampuan mengarang cerpen bagi siswa kelas V SDN 2 Abang
- 4.
Penerapan model pembelajaran kooperatif untuk
meningkatkan sikap kerja sama dan hasil belajar matematika bagi siswa kelas VI
SDN 1 Tianyar.
- 5.
Penerapan modul bermuatan fakta-fakta kontekstual untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas V SDN 5 Amlapura
- 6.
Penerapan model pembelajaran terpadu untuk meningkatkan
kemampuan memahami lingkungan siswa kelas III SDN 2 Amlapura
- 7.
Penerapan model pembelajaran Investigasi kelompok untuk
meningkatkan hasil belajar sains kelas V SDN 1 Rendang
- 8.
Penerapan LKS bermuatan sains teknologi masyarakat untuk
meningkatkan keterampilan pemahaman siswa kelas VII SMPN 1 Sidemen
- 9.
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk
meningkatkan kemampuan bernalar matematika bagi siswa kelas VIII SMPN 1 Manggis
- 10.
Penerapan model pembelajaran outdor untuk meningkatkan
hasil belajar sains kelas IV SDN 1 Kubu
- 11.
Penerapan model tutor teman sebaya untuk meningkatkan
keterampilan pasing atas permainan voly bagi siswa kelas IV SDN 1 Culik
- 12.
Penerapan contoh-contoh kontekstual untuk meningkatkan
kemampuan menerapkan keyakinan beragama hindu bagi siswa kelas V SDN 2 Ulakan
- 13.
Penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan
kinerja ilmiah sains bagi siswa kelas III SDN 2 Amlapura
- 14.
Penerapan model STAD sebagai upaya meningkatkan hasil
pembelajaran IPS bagi siswa kelas IV SDN 3 Abang
- 15.
Penerapan model pembelajaran Jigsaw untuk meningkatkan
kemampuan menyimak puisi bagi siswa kelas V SDN 1 Rendang
- 16.
Penerapan model pembelajaran pemecahan masalah untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah bagi siswa kelas VI SDN 3 Amlapura
- 17.
Penerapan model penalaran sebagai upaya meningkatkan
keterampilan berpikir kritis sains bagi siswa kelas IX SMPN 2 Abang
- 18.
Penerapan model rangkuman materi PKn untuk meningkatkan
kemampuan menganalisis masalah sosial bagi siswa kelas V SDN 2 Abang
- 19.
Penerapan model pembelajaran pemecahan masalah untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah bagi siswa kelas VI SDN 2 Manggis
- 20.
Penerapan model penalaran sebagai upaya meningkatkan
keterampilan berpikir kritis sains bagi siswa kelas V SDN 3 Sidemen
- 21.
Penerapan model rangkuman materi pelaran PKn untuk
meningkatkan kemampuan menganalisis masalah sosial bagi siswa kelas V SDN 2 Tianyar
Proses pengkonstruksian pemahaman memerlukan satu atau lebih dari
langkah-langkah berikut (Santyasa, 2004b): (1) melakukan interpretasi konsep,
(2) mengidentifikasi pendekatan penyelesaian masalah, termasuk melakukan
seleksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip IPS yang tepat dan mendasar, (3)
mengoreksi implementasi pendekatan dan penerapan konsep atau prinsip dalam
situasi tertentu, dan (4) pengecekan bahwa solusi tersebut secara lengkap masuk
akal dan ilmiah. Jadi, cakupan pembelajaran IPS memerlukan pemecahan masalah
yang memiliki karakteristik khusus dan keterampilan-keterampilan interpretasi
konsep yang ternyata sering menyulitkan pekerjaan secara individual. Dukungan
orang lain dalam bekerja secara kooperatif menyediakan peluang pada para siswa
untuk dapat memecahkan masalah kompleks yang barangkali tidak akan mereka capai
bila bekerja sendirian. Dalam hal ini, saling memberikan bimbingan dan balikan
antar siswa sangat diperlukan. Bekerja dalam kelompok membantu siswa
mengembangkan pengetahuan mereka melalui argumentasi, kontroversi berstruktur,
dan pengajaran timbal balik. Di samping itu, siswa memiliki peluang untuk mampu
memecahkan masalah-masalah yang kompleks bila mereka memperoleh dukungan siswa
lain dalam kelompok kooperatif (Kodiani, 2004; Muliahati, 2005; Muliahati &
Kodiani, 2003; Santyasa, 2004a). Oleh sebab itu, model investigasi kelompok
sangat penting untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS.
0 komentar:
Posting Komentar