Minggu, 13 September 2020

LATIHAN PENYUSUNAN PROPOSAL PTK

 halo sahabat, surya creative.. kita mau berbagi gimana cara menyusun PTK. berikut paparan tentang pembuatan proposal PTK.



LATIHAN
PENYUSUNAN PROPOSAL PTK
 
Secara umum, sistematika proposal penelitian tindakan kelas terdiri dari komponen-komponen berikut: (1) judul, (2) latar belakang masalah, (3) identifikasi masalah, (4) pembatasan dan perumusan masalah, (5) cara pemecahan masalah, (6) tujuan tindakan, (7) manfaat tindakan, (8) kerangka konseptual dan hipotesis tindakan, (9) metode penelitian. Metode penelitian mencakup unsur-unsur (a) rancangan penelitian, (b) subjek dan objek penelitian, (c) prosedur penelitian yang mencakup perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi, refleksi, perencanaan ulang, dst, (c) instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data, (d) analisis data dan kriteria keberhasilan.
 
2.1  Judul Penelitian
Judul hendaknya dibuat secara ringkas dan mencerminkan tindakan, perbaikan pembelajaran, dan subjek sasaran.
Contoh:
(1)   Penerapan model group investigation untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran  matematika bagi siswa kelas VII SMPN 1 Amlapura.
Pada contoh nomor 1, sebagai tindakan adalah model group investigation, perbaikan pembelajaran yang diharapkan adalah peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika, dan subjek sasaran adalah siswa kelas VII SMPN 1 Amlapura.
(2)   Penerapan model project-based learning untuk meningkatkan hasil pembelajaran menulis bagi siswa kelas X  SMAN 2 Amlapura.
Pada contoh nomor 2, sebagai tindakan adalah model project-based learning, perbaikan pembelajaran yang diharapkan adalah peningkatan hasil pembelajaran menulis, dan subjek sasaran adalah siswa kelas X  SMAN 2 Amlapura.
 
2.2  Latar Belakang Masalah
Uraian latar belakang masalah merupakan unsur yang sangat penting dalam PTK. Uraian tersebut mendeskripsikan permasalahan real yang dialami oleh guru dalam pembelajaran. Secara umum, masalah biasanya muncul disebabkan oleh tiga faktor. (1) Masalah  berkaitan dengan karakter mata pelajaran atau pokok bahasan dari mata pelajaran tersebut. Dalam hal ini, guru mencermati  tingkat kesulitan materi pelajaran, sehingga memerlukan pemecahan secara khusus melalui PTK. (2) Masalah berkaitan dengan faktor internal siswa. Termasuk dalam hal ini, adalah kurangnya minat dan bakat siswa terhadap pelajaran, rendahnya motivasi belajar, dan rendahnya hasil belajar siswa, semuanya memerlukan penanganan  secara profesional melalui PTK.  (3) Masalah yang berkaitan dengan fakror internal guru. Termasuk dalam hal ini, adalah kurangnya kreativitas guru dalam mendesain, mengembangkan, menerapkan, mengelola, dan mengevaluasi proses dan sumber belajar.  Faktor-faktor internal guru tersebut juga memerlukan refleksi secara objektif dan melakukan tindakan sebagai akibat dorongan dari dalam diri untuk melakukan perbaikan diri yang akan bermuara pada peningkatan mutu pelayanan, proses, dan hasil belajar siswa. Secara metodologis, ada enam pertanyaan yang jawabannya  akan menuntun dalam penyusunan latar belakang masalah PTK, yaitu (1) apa yang menjadi harapan? (2) apa kenyataan yang terjadi (3) apa kesenjangan yang dirasakan, (4) apa yang menyebabkan terjadinya kesenjangan (5) tindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi kesenjangan (6) apa kekuatan tindakan yang dilakukan tersebut dalam mengatasi kesenjangan?
 
2.3  Identifikasi Masalah
Sesungguhnya, identifikasi masalah telah disinggung ketika peneliti mengungkap jawaban terhadap pertanyaan “apa kesenjangan yang terjadi”) dan pertanyaan “apa yang menyebabkan terjadinya kesenjangan”. Namun, untuk lebih memperjelas, identifikasi masalah diungkapkan kembali secara tersendiri.
 
2.4  Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan jelas skupnya, maka masalah yang telah diidentifikasi perlu dibatasi. Pembatasan masalah ditujukan pada objek penelitian, yaitu objek tindakan dan objek hasil tindakan. Batasan terhadap objek tindakan dilakukan dengan memberikan penjelasan istilah secara konseptual, sedangkan batasan masalah terhadap objek hasil tindakan dilakukan dengan menyajikan definisi operasional. Definisi operasional mengarah pada pengukuran. Setelah masalah dibatasi dengan cermat, maka diajukan rumusan masalah. Rumusan masalah penelitian tindakan kelas dinyatakan dalam kalimat tanya. Esensinya adalah menanyakan apakah tindakan dapat melakukan perbaikan pembelajaran. Terkait dengan contoh judul 1, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
Bagaimana model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika?
 
2.5  Cara Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah yang diungkapkan adalah ringkasan dari kerangka konseptual. Ringkasan ini menampilkan bagian-bagian esensial dari kerangka konseptual yang dapat mencerminkan alternatif tindakan yang akan dilakukan. Walaupun cara pemecahan masalah ini masih dalam bentuk konsepsi, namun tetap dapat melukiskan jawaban terhadap masalah yang diajukan. Terkait dengan contoh judul nomor 1, maka cara pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut.
Untuk memecahkan  masalah tersebut, digunakan model group investigation. Secara konseptual, model group investigation terdiri dari 6 langkah pembelajaran, (1) grouping, (2) planning, (3) investigating, (4) organizing, (5) presenting, dan (6) evaluating. Keenam langkah pembelajaran tersebut mencerminkan konteks (grouping dan planning), input (grouping dan planning), proses (investigating, organizing,  presenting, dan evaluating), dan produk (evaluating). Dalam rangka memecahkan masalah secara lebih optimal, penerapan model group investigation dipadukan dengan evaluasi model CIPP. Perpaduan antara model group investigation dan evaluasi model context—input—process--product (CIPP) memberi peluang kepada siswa untuk menggunakan keterampilan-keterampilan berpikirnya secara optimal. Oleh sebab itu, penerapan model group investigation diyakini dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
 
2.6  Tujuan Tindakan
Tujuan penelitian tindakan diungkapkan dalam kalimat pernyataan. Tujuan diungkapkan secara optimis bahwa perbaikan pembelajaran dapat dilakukan dengan tindakan yang diadopsi tersebut. Terkait dengan contoh judul 1, maka rumusan tujuan penelitian adalah sebagai berikut.
Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika kelas VII SMPN 1 Amlapura dengan model pembelajaran group investigation.
 
2.7  Manfaat Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas, Guru atau peneliti secara tidak langsung akan mengembangkan perangkat-perangkat pembelajaran (suplemen buku ajar, desain pembelajaran, perangkat keras dan atau perangkat lunak praktikum, alat evaluasi, dan lain-lain) yang koheren dengan teori yang mendasari tindakan. Rumuskan manfaat perangkat-perangkat pembelajaran tersebut kaitannya dengan upaya melakukan perbaikan pembelajaran. Di samping itu, Guru atau peneliti akan berhasil mengeksplorasi atau mengungkap temuan data atau fakta empiris. Lakukan prediksi terhadap data atau fakta empiris tersebut dan rumuskan manfaatnya. Semua manfaat yang dirumuskan tersebut dispesifikasi untuk siswa, Guru, peneliti, sekolah, atau pihak-pihak lain yang berkepentingan.
 
2.8  Krangka Konseptual
Kerangka konseptual sangat penting untuk diformulasikan. Kerangka konseptual merupakan landasan yang kuat dilakukannya tindakan tersebut. Dengan dasar konseptual peneliti yakin dapat melakukan perbaikan pembelajaran. Kerangka konseptual hendaknya diformulasikan sejelas-jelasnya, karena rumusan tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan perencanaan, langkah-langkah operasional tindakan, dan evaluasi. Jadi, kerangka konseptual mendasari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi tindakan. Oleh sebab itu, kerangka konseptual seyogyanya dibuat secara spesifik dan memiliki keunggulan teoretik dibandingkan dengan perspektif yang mengalami anomali ketika peneliti mencermati permasalahan. Kerangka konseptual hendaknya merupakan kombinasi antara reviu teoretis dan empiris. Pertemuan antara landasan teori dan pengalaman empiris tersebut akan melahirkan kesimpulan bahwa tindakan yang dilakukan dapat melakukan perbaikan terhadap pembelajaran yang dilakukan. Kesimpulan tersebut merupakan hipotesis tindakan. Terkait dengan contoh judul nomor 1, kerangka konseptual baik teoretis maupun empiris yang perlu direviu adalah: (1) karakteristik pembelajaran matematika, (2) proses pembelajaran, (3) model pembelajaran group investigation, (4) evaluasi CIPP dan kaitannya dengan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar.
Kerangka konseptual seyogyanya diakhiri dengan kerangka berpikir. Kerangka berpikir merupakan preskripsi yang disusun sendiri oleh peneliti (guru) berdasarkan kerangka konseptual yang telah disusun. Preskripsi tersebut menggambarkan keefektifan hubungan secara konseptual antara tindakan yang dilakukan dan hasil-hasil tindakan yang diharapkan. Akan lebih jelas, apabila kerangka berpikir dilukiskan dengan diagram balok.
 
2.9  Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan diungkapkan dalam bentuk kalimat pernyataan yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan. Hipotesis menyatakan secara tegas bahwa tindakan yang dilakukan dapat melakukan perbaikan pembelajaran. Terkait dengan contoh judul 1, maka rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut.
Penerapan model pembelajaran group investigation dengan pemberdayaan evaluasi CIPP dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran  matematika bagi siswa kelas VIII  SMPN 1 Amlapura.
 
2.10 Cara Penelitian
Cara penelitian yang akan dijelaskan adalah: (1) rancangan penelitian,  (2) subjek dan objek penelitian, (3) prosedur penelitian, (4) instrumen penelitian, (5) teknik pengumpulan data, (6) teknik analisis data, (7) kriteria keberhasilan tindakan.
 
2.11          Rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang dimaksud adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Cuman yang perlu ditekankan adalah rancangannya akan ditetapkan berapa siklus dalam penelitian itu. Hal tersebut adalah otoritas peneliti, karena hanya peneliti yang tahu. Hal-hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menetapkan banyaknya siklus adalah: waktu yang tersedia, panjangnya pokok bahasan, karakteristik materi, siswa semester berapa yang akan menjadi subjek, dan sebagainya. Secara teoretis, sesungguhnya siklus PTK tidak harus ditetapkan terlebih dulu. Banyaknya siklus yang akan dilaksanakan sangat tergantung pada tingkat ketercapaian kriteria keberhasilan. Jika penelitian dalam dua siklus telah mencapai kriteria keberhasilan, maka penelitian dapat dihentikan. Namun, jika dilihat dari beragamnya karakteristik materi pelajaran, keberhasilan pada siklus sebelumnya tidaklah 100% akan menjadi jaminan bagi keberhasilan siklus berikutnya, oleh karena peneliti akan banyak berurusan dengan karakteristik materi pelajaran yang sering berbeda. Di samping itu, PTK tidak bertujuan memenuhi keinginan peneliti, tetapi bertujuan lebih memuaskan subjek sasaran yang akan belajar pada sejumlah silabus dengan karakteristik materi yang beragam. Itulah sebabnya penentuan jumlah siklus tetap menjadi otoritas peneliti. Tetapi yang tidak dapat dilupakan, bahwa setiap siklus akan selalu terdiri dari 4 langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) refleksi.
 
2.12          Subjek dan objek penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang dikenai tindakan. Dalam konteks pendidikan di sekolah, subjek penelitian adalah siswa, guru, pegawai, atau kepala sekolah. Dalam kontek pembelajaran di sekolah, subjek penelitian umumnya adalah siswa. Tetapi harus dijelaskan siswa kelas berapa dan semester berapa. Subjek tersebut sangat berkaitan dengan asal masalah yang dirasakan oleh Guru bersangkutan. Jika masalah dirasakan di kelas VII semester I, maka sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VII semester I.
Objek penelitian dibedakan atas dua macam, yaitu (1) objek yang mencerminkan proses (objek tindakan) dan (2) objek yang mencerminkan masalah (hasil tindakan). Objek yang mencerminkan proses merupakan tindakan yang memerlukan perangkat-perangkat pendukung. Sedangkan objek yang mencerminkan masalah adalah hasil pembelajaran yang diharapkan mengalami perbaikan dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Tanggapan siswa cukup penting diperhitungkan sebagai objek penelitian, karena esensi penelitian tindakan kelas adalah students satisfaction. Tanggapan siswa tersebut juga dapat mencerminkan secara tidak langsung mengenai proses tindakan. Tanggapan positif mencerminkan proses pembelajaran yang kondusif, sedangkan tanggapan negatif mencerminkan proses pembelajaran yang kurang kondusif.
Tekait dengan contoh judul nomor 1, maka sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VII semester I SMPN 1 Amlapura pada tahun pelajaran 2009/2010. Sebagai objek penelitian, adalah: model group investigation, keterampilan berpikir kritis siswa, dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan.
 
 
 
2.13          Prosedur penelitian
Yang dimaksud prosedur penelitian adalah langkah-langkah operasional baik yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi, maupun refleksi. Langkah-langkah operasional tersebut bersumber dari kerangka konseptual yang diuraikan pada bagian sebelumnya.
 
Perencanaan. Uraikan langkah-langkah kolaborasi yang dilakukan, fakta-fakta empiris yang diperlukan dalam rangka tindakan, sosialisasi esensi tindakan dan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan pada guru sejawat dan siswa, perangkat-perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan dan dikembangkan, lembaran-lembaran evaluasi dan instrumen lain berikut kriteria penilaian yang akan disiapkan dan dikembangkan.
 
Pelaksanaan. Uraikan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dikembangkan pada langkah perencanaan. Langkah-langkah pembelajaran ini akan sesuai dengan hakikat teori yang mendasari strategi pembelajaran, atau sesuai dengan sintaks model pembelajaran yang diadaptasi. Langkah-langkah pembelajaran tersebut hendaknya dibuat secara rinci, karena akan mencerminkan  kualitas proses pembelajaran yang akan dihasilkan.
 
Observasi/Evaluasi. Observasi dilakukan terhadap interaksi-interaksi akademik yang terjadi sebagai akibat tindakan yang dilakukan. Interaksi-interaksi yang dimaksud dapat mencakup interaksi antara siswa dengan materi pelajaran, interaksi antar siswa, interaksi antara siswa dengan guru. Oleh sebab itu, uraian secara jelas tindakan yang dilakukan tertuju pada interaksi yang mana saja, bagaimana melakukan observasi, seberapa sering obserbasi itu dilakukan, dan apa tujuan observasi tersebut. Observasi yang utuh akan mencerminkan proses tindakan yang berlangsung. Untuk memperoleh data yang lebih akurat, observasi sering dilengkapi dengan perekaman dengan tape atau video. Evaluasi biasanya dilakukan untuk mengukur objek produk, misalnya kualitas proses pembelajaran, sikap siswa, kompetensi praktikal, atau tanggapan siswa. Untuk itu, uraikan evaluasi yang dilakukan, jenisnya dan tujuannya, dan untuk mengukur apa evaluasi itu dilakukan.
 
Refleksi. Hasil observasi dan evaluasi selanjutnya direfleksi tingkat ketercapaiannya baik yang terkait dengan proses maupun terhadap hasil tindakan. Refleksi ini bertujuan untuk memformulasikan kekuatan-kekuatan yang ditemukan, kelemahan-kelemahaman dan atau hambatan-hambatan yang mengganjal upaya dalam pencapaian tujuan secara optimal, dan respon siswa. Refleksi ini harus dijelaskan secara rinci. Tujuannya adalah untuk melakukan adaptasi terhadap strategi/pendekatan/metode/model pembelajaran yang diterapkan, lebih memantapkan perencanaan, dan langkah-langkah tindakan yang lebih spesifik dalam rangka pelaksanaan tindakan selanjutnya.
 
2.14 Instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data
Instrumen sangat terkait dengan objek penelitian, utamanya objek produk. Instrumen-instrumen tersebut misalnya: pedoman observasi, checklist, pedoman wawancara, tes, angket, dan lain-lain. Uraikan instrumen yang diperlukan sesuai dengan PTK yang akan diakukan. Untuk contoh judul PTK yang pertama, maka instrumen yang diperlukan adalah: pedoman penilaian tentang kinerja dan portofolio siswa, baik yang terkait dengan konteks, input, proses, maupun yang terkait dengan produk yang dihasilkan. Dalam contoh ini, kriteria penilaian (rubrik) mutlak diperlukan. Teknik pengumpulan data menekankan secara lebih spesifik tentang cara mengumpulkan data yang diperlukan. Apabila data yang diperlukan adalah kompetensi praktikal siswa di laboratorium, maka teknik pengambilan datanya adalah observasi. Apabila data yang akan dikumpulkan adalah hasil belajar kognitif, maka teknik pengumpulannya adalah tes lisan atau tes tertulis, portofolio, atau asesmen otentik. Apabila data yang akan dikumpulkan adalah respon siswa, maka tekniknya adalah angket atau wawancara, dan seterusnya. Uraikanlah teknik pengumpulan data yang diperlukan sesuai dengan tujuan PTK.
 
2.15          Teknik analisis data dan kriteria keberhasilan
Data yang telah dikumpulkan harus dianalisis. Analisis hanya bersifat kualitatif. Jika ada data kuantitatif, analisisnya paling banyak menggunakan statistik deskriptif dengan penyimpulan lebih mendasarkan diri pada nilai rata-rata dan simpangan baku amatan atau persentase amatan. Hasil analisis data kualitatif lebih menonjolkan makna kualitatif yang mencerminkan struktur dasar terhadap jawaban masalah penelitian. Misalnya, bagaimana metode demontrasi dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar? Hasil analisis data hendaknya difokuskan pada makna demonstrasi secara aktual, bukan pikiran guru atau pengamat lainnya. Hasil analisis kuantitaif, selanjutnya dikonfirmasikan pada pedoman konversi. Dalam PTK biasanya digunakan  pedoman konversi nilai absolut skala lima. Misalnya, data hasil belajar, pedoman konversinya adalah sebagai berikut.
                              Interval                       Kualifikasi
                              0 – 39,9                       Sangat kurang
                              40,0 – 54,9                  Kurang
                              55,0 – 69,9                  Cukup
                              70,0 – 84,5                  Baik
                              85,0 – 100                   Sangat baik
 
Sebagai kriteria keberhasilan, peneliti dapat menetapkan nilai rata-rata minimal 55,0 atau 70,0 tergantung rasional yang dijadikan dasar atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru.
 Di samping itu, kriteria ketuntasan belajar juga dapat dijadikan kriteria keberhasilan. Misalnya, ketuntasan individual adalah nilai 7,5 pada skala 11 dan ketuntasan klasikal 85%, dan seterusnya.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
DAFTAR RUJUKAN
 
Kirkey, T. L. 2005. Differentiated instruction and enrichment opportunities: An action research report. http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V833E.pdf
McNiff, J. 1992. Action research: Principles and practice. London: Routledge
McNiff, J. 1992. Action research for professional development: Concise advise for new action esearchers. http://www.jeanmcneiff.com/booklet1.html
McIntosh, J. E.  2005. Valuing the collaborative nature of professional learning communities. http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V82E.pdf
Prendergast, M. 2002. Action research: The improvement of student and teacher learning. http://educ. queensu.ca/~ar/reports/MP2002.htm
Ryan, Thomas G. 2002. Action research: Collecting and analyzing data. http://www. nipissingu.ca.oar/Reports/reports_and_document-Thomas_G_Ryan%20.pdf
Jones, P., & Song, L. 2005. Action research fellows at Towson University. http://www.nipissingu .ca/oar/PDFS/V832E.pdf
Stringer, R. T. 1996. Action research: A handbook for practitioners. London: International Educational and Profesional Publisher.
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Lampiran 01
CONTOH LATAR BELAKANG MASALAH
 
Pembelajaran IPS bertujuan agar siswa (1) memahami pola spatial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan, (2) menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan IPS, (3) menampilkan prilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan sumber daya alam secara arif serta memiliki toleransi terhadap keragaman budaya masyarakat (MGMP IPS Kabupaten Buleleng, 2006).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, selama ini telah dilakukan upaya-upaya (1) penyusunan persiapan pembelajaran di MGMP berikut menyepakati kriteria ketuntasan minimal (KKM), (2) diskusi tentang materi pelajaran, (3) penyusunan soal-soal pemantapan, (4) menyediakan siswa sumber-sumber pembelajaran. Dalam pembelajaran di sekolah, metode yang lazim diterapkan adalah (a)  ekspositori, (b) pemberian masalah-masalah yang terkait dengan materi pelajaran, (c) tanya jawab, (d) penilaian dengan tes tertulis menurut penggalan materi pelajaran, (e) pembahasan hasil-hasil tes. Dengan upaya-upaya tersebut, seyogyanya hasil pembelajaran dapat mencapai KKM, yaitu 65 pada skala 100. Namun, hasil-hasil pembelajaran (hasil-hasil ulangan sehari-hari) yang diperoleh pada tahun pelajaran 2007 tampak belum mampu mencapai KKM tersebut. Pada skala 100, nilai rata-rata hasil ulangan pertama adalah 47,79 (nilai terendah 10 dan tertinggi 87) dan nilai rata-rata ulangan kedua adalah 60,11 (nilai terendah 33 dan tertinggi 87)(Leger mata pelajaran IPS tahun 2007). Walaupun terjadi peningkatan, namun angka tersebut masih berada di bawah KKM.
Rendahnya hasil-hasil pembelajaran yang diperoleh siswa pada tahun 2007 tersebut memberikan inspirasi untuk melakukan refleksi terhadap metode dan penilaian pembelajaran yang dilakukan selama ini. Hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, pembelajaran ekspositaori yang diterapkan sebelumnya tampaknya perlu ditinjau kembali. Pembelajaran ekspositaori cenderung tidak memberdayakan potensi siswa. Siswa cenderung menunggu penjelasan guru dan tidak memberdayakan keterampilan berpikirnya dalam mengambil tanggung jawab belajar. Oleh sebab itu, proses dan hasil belajar siswa menjadi kurang optimal.
Kedua, Penilaian pembelajaran yang mengandalkan tes tertulis pada penggalan-penggalan materi pelajaran cenderung memberikan peluang kepada siswa untuk menguasai sebagian kecil dari materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini karena materi tes tidak mungkin bisa dibuat secara komprehensif meliputi semua materi pelajaran. Di samping itu, hasil pengujian tertulis disinyalir kurang mencerminkan hasil-hasil pembelajaran secara optimal, karena pelaksanaan tes terpisah dari pembelajaran, tidak otentik, kurang mewakili hasil kinerja siswa. Oleh sebab itu, model penilaian tertulis kurang memotivasi siswa untuk belajar secara optimal, sehingga pencapaian proses dan hasil belajarnya menjadi sangat terbatas.
Ketiga, diskusi dan pembahasan hasil-hasil tes yang dilakukan selama ini dinilai memberikan manfaat yang sangat terbatas terhadap proses dan hasil belajar siswa. Diskusi dan pembahasan yang dilakukan terpisah dengan proses belajar siswa. Oleh sebab itu, siswa kurang mampu memaknai secara utuh materi diskusi dan pemahasan hasil tes jika dikaitkan dengan tujuan pembelajaran IPS seperti yang diuraikan pada bagian sebelumnya.
            Berdasarkan hasil-hasil refleksi terhadap pembelajaran dan penilaian pembelajaran IPS yang dilakukan selama ini, maka pada semester I tahun pelajaran 2008/2009 ini, digagas suatu tindakan: “Penerapan strategi pembelajaran investigasi kelompok dan penilaian portofolio untuk meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa kelas IV SD Lab Undiksha pada semester I tahun pelajaran 2008/2009”.
Proses investigasi kelompok siswa tersebut dirancang dilakukan di luar jam pelajaran dan ditulis oleh siswa dalam bentuk laporan. Materi laporan mengacu pada materi silabus untuk dua kali pertemuan. Pembelajaran tatap muka dilakukan dengan diskusi kelas berdasarkan laporan yang telah disusunnya. Sebagai hasil diskusi, siswa secara individual didorong untuk melakukan refleksi dengan cara membuat ringkasan hasil diskusi.
Pembelajaran dengan memberdayakan potensi investigasi kelompok memberikan peluang yang besar kepada siswa untuk memberdayakan pengetahuan awal yang dimilikinya. Keberadaan pengetahuan awal sangat menentukan kemampuan siswa untuk melakukan elaborasi terhadap materi pelajaran yang berhasil diinvestigasi (Lateh & Raman, 2005; Santyasa & Sukadi, 2007). Kualitas elaborasi akan tampak dalam proses diskusi kelas ketika siswa mendemontrasikan pemahaman yang merepresentasikan hasil belajar yang dielaborasi melalui kemampuan-kemampuan presentasi, bertanya dan kualitas pertanyaan, menjelaskan dan/atau menanggapi pertanyaan, yang akhirnya bermuara pada kemampuan melakukan refleksi terhadap aktivitas belajar dalam diskusi kelas tersebut. Potensi strategi pembelajaran investigasi kelompok tersebut memerlukan asesmen otentik dan penilaian portofolio yang komprehensif. Asesmen otentik dan penilaian portofolio untuk mengases kinerja siswa melalui strategi pembelajaran investigasi kelompok utamanya ditujukan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
 
 
 
Lampiran 02
 
CONTOH MANFAAT TINDAKAN
 
Proses group investigation yang dilakukan oleh siswa paling tidak akan memberikan tiga manfaat bagi siswa itu sendiri. Pertama, mulai munculnya motivasi intrinsik secara berangsur-angsur sebagai akibat adanya upaya-upaya ilmiah yang didorong oleh kebutuhan akan belajar. Kedua, memperoleh peluang untuk mengeksplorasi, meneliti, dan memperluas pemahaman sebagai akibat proses penyelidikan yang dilakukan secara kooperatif. Ketiga, menumbuhkan sikap sosial dan demokratis sebagai akibat kebiasaan melakukan sharing pengetahuan dalam seting kooperatif, menerima dan menghargai pendapat temannya, lebih berani mengungkapkan gagasan dan alternatif pmecahan masalah.
Penilaian terhadap kinerja siswa secara holistik sangat bermanfaat bagi para guru dan siswa dalam memahami betapa pentingnya portofolio dan penilaian portofolio dalam pembelajaran. Hal ini karena penilaian yang dilakukan oleh guru dalam  rangka memperoleh dasar untuk melakukan justifikasi dan pengemabilan keputusan tentang keberhasilan siswa dalam pembelajaran IPS sepenuhnya dilakukan terhadap portofolio yang dikonstruksi oleh siswa sendiri.
Dalam pembelajaran IPS dengan portofolio, siswa dapat menetapkan standar keberhasilan belajarnya, karena ada peluang bagi mereka untuk melakukan evaluasi diri dalam rangka menyempurnakan portofolio sebagi hasil kinerja mereka. Dalam proses ini, siswa dapat menangkap makna, bahwa belajar bukanlah suatu proses sekali jadi, tetapi adalah suatu proses yang harus mengalami pengulangan berdasarkan refleksi diri, sehingga pengetahuan yang dikonstruksinya akan mengalami perluasan dan penyempurnaan sebelum digunakan dalam memecahkan masalah.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Lampiran 03
 
CONTOH SISTEMATIKA PROPOSAL
 
 
HALAMAN DEPAN                                                                                                            i
HALAMAN PENGESAHAN                                                                                   ii
 
1. PENDAHULUAN                                                                                                 1
1.1    Latar Belakang Masalah                                                                               1
1.2    Identifikasi Masalah                                                                                     3
1.3    Pembatasan dan Perumusan Masalah                                                           4
1.4    Tujuan Penelitian                                                                                          4
1.5    Manfaat Hasil Penelitian                                                                               5
 
2.  KAJIAN PUSTAKA                                                                                            7
2.1                                                                                                                     dst
2.2
2.3
....
2... Kerangka Berpikir
2... Hipotesis Tindakan
 
3. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
3.2 Subjen dan Objek Penelitian
3.3 Prosedur Penelitian
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.5 Metode Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan
 
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Lampiran 04
 
FORMAT COVER PROPOSAL
 
 
Logo
Kabupaten
 
 
 
 
 
 
USULAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
 
 
 
 
 
 




                                                                    Judul Penelitian



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Oleh
............................................................
 
 
 
 
 
 
PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM
DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA, DAN OLAH RAGA
 
SEKOLAH DASAR ......................................................................
Agustus, 2009



 
Lampiran 05
FORMAT HALAMAN PENGESAHAN
 
 
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
TAHUN ANGGARAN 2009
 
 
  1. Judul Penelitian                                   :
 
  1. Peneliti                                               
a.    Nama Lengkap dengan Gelar      :
b.    Pangkat, Golongan, NIP              :
c.    Jabatan Fungsional                       :
d.   Nama Sekolah                              :
Alamat Sekolah                            :
Nomor Telepon Sekolah              :
e.    Alamat Rumah                             :
Nomor Telepon Rumah                :
Nomor HP                                    :
f.     Mata Pelajaran Yang Menjadi     :
Objek Penelitian                           :
 
  1. Lokasi Penelitian                                 :
  1. Lama Penelitian                                  :  ... (...) bulan, dari bulan ... s.d ... 2009
  1. Biaya Penelitian                                  :  Rp ......................................................
   ( ............................................................)
 
   Amlapura,  ..................... 2009
Mengetahui:                                                                Peneliti,
Kepala Sekolah .....................
 
 
 
.....................................................                               ...................................................
NIP  ............................................                               NIP  ..........................................
 
 
Menyetujui:
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga
Kabupaten Karangasem,
 
 
 
..........................................................
NIP  .................................................



CONTOH-CONTOH JUDUL PTK
 
  1. 1.            Penerapan model pembelajaran tematik untuk meningkatkan hasil pembelajaran bagi kelas II SDN 1 Ulakan Karangasem.
  2. 2.            Penggunaan model pembelajaran berbasis lingkungan untuk meningkatkan hasil pembelajaran sains di kelas III SDN 2 Manggis Karangasem
  3. 3.            Penggunaan media gambar berseri untuk meningkatkan kemampuan mengarang cerpen bagi siswa kelas V SDN 2 Abang
  4. 4.            Penerapan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan sikap kerja sama dan hasil belajar matematika bagi siswa kelas VI SDN 1 Tianyar.
  5. 5.            Penerapan modul bermuatan fakta-fakta kontekstual untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas V SDN 5 Amlapura
  6. 6.            Penerapan model pembelajaran terpadu untuk meningkatkan kemampuan memahami lingkungan siswa kelas III SDN 2 Amlapura
  7. 7.            Penerapan model pembelajaran Investigasi kelompok untuk meningkatkan hasil belajar sains kelas V SDN 1 Rendang
  8. 8.            Penerapan LKS bermuatan sains teknologi masyarakat untuk meningkatkan keterampilan pemahaman siswa kelas VII SMPN 1 Sidemen
  9. 9.            Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan bernalar matematika bagi siswa kelas VIII SMPN 1 Manggis
  10. 10.        Penerapan model pembelajaran outdor untuk meningkatkan hasil belajar sains kelas IV SDN 1 Kubu
  11. 11.        Penerapan model tutor teman sebaya untuk meningkatkan keterampilan pasing atas permainan voly bagi siswa kelas IV SDN 1 Culik
  12. 12.        Penerapan contoh-contoh kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menerapkan keyakinan beragama hindu bagi siswa kelas V SDN 2 Ulakan
  13. 13.        Penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kinerja ilmiah sains bagi siswa kelas III SDN 2 Amlapura
  14. 14.        Penerapan model STAD sebagai upaya meningkatkan hasil pembelajaran IPS bagi siswa kelas IV SDN 3 Abang
  15. 15.        Penerapan model pembelajaran Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan menyimak puisi bagi siswa kelas V SDN 1 Rendang
  16. 16.        Penerapan model pembelajaran pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah bagi siswa kelas VI SDN 3 Amlapura
  17. 17.        Penerapan model penalaran sebagai upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis sains bagi siswa kelas IX SMPN 2 Abang
  18. 18.        Penerapan model rangkuman materi PKn untuk meningkatkan kemampuan menganalisis masalah sosial bagi siswa kelas V SDN 2 Abang
  19. 19.        Penerapan model pembelajaran pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah bagi siswa kelas VI SDN 2 Manggis
  20. 20.        Penerapan model penalaran sebagai upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis sains bagi siswa kelas V SDN 3 Sidemen
  21. 21.        Penerapan model rangkuman materi pelaran PKn untuk meningkatkan kemampuan menganalisis masalah sosial bagi siswa kelas V SDN 2 Tianyar
 
 
 
Proses pengkonstruksian pemahaman memerlukan satu atau lebih dari langkah-langkah berikut (Santyasa, 2004b): (1) melakukan interpretasi konsep, (2) mengidentifikasi pendekatan penyelesaian masalah, termasuk melakukan seleksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip IPS yang tepat dan mendasar, (3) mengoreksi implementasi pendekatan dan penerapan konsep atau prinsip dalam situasi tertentu, dan (4) pengecekan bahwa solusi tersebut secara lengkap masuk akal dan ilmiah. Jadi, cakupan pembelajaran IPS memerlukan pemecahan masalah yang memiliki karakteristik khusus dan keterampilan-keterampilan interpretasi konsep yang ternyata sering menyulitkan pekerjaan secara individual. Dukungan orang lain dalam bekerja secara kooperatif menyediakan peluang pada para siswa untuk dapat memecahkan masalah kompleks yang barangkali tidak akan mereka capai bila bekerja sendirian. Dalam hal ini, saling memberikan bimbingan dan balikan antar siswa sangat diperlukan. Bekerja dalam kelompok membantu siswa mengembangkan pengetahuan mereka melalui argumentasi, kontroversi berstruktur, dan pengajaran timbal balik. Di samping itu, siswa memiliki peluang untuk mampu memecahkan masalah-masalah yang kompleks bila mereka memperoleh dukungan siswa lain dalam kelompok kooperatif (Kodiani, 2004; Muliahati, 2005; Muliahati & Kodiani, 2003; Santyasa, 2004a). Oleh sebab itu, model investigasi kelompok sangat penting untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS.
 
 
 
 
 
 
 

 


 


Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar