Salam dan Bahagia
Pada kesempatan kali ini sahabat suryacreative akan berbagi cerita tentang tugas modul 1.4.a.9 tentang koneksi antar materi pentingnya budaya positif di sekolah. Berikut ini adalah mind mapping koneksi antar materi yang saya buat.
Tidak ada keabadian dalam kehidupan manusia dan lingkungannya. Pengaruh alam dan jaman adalah penguasa kodrat yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Anak-anak adalah sebuah kehidupan yang akan tumbuh menurut kodratnya sendiri, yaitu kekuatan hidup lahir dan hidup batin mereka (Dewantara I,2004). Ki Hadjar menekankan arti penting memperhatikan kodrat alam dalam diri anak semasa pendidikan. Artinya Pendidikan itu sudah setua usia manusia ketika manusia mulai bertahan hidup dan mempertahankan hidup dengan membangun peradabannya. Mendidik anak itu sama dengan mendidik masyarakat karena anak itu bagian dari masyarakat. Mendidik anak berarti mempersiapkan masa depan anak untuk berkehidupan lebih baik, demikian pula dengan mendidik masyarakat berarti mendidik bangsa ( Dewantara I, 2004).
Dalam hal ini, Ki Hadjar membedakan antara Pengajaran dan Pendidikan. Pendidikan adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ibarat bibit dan buah. Pendidik adalah petani yang akan merawat bibit dengan cara menyiangi hulma disekitarnya, memberi air, memberi pupuk agar kelak berbuah lebih baik dan lebih banyak, namun petani tidak mungkin mengubah bibit mangga menjadi berbuah anggur. Itulah kodrat alam atau dasar yang harus diperhatikan dalam Pendidikan dan itu diluar kecakapan dan kehendak kaum pendidik. Sedang Pengajaran adalah Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin (Dewantara I, 2004).
Dalam proses menuntun, anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi, bakat dan minatnya sebagai individu yang unik, akan tetapi guru sebagai pamong harus memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Guru sebagai pamong dapat memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaanya dalam belajar. Sebagai pamong, guru diharapkan memiliki nilai-nilai positif seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpusat pada murid yang dibutuhkan untuk membentuk karakter murid sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk dapat mengembangkan budaya positif di sekolah agar dapat menumbuhkan motivasi intrinsic dalam diri murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti yang luhur.
Tujuan membangun budaya positif di sekolah adalah menumbuhkan karakter murid yang bukan hanya mendorong murid untuk sukses secara moral maupun akademik di lingkungan sekolah, tetapi juga untuk menanam moral yang baik pada diri murid ketika sudah terlibat di dalam masyarakat. Sekolah sebagai institusi pembentuk karakter dapat menerapkan budaya positif seperti, menentukan posisi kontrol guru yang sesuai dengan kebutuhan murid, melakukan kesepakatan kelas dan penerapan disiplin positif di kelas. Mengembangkan budaya positif di sekolah pada hakekatnya adalah melakukan perubahan positif dalam mencapai visi sekolah yang ideal yakni dapat mendukung penumbuhan murid merdeka. Sekolah perlu terus berupaya untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, dan kompetitif dalam mewujudkan lingkungan belajar yang berpihak pada murid. Perubahan positif tersebut dapat dicapai dengan mengembangkan budaya positif di sekolah.
Dalam melakukan perubahan tersebut, kita bisa menggunakan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) sebagai model manajemen perubahan yang digunakan untuk membawa perubahan positif dalam suatu system. Langkah operasionalnya bisa dilakukan dengan tahapan BAGJA, yaitu Buat pertanyaan, Ambil pelajara, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi. Untuk mewujudkan budaya positif di sekolah, perlu menggandeng semua pihak untuk menjadi actor dan pemangku kepentingan yang bisa berkontribusi mewujudkan visi sekolah inklusif yang berpihak pada murid. Jika budaya positif telah menjadi pembiasaan bagi seluruh warga sekolah, niscaya visi sekolah tercapai dan semua warga sekolah nyaman dan dipenuhi cinta kasih di sekolah sehingga akan tercipta merdeka belajar yang berpusat pada murid.
Dalam mewujudkan budaya positif peran guru di kelas adalah membuat kesepakatan kelas bersama murid guna mencapai visi sekolah. Dalam hal membuat kesepakatan kelas, guru senantiasa menegaskan budaya positif yang disepakati dan menjauhkan hukuman ataupun pemberian hadiah sebagai bujukan untuk pembiasaan budaya positif. Hasil kesepakatan kelas dapat ditempel di sudut ruangan agar dapat dilihat oleh seluruh murid. Jika budaya positif telah menjadi pembiasaan bagi seluruh warga sekolah, niscaya visi sekolah tercapai dan semua warga sekolah nyaman dan dipenuhi cinta kasih di sekolah.
"Apapun yang dilakukan oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya". - Ki Hadjar Dewantara
0 komentar:
Posting Komentar