Minggu, 13 Juni 2021

Contoh Proposal PTK #2 IPA

 






Penerapan model pembelajaran Kooperatif Jigsaw DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA untuk

meningkatkan aktivitas dan  prestasi

belajar IPA KELAS IXB SMP NEGERI 1 ABANG

 

 

1.1 Latar Belakang

Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya, yang cerdas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri, serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (dalam Depdiknas, 2003). Dengan demikian, pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang sangat penting dan diharapkan mampu menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang profesional dalam bidangnya, dan memiliki disiplin tinggi serta berbudi pekerti yang luhur. Dalam PP no 19 tahun 2005 disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Oleh sebab itu pendidikan wajib diberikan kepada peserta didik agar memiliki kecerdasan, pengetahuan dan ahklak mulia untuk belajar hidup mandiri demi masa depan.

            Untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran, maka setiap akhir program pembelajaran dilakukan evaluasi. Salah satu hasil evaluasi tersebut adalah prestasi belajar IPA.  Dewasa ini prestasi belajar IPA yang dicapai oleh siswa masih tergolong rendah. Rendahnya prestasi belajar IPA dialami oleh kelas IX B SMP Negeri 1 Abang. Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan  terhadap siswa kelas IX B terungkap beberapa permasalahan sebagai berikut.

Pertama, aktivitas belajar siswa masih relatif rendah, sebagian besar siswa beranggapan bahwa IPA adalah pelajaran sulit, banyak rumus sulit untuk dimengerti. Di samping itu, siswa kelas IX B kurang tertarik belajar IPA terungkap dengan banyaknya siswa yang bercakap-cakap dan kurang merespon pembelajaran yang berlangsung.

Kedua, siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami konsep, ini merupakan dampak dari pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada pengahafalan materi-materi atau contoh-contoh yang diberikan oleh guru tanpa terjadi pembentukan konsep yang benar dalam struktur kognitif siswa.

Ketiga, selama proses pembelajaran, metode yang digunakan kurang variatif  yaitu lebih didominasi satu metode sehingga menimbulkan kejenuhan dalam diri siswa saat belajar. Pembelajaran IPA di kelas IX B jarang sekali mengkaitkan konsep-konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan.

Untuk itu, guru hendaknya mencari pemecahan-pemecahan permasalahan diatas dengan menerapkan beberapa metode dan model-model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang lebih memberikan kesempatan pada siswa berperan aktif dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A.,1994 dalam Suriasa (2008:3). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Atas dasar kenyataan yang diuraikan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan  penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan menggunakan multimedia untuk meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IX B SMP Negeri 1 Abang.

 

1.2 Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka  permasalahan yang dicari pemecahannya dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai sebagai berikut.

1.      Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Abang?

2.      Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Abang?

 

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus adalah sebagai berikut.

a.       Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Abang dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan menggunakan multimedia.

 

b.      Tujuan Khusus

1.      Meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Abang.

2.      Meningkatkan prestasi belajar IPA  siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Abang.

 

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan  dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat secara teoritis adalah penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat dijadikan dasar teori bagi penelitian lebih lanjut, karena mampu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

Manfaat secara praktis adalah sebagai berikut:

1.      Bagi siswa

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunkan multimedia dapat memberikan pengalaman bagi siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajaran yang telah dilakukannya. sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran IPA.

2.      Bagi guru IPA

Hasil penelitian ini dapat dipakai para guru sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar IPA  dan aktivitas belajar siswa.

3.      Bagi Sekolah

Dengan meningkatnya aktivitas dan prestasi belajar IPA siswa akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di SMP Negeri 1 Abang. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar pada mata pelajaran lainnya.

 

 

 

 

2. Landasan Teori

2.1   Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Lungdren, 1994 dalam Suriasa 2008:9).

a.       Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”

b.      Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c.       Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

d.      Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.

e.       Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f.       Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

g.      Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa,  (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan Carin (1993) dalam Suriasa (2008:9).

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Suriasa (2008:9), yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk belajar.

a.       Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Kebelajaran kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.

b.      Pertanggungjawaban individu

Kebelajaran kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

c.       Kesempatan yang sama untuk mencapai kebelajaran

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan hasil yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang belajar rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk belajar dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana kebelajaran individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana kebelajaran individu ditentukan atau dipengaruhi oleh kebelajaran kelompoknya (Slavin, 1995 dalam Suriasa, 2008:10). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai stidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu sebagai berikut.

a.       Prestasi belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki hasil siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan prestasi belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan prestasi belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b.      Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c.       Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan.

 

2.2  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994) dalam Suriasa (2008:12). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli dijelaskan sebagai berikut (Arends, 1997). Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995) dalam Suriasa (2008):

  1. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
  2. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.
  3. Diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya.
  4. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik.
  5. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.

Setelah kuis dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor perkembangan individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi sumbangan pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan skor terakhir.

 

2.3 Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran IPA

Media berasal dari kata medium yang artinya perantara atau pengantar. Dengan demikian media diartikan sebgai perantara sampainya pesan belajar (message learning) dari sumber pesan (message resource) kepada penerima pesan (message receive) sehingga terjadi interaksi belajar mengajar. Media pembelajaran meliputi segala sesuatu yang dapat membantu pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi, daya piker, dan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas atau mempertahankan perhatian peserta terhadap materi yang sedang dibahas Munir (2008) dalam Endang dan Nuryata (2010:61). Media adalah mode stimulus-interaksi manusia, relita, gambar, symbol tulisan, suara. Media adalah software berikut hardware yang digunakan dalam komunikasi pembelajaran.

Munir 2008 dalam Endang dan Nuryata (2010:64) menyebutkan kelebihandari media pembelajaran dalam mendukung pembelajaran, yaitu:

  1. Dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas, karena memperjelas konsep yang sulit dibahas menjadi mudah atau lebih sederhana.
  2. Dapat menjelaskan materi pembelajaran atau obyek yang abstrak menjadi konkrit.
  3. Media pembelajaran dapat membantu peserta didik untuk memahami, mudah mengingat atau mengungkapkan kembali karena media yang digunakan dapat membantu guru menyajikan pembelajaran lebih mudah, cepat dan jelas.
  4. Menarik dan membangkitkan perhatian, minat, motivasi aktivitas dan kreativitas belajar peserta didik.
  5. Memancing partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran dan memberikan kesan yang mendalam dalam pikiran.
  6. Materi yang sudah dipelajari dapat diulang kembali. Misalnya menggunakan rekaman video, VCD/DVD, tape recorder atau TV.
  7. Dapat membentuk persamaan pendapat dan persepsi yang benar terhadap suatu obyek karena disampaikan tidak hanya secara verbal, namun dalam bentuk nyata menggunkan media pembelajaran.
  8. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga  peserta didik dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempatbelajarnya memberikan pengalaman nyata.
  9. Membentuk sikap peserta didik (aspek afektif) dan meningkatkan ketrampilan (psikomotor).
  10. Peserta didik belajar sesuai dengan karakteristiknya, kebutuhan, minat, dan bakatnya baik belajar secara individual, kelompok, atau klasikal.
  11. Menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

Dalam pembelajaran IPA di SMP penggunaan multimedia, dilakukan untuk menunjang pembelajaran di kelas. Media itu ada yang elektronik ataupun media non elektronik. Media non elektronik seperti torso, model-model tumbuhan dan hewan, carta dan lain sebagainya. Media elektronik itu seperti Power supply, Multimeter digital, computer, LCD, VCD/DVD player, tape dan lain sebagainya. Dalam pembelajaran listrik statis dan dinamis, untuk menjelaskan materi tersebut agar lebih mudah dipahami dan dimengerti maka digunakan media computer/laptop, LCD dan CD Program pesona Edukasi Fisika.

 

2.4 Aktivitas Belajar

            Aktivitas merupakan keadaan internal diri yang dapat membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara prilaku disampaikan oleh Woolfolk (1993) dalam (Arya, 2004:46). Secara umum aktivitas menunjuk kepada seluruh gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dari dalam diri individu, dan tujuan akhir dari gerakan atau perbuatan.

Murray (dalam Arya, 2004:50) memberikan deskripsi tentang kecenderungan-kecenderungan sikap individu yang memiliki aktivitas belajar tinggi, yaitu sebagai berikut :

a.    memiliki dorongan yang kuat untuk menyelesaikan tugas yang sulit,

b.    memiliki dorongan untuk menguasai dan mengorganisir benda, orang, dan gagasan,

c.    ingin mengerjakan sesuatu secepat dan semandiri mungkin,

d.   ingin memperoleh pengakuan dari orang lain atas hasilnya dan atas segala usahanya.

Menurut Slavin (1995) dalam Suriasa (2008:19) aktivitas belajar adalah upaya keras yang dilakukan secara terus menerus untuk mencapai suatu tujuan. Lebih lanjut Slavin menyatakan bahwa siswa yang mempunyai aktivitas belajar yang kuat cenderung bertahan lebih lama menyelesaikan suatu tugas dibandingkan dengan siswa yang kurang memiliki aktivitas belajar. Kalaupun mereka gagal, mereka akan menghubungkan kegagalan  tersebut dengan kurangnya usaha.

Pada dasarnya siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi sangat besar harapannya untuk meraih sukses dan tidak banyak pikirannya dihantui oleh perasaan-perasaan gagal, dan mereka umumnya memiliki harapan untuk sukses lebih besar serta memiliki semangat kompetisi yang lebih positif dan terarah. Bagi seseorang yang memiliki aktivitas belajar tinggi juga tampak melalui usaha-usahanya untuk menghindari kegagalan yang menghadangnya. Adapun bentuk usaha-usaha tersebut seperti : belajar dengan rajin, selalu mengerjakan tugas tepat waktu, dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan.      

Dari uraian tersebut aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan yang berdasarkan dorongan dari dalam diri siswa untuk meraih sukses dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dan bertujuan untuk memperoleh keberhasilan dalam kompetisi. Untuk mencapai keberhasilan dalam kompetisi atau pengakuan keunggulan dari siswa lain dapat dilakukan dengan rajin belajar, mempunyai harapan untuk sukses dalam segala tindakan, dan berusaha dengan sekuat tenaga menghindari segala bentuk kegagalan yang menghadang. Dari uraian tersebut, diperoleh 5 indikator aktivitas. Adapun 5 indikator prilaku siswa yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1) Interaksi siswa dengan guru, 2) Interaksi siswa dengan siswa, 3) Kerjasama dalam kelompok.        4)Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok. 5) Partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil belajar.

 

2.5 Prestasi belajar

            Prestasi belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes. Menurut Bloom prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendapat lain mengemukakan bahwa prestasi belajar mencerminkan sejauhmana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada setiap bidang studi. Gambaran prestasi belajar siswa dapat dinyatakan dengan angka dari 0 sampai dengan 10 (Arikunto, 1991).  Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu usaha, kemampuan, dan sikap siswa dalam menyelesaikan suatu hal di bidang pendidikan Di samping itu, prestasi belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor, angka kelulusan, dan predikat kebelajaran (Saifudin Azwar, 1996:44)

            Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur dan berwujud penguasaan ilmu pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dari proses belajar.

 

2.6 Kerangka Berpikir

            Berdasarkan pada pemamparan teori diatas maka kerangka penelitian ini dibuat sesuai bagan berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Upaya yang dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya adalah melakukan tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan secara optimal. Menerapkan berbagai model pembelajaran dalam proses belajar mengajar (PBM) adalah salah satu contoh dari tindakan tersebut. Dalam penelitian akan dicobakan suatu model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan multimedia. Model ini akan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada siswa dalam mengembangkan rasa kerjasama dan tanggung jawab serta kompetisi yang positif. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw  berbantuan multimedia siswa menjadi senang, tertarik, aktif dan bergairah dengan pelajaran IPA. Dengan adanya rasa kerja sama dan tanggung jawab diharapkan dapat menumbuhkan aktivitas belajar di dalam diri siswa. Aktivitas belajar ini akan memacu siswa untuk belajar lebih baik.  Dari paparan ini dapat diduga bahwa pernerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan prestasi belajar IPA dan aktivitas belajar siswa.

 

2.7 Hipotesis Tindakan

            Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.      Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Abang.

2.      Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Abang.

 

3. Metode Penelitian

A.    Setting Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah penelitian tindakan kelas atau class room action research yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran dalam kelas.

  1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama empat bulan yaitu dari bulan September 2010 sampai bulan Desember 2010. Alasan peneliti mengambil waktu tersebut karena peneliti menemukan masalah yang harus segera dipecahkan dalam pembelajaran IPA dan masalah yang sering muncul adalah bidang fisika. Disamping itu materi yang harus disampaikan dalam pembelajaran IPA adalah bagian Listrik Statis dan Listrik Dinamis.

 

 

  1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX B SMP Negeri 1 Abang yang beralamat di  Desa Abang, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Alasan peneliti melaksanakan penelitian pada kelas karena dari kelas tersebut terungkap permasalahan-permasalahan: 1) pembelajaran IPA  cenderung lebih didominasi dengan menggunakan metode ceramah, 2) permasalahan yang disajikan cenderung kurang dikaitkan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kurangnya penggunaan strategi pemecahan masalah sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih sangat kurang, 3) dalam pembelajaran siswa masih jarang siswa yang mengajukan pertanyaan ataupun tanggapan pada guru. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari empat pertemuan, dengan distribusi waktu empat pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu pertemuan untuk pemberian evaluasi. Peneliti juga mengajar di kelas IX B tempat penelitian ini berlangsung.

 

B.     Subjek Penelitian 

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Abang tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 37 orang dengan 23 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan.

 

C.    Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Abang. Data yang dicari dalam penelitian ini adalah : (1) aktivitas belajar, dan (2) prestasi belajar IPA.

 

D.    Teknik dan Alat Pengumpulan Data

            Data dan teknik pengumpulan data  dalam penelitian ini adalah :

 

 

Tabel 1. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

 

No

Jenis Data

Instrumen

Metode

1

Aktivitas belajar siswa

Lembar observasi

Observasi

2

Prestasi belajar siswa

Tes prestasi belajar

Tes

 

(1)   Data aktivitas belajar siswa, dikumpulkan dengan lembar observasi dan diambil tiap pertemuan selama penelitian. Dalam penelitian ini,  aktivitas belajar yang dimaksud ditunjukkan oleh 5 indikator aktivitas. Masing-masing indikator dijelaskan dengan 4 deskriptor aktivitas, yang dimodifikasi dari indikator aktivitas yang dirumuskan oleh Tim Instruktur PKG (Suriasa, 2004). Adapun 5 indikator prilaku siswa yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1)      Interaksi siswa dengan guru

Untuk menilai indikator ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.

(a)    Siswa mengajukan pertanyaan minimal satu kali pada guru terkait dengan hal yang dianggapnya belum jelas.

(b)   Siswa berusaha menjawab dengan benar pertanyaan guru.

(c)    Siswa berusaha menjawab benar pertanyaan yang dijawab salah sebelumnya.

(d)   Siswa mengemukakan pendapat pada guru.

2)      Interaksi siswa dengan siswa

Untuk menilai indikator ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.

(a)    Siswa bertanya pada rekan-rekannya yang lebih mampu.

(b)   Siswa menjawab pertanyaan temannya.

(c)    Siswa mencoba memperbaiki kesalahan temannya saat mengerjakan soal.

(d)   Siswa memperhatikan penjelasan temannya.

3)      Kerjasama dalam kelompok

Untuk menilai indikator ini perlu diperhatikan deskriptor sebagai berikut.

 

(a)    Adanya pembagian tugas dalam kelompoknya.

(b)   Mengerjakan tugas kelompok dengan seksama.

(c)    Mengerjakan tugas sampai tuntas.

(d)   Saling membantu antar anggota kelompok .

4)      Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok

Untuk menilai indikator ini perlu diperhatikan deskriptor sebagai berikut.

(a)    Siswa mengemukakan pendapat dalam diskusi.

(b)   Siswa menanggapi pendapat temannya.

(c)    Siswa berusaha untuk memberikan yang lain setiap ada pertanyaan.

(d)   Siswa berusaha memberikan contoh dengan benar dalam diskusi.

5)      Partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil belajar

Untuk menilai indikator ini perlu diperhatikan deskriptor sebagai berikut.

(a)    Siswa dapat menyimpulkan materi yang dibahas.

(b)   Siswa dapat memperbaiki simpulan materi yang dibahas.

(c)    Siswa dapat memperbaiki atau menambahkan simpulan dari temannya.

(d)   Mencatat ringkasan atau rangkuman yang diberikan oleh guru.

Skor yang diberikan mengikuti skala penilaian pada tabel berikut.

Tabel 2 Skala Penilaian Aktivitas Belajar

Skala penilaian

Deskriptor

5

Semua deskriptor tampak

4

Tiga deskriptor tampak

3

Dua deskriptor tampak

2

Satu deskriptor tampak

1

Tidak ada deskriptor tampak

 

(2)   Data prestasi belajar IPA. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan tes prestasi belajar IPA. Tes ini dalam bentuk soal essay.

(3)   Data mengenai respon siswa, yang dikumpulkan dengan angket respon pada akhir penelitian. Untuk mengetahui respon siswa mengenai proses pembelajaran digunakan angket atau kuisioner. Angket yang digunakan yaitu model skala Likert dengan pilihan sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan yang positif, masing-masing pilihan pada setiap item diberi skor yaitu : SS = 5 ; S = 4 ; RR = 3 ; TS = 2 ; STS = 1. Sedangkan untuk pernyataan yang negatif, masing-masing pilihan pada setiap item diberi skor yaitu : SS = 1 ; S = 2 ; RR = 3 ; TS = 4 ; STS = 5.

 

E.     Validasi Data

Validasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan hasil belajar (nilai tes) yang divalidasi instrumen tes. Validasi tes dilakukan dengan expert judgment oleh rekan guru yang sudah menyandang gelar megister (S2). Proses pembelajaran (observasi, wawancara) yang divalidasi datanya melalui triangulasi: triangulasi sumber dan triangulasi waktu.

Triagulasi sumber digunakan  untuk melihat kevalidan data oleh sumber yang berbeda. Misalnya untuk melihat hasil belajar siswa meningkat, tidak cukup melihat dengan hasil tes yang diberikan oleh peneliti sendiri, tetapi juga dicocokkan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa dengan menggunakan tes lain yang dibuat oleh guru lain yang mengajar pada kelas yang berbeda. Jika hasil belajar siswa meningkat, berarti data peningkatan hasil belajar siswa sudah valid.

Sedangkan triagulasi waktu dilakukan untuk memvalidasi data berupa data kualitatif atau hasil pengamatan terhadap aktifitas belajar siswa pada proses penelitian berlangsung. Untuk melihat validnya data ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap aktifitas pada waktu yang berbeda-beda. Misalnya pengamatan pada jam-jam pertama ataupu jam-jam terakhir pelajaran. Apabila hasil pengamatan terhadap aktifitas belajar ini tetap meningkat baik pada jam pertama maupun jam terakhir maka data aktivitas belajar ini memang benar-benar valid.

 

F.     Analisis Data

Data-data yang dianalisis terdiri dari:

1)      Data Aktivitas Belajar Siswa

Analisis terhadap aktivitas belajar siswa dilakukan secara deskriptif. Kriteria penggolongan aktivitas disusun berdasarkan mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI). Rumus MI dan SDI adalah :

                 MI = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)

                 SDI = 1/6 (skor tertinggi ideal – skor terendah ideal)

                                                                        (Nurkancana, Sunartana, 1992)

Aktivitas belajar siswa ditentukan dengan menghitung rata-rata aktivitas belajar siswa untuk kemudian dikategorikan dengan pedoman berikut.

 

Tabel 3. Kreteria Penilaian Aktivitas Belajar

Skor

Kriteria

 ³ MI + 1,5 SDI                                          ³ 80

Sangat Tinggi

MI + 0,5 SDI £  < MI + 1,5 SDI               67 £  <80

Tinggi

MI – 0,5 SDI £  < MI + 0,5 SDI               53 £  <67

Sedang

MI – 1,5 SDI £ < MI – 0,5 SDI                 40 £ < 53

Rendah

 < MI – 1,5 SDI                                            < 40

Sangat rendah

 

Untuk aktivitas belajar siswa digunakan kuisioner yang terdiri dari 20 item. Tiap item memiliki skor maksimum 5 dan skor minimum 1, dengan demikian skor tertinggi dan skor terendah adalah 100 dan 20. Sehingga dapat dihitung mean ideal (MI) dan standar deviasi (SDI) yaitu:

MI  = 1/2 (100 + 20) = 1/2 . 120 = 60

SDI = 1/6 (100 – 20) = 1/6 . 80 = 13,3

Sehingga nilai di atas dapat dikompersikan pada tabel 5

Untuk skor rata-rata aktivitas belajar siswa digunakan rumus :

      

 

       Keterangan :

      *       = skor rata-rata aktivitas belajar siswa

      X         = skor aktivitas belajar siswa

      N         = banyaknya siswa

Kriteria  keberhasilan aktivitas belajar siswa berhasil bila aktivitas belajar siswa berada pada kreteria tinggi

 

2)      Data Prestasi belajar IPA

Prestasi belajar IPA dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menentukan nilai rata-rata prestasi belajar IPA (mean) dengan rumus :

 =

Keterangan:

             M        = Rata-rata penguasaan konsep

X         = Nilai tes prestasi belajar siswa

N         = Banyaknya siswa

                                                      (Nurkancana, Sunartana, 1990:173)

 

Kualifikasi prestasi belajar IPA ditentukan dengan kriteria berikut.

Tabel 4. Kreteria Prestasi Belajar

Skor

Kriteria

85           M            100

Sangat Baik

70           M      <      85

Baik

55           M      <      70

Cukup

40           M      <      55

Kurang

0           M      <      40

Sangat Kurang

                                                                             (STKIP Singaraja,1999:28)

       Kriteria keberhasilan nilai rata-rata prestasi belajar IPA kelas sekurang-kurangnya 65 sesuai dengan tuntutan kurikulum serta daya serap dan ketuntasan belajar siswa  dengan rumus sebagai berikut.

 

 

DS = M x 10%

KB =

Keterangan :                                            

DS       = Daya Serap

                                    M         = Nilai rata-rata penguasaan konsep              

KB      = Ketuntasan Belajar

N         = Banyaknya Siswa

Daya serap dan ketuntasan belajar yang dicapai diharapkan memenuhi tuntutan kurikulum yaitu Daya Serap (DS) ³ 65% dan Ketuntasan Belajar (KB) ³ 85% sesuai dengan KKM yang ditetapkan di SMP negeri 1 Abang.

 

G.    Indikator Kinerja

            Aktivitas belajar siswa ditentukan dengan menghitung rata-rata aktivitas belajar siswa untuk kemudian dikategorikan dengan pedoman yang ditetapkan di atas. Kriteria  keberhasilan aktivitas belajar siswa berhasil bila aktivitas belajar siswa berada pada kreteria tinggi.

Prestasi belajar IPA dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menentukan nilai rata-rata prestasi belajar IPA. Kreteria keberhasilan dari prestasi belajar bila rata-rata nilai prestasi belajar dan daya serap yang dicapai yaitu ³ 65 dan Ketuntasan Belajar (KB) ³ 85% sesuai dengan hasil KKM yang telah ditetapkan.

 

H.    Prosedur Penelitian

      Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan mengikuti beberapa tahapan seperti yang dikemukakan Kemmis & Taggart (1998) yaitu: 1) tahap perencanaan (planing), 2) tahap tindakan (action), 3) tahap observasi/ evaluasi (evaluation), dan 4) tahap refleksi (reflection), kemudian kembali lagi ke tahap perencanaan, tahap tindakan dan seterusnya, sehingga membentuk siklus seperti yang digambarkan pada gambar 3.1.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


                 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3.1 Skema DesainPenelitian Tindakan

 

 

 

Rincian konsep yang dibahas pada setiap siklus disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 6. Konsep yang dibahas pada masing-masing siklus

SIKLUS

KONSEP

WAKTU

I

 

Listrik Statis

1.    Muatan Listrik

§  Jenis-jenis muatan listrik

§  Muatan listrik pada benda

2.    Hukum Coulomb

§  Medan listrik

§  Potensial listrik

3.      Elekstroskop

4.      Penerapan listrik statis

 

Tes Prestasi belajar siklus I

 

4 kali pertemuan

4 x 2 JP

II

 

Listrik Dinamis

1.      Arus listrik

§  Kuat arus listrik

§  Tegangan/potensial listrik

§  Alat ukur

2.      Hukum Ohm

·      Hambatan

·      Hambat jenis

3.      Hukum  Kirchoff

4.      Rangkaian hambatan

 

Tes Prestasi belajar siklus II

 

 

4 kali pertemuan

4 x 3 JP

 

 

 

 

 

Refleksi Awal

            Keadaan awal tentang prestasi belajar IPA dan aktivitas belajar siswa  diperoleh dari observasi dan wawancara. Berdasarkan observasi dan wawancara tersebut, ditemukan beberapa permasalahan  antara lain sebagai berikut.

(a)        Aktivitas belajar siswa masih relatif rendah, sebagian besar siswa beranggapan bahwa IPA  sulit dan terkesan bagi siswa menakutkan dan membosankan.

(b)       Siswa sering kesulitan dalam memahami konsep-konsep IPA .

(c)        Siswa tidak mengetahui hubungan dan manfaat konsep IPA yang dipelajari dengan kehidupan sehari-harinya sehingga siswa cenderung berpikiran bahwa IPA  tidak penting.

(d)       Media pembelajaran jarang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

(e)        Penggunaan metode ceramah masih mendominasi dalam pembelajaran.

 

Siklus I

            Dalam siklus I, dilakukan beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan tindakan I, pelaksanaan tindakan I, observasi dan evaluasi I, serta tahap refleksi yang dilaksanakan pada akhir siklus oleh peneliti. Tujuan refleksi siklus I ini adalah untuk melihat kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan yang terjadi dalam tindakan sebelumnya dan memberikan masukan pada tindakan di siklus berikutnya, sehingga kelemahan dalam siklus berikutnya dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh hasil yang optimal. Masing-masing tahapan dipaparkan sebagai berikut.

 

(a)     Perencanaan Tindakan I

Untuk melaksanakan tindakan, hal-hal yang perlu dipersiapkan meliputi:

1.    Menentukan materi ajar

2.    Menyiapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpedekatan STML.

3.    Membentuk kelompok siswa yang kemampuannya bersifat heterogen berdasarkan nilai ulangan harian dengan anggota 4 sampai 6 orang.

4.    Menyiapkan instrumen penelitian berupa :

-       Lembar kerja siswa

-       Rencana Pembelajaran,

-       Multimedia (LCD, Laptop, Pesona Edukasi Fisika)

-       Tes Prestasi belajar IPA

-       Kuesioner untuk aktivitas belajar siswa

 

(b)     Pelaksanaan tindakan I

Langkah-langkah yang dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar dipaparkan sebagai berikut.

Tahap pendahuluan

1.    Menginformasikan beberapa materi yang harus diingat kembali oleh siswa sebagai prasyarat dalam mempelajari materi yang akan diberikan.

2.    Menyampaikan indikator ketercapaian yang hendak dicapai.

3.    Dengan metode tanya jawab, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan stimulan untuk meaktivitas siswa mengikuti pembelajaran.

Tahap inti pembelajaran

1.    Guru menyuruh siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya pada tempat yang telah ditentukan.

2.    Guru menyeting pembelajaran sesuai dengan sintaks model jigsaw.

3.    Masing-masing siswa dibagikan LKS.

4.    Guru menjelaskan cara-cara pengisian LKS.

5.    Siswa diberi kesempatan berdiskusi dalam kelompoknya untuk membahas masalah-masalah serta menjawab soal-soal yang tertuang pada LKS.

6.    Guru berkeliling dan mengawasi siswa selama kerja kelompok berlangsung.

7.    Guru memberikan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan pada kelompok siswa yang bersangkutan.

8.    Jika banyak siswa yang mengalami kesulitan pada salah satu soal pada LKS maka guru menjelaskannya di depan kelas.

9.    Setelah waktu untuk diskusi kelompok berakhir, dilanjutkan dengan diskusi kelas.

Tahap Penutup

1.    Siswa membuat rangkuman materi dengan bantuan guru

2.    Guru memberikan PR.

 

(c)      Observasi dan Evaluasi I

Observasi dilakukan setiap dilaksanakannya pertemuan dengan cara melihat dan mencatat fenomena-fenomena yang terjadi baik berupa kendala-kendala atau permasalahan yang ditemui selama pelaksanaan tindakan maupun hal-hal yang positif yang terjadi pada proses pembelajaran. Evaluasi mengenai  prestasi belajar siswa dilaksanakan pada akhir siklus dengan memberikan tes prestasi belajar IPA , sedangkan untuk aktivitas belajar dilakukan dengan membagikan lembar kuesioner aktivitas belajar.

 

(d)     Refleksi I

Refleksi dilakukan pada akhir siklus, sebagai acuan dalam refleksi ini adalah hasil tes prestasi belajar IPA  dan hasil kuesiner aktivitas belajar serta hasil wawancara kepada siswa terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya. Tahap-tahapan pada siklus-siklus berikutnya merupakan perbaikan dari tahap-tahapan pada siklus sebelumnya.

 

Siklus II

            Dalam siklus II, dilakukan beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan tindakan II, pelaksanaan tindakan II, observasi dan evaluasi II, serta tahap refleksi yang dilaksanakan pada akhir siklus oleh peneliti. Tujuan refleksi siklus II ini adalah untuk melihat kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan yang terjadi dalam tindakan sebelumnya dan memberikan masukan pada tindakan di siklus berikutnya, sehingga kelemahan dalam siklus berikutnya dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh hasil yang optimal. Masing-masing tahapan dipaparkan sebagai berikut.

 

(a)     Perencanaan Tindakan II

Untuk melaksanakan tindakan, hal-hal yang perlu dipersiapkan meliputi:

1.      Menentukan materi ajar

2.      Menyiapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan multimedia.

3.      Membentuk kelompok siswa yang kemampuannya bersifat heterogen berdasarkan nilai ulangan harian dengan anggota 4 sampai 6 orang.

4.      Menyiapkan instrumen penelitian berupa :

-       Lembar kerja siswa

-       Rencana Pembelajaran,

-       Multimedia (LCD, Laptop, Pesona Edukasi Fisika)

-       Tes Prestasi belajar IPA

-       Lembar observasi untuk aktivitas belajar siswa

-       Angket respon siswa

 

(b)     Pelaksanaan tindakan II

Langkah-langkah yang dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar dipaparkan sebagai berikut.

Tahap pendahuluan

1.      Menginformasikan beberapa materi yang harus diingat kembali oleh siswa sebagai prasyarat dalam mempelajari materi yang akan diberikan.

2.      Menyampaikan indikator ketercapaian yang hendak dicapai.

3.      Dengan metode tanya jawab, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan stimulan untuk meaktivitas siswa mengikuti pembelajaran.

Tahap inti pembelajaran

1.    Guru menyuruh siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya pada tempat yang telah ditentukan.

2.    Guru menyeting pembelajaran sesuai dengan sintaks model jigsaw.

3.    Masing-masing siswa dibagikan LKS.

4.    Guru menjelaskan cara-cara pengisian LKS.

5.    Siswa diberi kesempatan berdiskusi dalam kelompoknya untuk membahas masalah-masalah serta menjawab soal-soal yang tertuang pada LKS.

6.    Guru berkeliling dan mengawasi siswa selama kerja kelompok berlangsung.

7.    Guru memberikan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan pada kelompok siswa yang bersangkutan.

8.    Jika banyak siswa yang mengalami kesulitan pada salah satu soal pada LKS maka guru menjelaskannya di depan kelas.

9.    Setelah waktu untuk diskusi kelompok berakhir, dilanjutkan dengan diskusi kelas.

Tahap Penutup

a.    Siswa membuat rangkuman materi dengan bantuan guru

b.    Guru memberikan PR.

 

(c)      Observasi dan Evaluasi II

Observasi dilakukan setiap dilaksanakannya pertemuan dengan cara melihat dan mencatat fenomena-fenomena yang terjadi baik berupa kendala-kendala atau permasalahan yang ditemui selama pelaksanaan tindakan maupun hal-hal yang positif yang terjadi pada proses pembelajaran. Evaluasi mengenai  prestasi belajar siswa dilaksanakan pada akhir siklus dengan memberikan tes prestasi belajar IPA, sedangkan untuk aktivitas belajar dilakukan dengan lembar observasi aktivitas belajar. Pemberian angket respon diakhir pelaksanaan siklus II.

 

(d)     Refleksi I

Refleksi dilakukan pada akhir siklus, sebagai acuan dalam refleksi ini adalah hasil tes prestasi belajar IPA  dan hasil observasi aktivitas belajar serta hasil wawancara kepada siswa. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk menyusun laporan dan membandingkannya dengan hasil yang diperoleh pada siklus I.

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Anonim, 2002. Kurikulum & Hasil Belajar, Rumpun Pelajaran Sains, Pusat

 Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Anonim, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pusat Kurikulum Balitbang

Depdiknas

Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York:  McGrawHill Companies.

 

Arikunto, S. 1991. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

 

Ibrahim, M., Fida R., Nur, M. dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa Press.

 

Kartawan, I Made Arya. 2004. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Aktivitas Belajar Terhadap Prestasi belajar IPA (Studi Eksperimentasi pada Siswa SMU N di Kota Singaraja). Tesis (Tidak Diterbitkan). Singaraja :IKIP

 

Kemmis,W.C & Taggart,R.M. 1998. The Action Research Planner. Geelong Victoria : Deakin University Press.

 

Lie, A., 1994. Jigsaw: A Cooperative Learning Method for the Reading Class. Waco: TeIX Bas: Phi Delta Kappa Society.

 

Lungdren, L. 1994. Cooperative Learning in The Science Classroom. New York: McGraw Hill Companies.

 

Nurkancana, Sunartana. 1992. Evaluasi Prestasi belajar. Surabaya: Usaha Nasional

 

Purwati, Endang.dkk.2006. Ilmu Pengetahuan Alam IPA untuk SMP Kelas VIII PT Intan  Pariwara

Saifuddin Azwar. 1996. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Aktivitas Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

 

Suriasa,I Wayan. 2004. Penerapan Pendekatan Sains, Teknologi, Masyarakat, dan

Lingkungan (STML) sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA Siswa Kelas I3 SMA Negeri 1 Tabanan Pada Pokok Bahasan Bunyi. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Singaraja :IKIP

 

 

 

 

Suriasa,I Wayan. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berpendekatan STML untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA (Fisika) Siswa Kelas VIII F SMPN 1 Abang. Penelitian Tindakan Kelas  (Tidak Diterbitkan) dalam rangka lomba PTK di Undiksha Singaraja.

 

Yuniati, Ni Nyoman. 2003. Efektivitas Model Pembelajaran Terhadap Prestasi belajar IPA Ditinjau dari Aktivitas Belajar (Eksperimen di SMU Negeri 1 Denpasar). Tesis (Tidak Diterbitkan). Singaraja : IKIP

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JADWAL KEGIATAN

Jadwal Penelitian ini adalah sebagai berikut:

No

Waktu

Agustus

September

Oktober

November

 

Kegiatan

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

Reflesi awal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

Persiapan

Penyusunan Proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3

Pelaksanaan penelitian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4

Pengolahan Data

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5

Penyusunan laporan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIAYA PENELITIAN

1 H o n o r

 

1.

Peneliti  @ Rp. 15.000/bulan selama 4 bulan

= Rp.      60.000

 

 

 

Sub Total

  = Rp.  60.000

2 Operasional

 

1.       

Konsumsi peneliti @Rp.15.000/bulan selama 4 bulan

 

= Rp.      60.000

 

 

 

Sub Total

  = Rp.  60.000

3 Transport

 

1         

Transport peneliti dalam 4 bulan   Rp. 50.000

= Rp.      50.000

 

 

Sub Total

  = Rp.  50.000

4 Lain-Lain

 

1         

Pengadaan 40 LKS, @ Rp. 500

 = Rp.        20.000

2.       

Pembelian 1 rim kertas HVS F4 Sidu, 70 gr, @ Rp. 40.000

 = Rp.        40.000

3.       

Penggandaan, dan penjilidan

  = Rp.      70.000

 

 

 

Sub Total

 =  Rp. 130.000

Rekapitulasi Biaya Penelitian

1.  

Honor

=

Rp.     60.000

 

2.  

Operasional

=

Rp.     60.000

 

3.  

Transport

=

Rp.     50.000

 

4.  

Lain-Lain

=

Rp.     130.000

 

 

TOTAL

=

Rp. 300.000

 

 

PPERSONALIA PENELITIAN

 

1.

KKetua Peneliti

:

 

 

 

a

Nama

:

Ni Luh Puspadi, S.Pd.

 

b.

NIP

:

19700713 199412 2 004

 

c.

Pangkat/Golongan

:

Pembina/ IV.a

 

d.

Jabatan Fungsional

:

Guru pembina

 

e.

Bidang Studi

:

Biologi (IPA)

 

f.

Unit Kerja

:

SMP Negeri 1 Abang

 

g.

Waktu untuk penelitian ini

:

4 jam / minggu

 

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar