Penerapan
model pembelajaran Kooperatif Jigsaw DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA untuk
meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar IPA KELAS IXB SMP NEGERI 1 ABANG
1.1 Latar Belakang
Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan
bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya,
yang cerdas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, berkepribadian mantap dan mandiri, serta memiliki tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan (dalam Depdiknas, 2003). Dengan demikian,
pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang sangat penting dan diharapkan mampu
menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang profesional dalam bidangnya, dan
memiliki disiplin tinggi serta berbudi pekerti yang luhur. Dalam PP no 19 tahun 2005
disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan pada jenjang
pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut. Oleh sebab itu pendidikan wajib diberikan kepada
peserta didik agar memiliki kecerdasan, pengetahuan dan ahklak mulia untuk
belajar hidup mandiri demi masa depan.
Untuk
mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran, maka setiap akhir program
pembelajaran dilakukan evaluasi. Salah satu hasil evaluasi tersebut adalah prestasi
belajar IPA. Dewasa ini prestasi belajar
IPA yang dicapai oleh siswa masih tergolong rendah. Rendahnya prestasi belajar IPA
dialami oleh kelas IX B SMP Negeri 1 Abang. Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan terhadap siswa kelas IX B terungkap beberapa
permasalahan sebagai berikut.
Pertama, aktivitas belajar siswa masih relatif rendah, sebagian
besar siswa beranggapan bahwa IPA adalah pelajaran sulit, banyak rumus sulit untuk dimengerti. Di
samping itu, siswa kelas IX B kurang tertarik belajar IPA terungkap dengan banyaknya
siswa yang bercakap-cakap dan kurang merespon pembelajaran yang berlangsung.
Kedua, siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami
konsep, ini merupakan dampak dari pembelajaran konvensional yang lebih
menekankan pada pengahafalan materi-materi atau contoh-contoh yang diberikan
oleh guru tanpa terjadi pembentukan konsep yang benar dalam struktur kognitif
siswa.
Ketiga, selama proses
pembelajaran, metode yang digunakan kurang variatif yaitu lebih didominasi satu metode sehingga
menimbulkan kejenuhan dalam diri siswa saat belajar. Pembelajaran IPA di kelas IX
B jarang sekali mengkaitkan konsep-konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari dan
lingkungan.
Untuk itu, guru hendaknya mencari
pemecahan-pemecahan permasalahan diatas dengan menerapkan beberapa metode dan
model-model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang lebih memberikan
kesempatan pada siswa berperan aktif dalam pembelajaran adalah Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu
tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,
1997). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6
orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari
dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends,
1997). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A.,1994 dalam Suriasa (2008:3).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk
diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran
yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada
tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang
apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”.
Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan
kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal
merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang
terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk
mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang
berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok
asal.
Atas dasar kenyataan yang diuraikan tersebut, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan
menggunakan multimedia untuk meningkatkan Prestasi Belajar
IPA Siswa Kelas IX B SMP Negeri 1 Abang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dicari pemecahannya dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai sebagai berikut.
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas IX
B SMP Negeri 1 Abang?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Abang?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang
ingin dicapai dari penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus adalah sebagai berikut.
a.
Tujuan Umum
Penelitian ini
bertujuan meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa kelas IX B
SMP Negeri 1 Abang dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan
menggunakan multimedia.
b.
Tujuan Khusus
1.
Meningkatkan aktivitas
belajar IPA siswa
kelas IX B SMP Negeri 1 Abang.
2.
Meningkatkan prestasi belajar IPA siswa
kelas IX B SMP Negeri 1 Abang.
1.4 Manfaat
Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat secara teoritis adalah
penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat dijadikan dasar teori bagi
penelitian lebih lanjut, karena mampu meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar siswa.
Manfaat secara praktis adalah sebagai
berikut:
1. Bagi siswa
Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dengan menggunkan multimedia dapat memberikan pengalaman bagi siswa untuk
bertanggung jawab atas pembelajaran yang telah dilakukannya. sehingga dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran IPA.
2. Bagi guru IPA
Hasil penelitian ini dapat dipakai para guru sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar IPA dan aktivitas belajar siswa.
3.
Bagi Sekolah
Dengan meningkatnya aktivitas dan prestasi belajar IPA siswa
akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di SMP Negeri 1 Abang. Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan kualitas
pembelajaran dan prestasi belajar pada mata pelajaran lainnya.
2. Landasan Teori
2.1 Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut (Lungdren, 1994 dalam Suriasa
2008:9).
a.
Para siswa
harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”
b.
Para siswa
harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam
kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari
materi yang dihadapi.
c.
Para siswa
harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d.
Para siswa
membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.
e.
Para siswa
diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap
evaluasi kelompok.
f.
Para siswa
berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama
selama belajar.
g.
Setiap siswa
akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif.
Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; (a) setiap anggota memiliki
peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab
atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu
mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya
berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan Carin (1993) dalam Suriasa
(2008:9).
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana
dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Suriasa (2008:9), yaitu
penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama
untuk belajar.
a.
Penghargaan
kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh
penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai
skor di atas kriteria yang ditentukan. Kebelajaran kelompok didasarkan pada
penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar
personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
b.
Pertanggungjawaban
individu
Kebelajaran kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
c.
Kesempatan
yang sama untuk mencapai kebelajaran
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan
berdasarkan peningkatan hasil yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan
menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang belajar rendah, sedang,
atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk belajar dan melakukan yang
terbaik bagi kelompoknya.
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan
sistem kompetisi, di mana kebelajaran individu diorientasikan pada kegagalan
orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan
situasi di mana kebelajaran individu ditentukan atau dipengaruhi oleh kebelajaran
kelompoknya (Slavin, 1995 dalam Suriasa, 2008:10). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai stidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum
oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu sebagai berikut.
a.
Prestasi
belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki
hasil siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep
sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan prestasi belajar. Di
samping mengubah norma yang berhubungan dengan prestasi belajar, pembelajaran
kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b.
Penerimaan
terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas
dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,
dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari
berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada
tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar
saling menghargai satu sama lain.
c.
Pengembangan
keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa
keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial,
penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial.
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa
juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut
keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk
melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun
dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan.
2.2 Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif
dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara
heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung
jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan
menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian,
“siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994) dalam Suriasa (2008:12).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi
(tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang
ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok
asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah
mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok
asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan dan
latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari
beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota
kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami
topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli dijelaskan sebagai berikut
(Arends, 1997). Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan
topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan
pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk
mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota
kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok
ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi
tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa
diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas.
Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim
yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan
kuis dengan baik.
Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah
pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3)
mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995) dalam Suriasa (2008):
- Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli
dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
- Diskusi kelompok ahli: siswa dengan
topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.
- Diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok
asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya.
- Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang
mencakup semua topik.
- Penghargaan kelompok: penghitungan skor
kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.
Setelah kuis
dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor perkembangan individu dan skor
kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi sumbangan pada skor kelompok
berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan skor
terakhir.
2.3 Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran IPA
Media berasal dari kata medium yang artinya perantara atau pengantar. Dengan demikian media diartikan sebgai perantara sampainya pesan belajar (message learning) dari sumber pesan (message resource) kepada penerima pesan (message receive) sehingga terjadi interaksi belajar mengajar. Media pembelajaran meliputi segala sesuatu yang dapat membantu pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi, daya piker, dan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas atau mempertahankan perhatian peserta terhadap materi yang sedang dibahas Munir (2008) dalam Endang dan Nuryata (2010:61). Media adalah mode stimulus-interaksi manusia, relita, gambar, symbol tulisan, suara. Media adalah software berikut hardware yang digunakan dalam komunikasi pembelajaran.
Munir 2008 dalam Endang dan Nuryata (2010:64) menyebutkan kelebihandari media pembelajaran dalam mendukung pembelajaran, yaitu:
- Dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas, karena memperjelas konsep yang sulit dibahas menjadi mudah atau lebih sederhana.
- Dapat menjelaskan materi pembelajaran atau obyek yang abstrak menjadi konkrit.
- Media pembelajaran dapat membantu peserta didik untuk memahami, mudah mengingat atau mengungkapkan kembali karena media yang digunakan dapat membantu guru menyajikan pembelajaran lebih mudah, cepat dan jelas.
- Menarik dan membangkitkan perhatian, minat, motivasi aktivitas dan kreativitas belajar peserta didik.
- Memancing partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran dan memberikan kesan yang mendalam dalam pikiran.
- Materi yang sudah dipelajari dapat diulang kembali. Misalnya menggunakan rekaman video, VCD/DVD, tape recorder atau TV.
- Dapat membentuk persamaan pendapat dan persepsi yang benar terhadap suatu obyek karena disampaikan tidak hanya secara verbal, namun dalam bentuk nyata menggunkan media pembelajaran.
- Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga peserta didik dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempatbelajarnya memberikan pengalaman nyata.
- Membentuk sikap peserta didik (aspek afektif) dan meningkatkan ketrampilan (psikomotor).
- Peserta didik belajar sesuai dengan karakteristiknya, kebutuhan, minat, dan bakatnya baik belajar secara individual, kelompok, atau klasikal.
- Menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
Dalam pembelajaran IPA di SMP penggunaan multimedia, dilakukan untuk menunjang pembelajaran di kelas. Media itu ada yang elektronik ataupun media non elektronik. Media non elektronik seperti torso, model-model tumbuhan dan hewan, carta dan lain sebagainya. Media elektronik itu seperti Power supply, Multimeter digital, computer, LCD, VCD/DVD player, tape dan lain sebagainya. Dalam pembelajaran listrik statis dan dinamis, untuk menjelaskan materi tersebut agar lebih mudah dipahami dan dimengerti maka digunakan media computer/laptop, LCD dan CD Program pesona Edukasi Fisika.
2.4 Aktivitas Belajar
Aktivitas
merupakan keadaan internal diri yang dapat membangkitkan, mengarahkan, dan
memelihara prilaku disampaikan oleh Woolfolk (1993) dalam (Arya, 2004:46).
Secara umum aktivitas menunjuk kepada
seluruh gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dari
dalam diri individu, dan tujuan akhir dari gerakan atau perbuatan.
Murray (dalam Arya, 2004:50)
memberikan deskripsi tentang kecenderungan-kecenderungan sikap individu yang
memiliki aktivitas belajar tinggi, yaitu sebagai berikut :
a. memiliki dorongan yang kuat untuk menyelesaikan
tugas yang sulit,
b. memiliki dorongan untuk menguasai dan
mengorganisir benda, orang, dan gagasan,
c. ingin mengerjakan sesuatu secepat dan semandiri
mungkin,
d. ingin memperoleh pengakuan dari orang lain atas hasilnya
dan atas segala usahanya.
Menurut Slavin (1995) dalam Suriasa (2008:19) aktivitas belajar adalah upaya
keras yang dilakukan secara terus menerus untuk mencapai suatu tujuan. Lebih
lanjut Slavin menyatakan bahwa siswa yang mempunyai aktivitas belajar yang kuat
cenderung bertahan lebih lama menyelesaikan suatu tugas dibandingkan dengan
siswa yang kurang memiliki aktivitas belajar. Kalaupun mereka gagal, mereka
akan menghubungkan kegagalan tersebut
dengan kurangnya usaha.
Pada dasarnya siswa yang memiliki aktivitas
belajar tinggi sangat besar harapannya untuk meraih sukses dan tidak banyak
pikirannya dihantui oleh perasaan-perasaan gagal, dan mereka umumnya memiliki
harapan untuk sukses lebih besar serta memiliki semangat kompetisi yang lebih
positif dan terarah. Bagi seseorang yang memiliki aktivitas belajar tinggi juga
tampak melalui usaha-usahanya untuk menghindari kegagalan yang menghadangnya.
Adapun bentuk usaha-usaha tersebut seperti : belajar dengan rajin, selalu
mengerjakan tugas tepat waktu, dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan
tugas yang dibebankan.
Dari uraian tersebut aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah suatu kegiatan yang berdasarkan dorongan dari dalam diri siswa untuk meraih sukses
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dan bertujuan untuk memperoleh keberhasilan dalam
kompetisi. Untuk mencapai keberhasilan dalam kompetisi atau pengakuan keunggulan dari
siswa lain dapat dilakukan dengan rajin belajar, mempunyai harapan untuk sukses
dalam segala tindakan, dan berusaha dengan sekuat tenaga menghindari segala
bentuk kegagalan yang menghadang. Dari uraian tersebut, diperoleh 5 indikator aktivitas. Adapun 5 indikator prilaku
siswa yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1) Interaksi siswa
dengan guru, 2) Interaksi siswa dengan siswa, 3) Kerjasama dalam kelompok. 4)Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok. 5) Partisipasi
siswa dalam menyimpulkan hasil belajar.
2.5 Prestasi belajar
Prestasi
belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan
tes. Menurut Bloom prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang
meliputi tiga ranah yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendapat lain
mengemukakan bahwa prestasi belajar mencerminkan sejauhmana siswa telah dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada setiap bidang studi. Gambaran prestasi
belajar siswa dapat dinyatakan dengan angka dari 0 sampai dengan 10 (Arikunto,
1991). Prestasi belajar merupakan hasil
dari suatu usaha, kemampuan, dan sikap siswa dalam menyelesaikan suatu hal di
bidang pendidikan Di samping itu, prestasi belajar dapat dioperasionalkan dalam
bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor, angka kelulusan, dan predikat kebelajaran
(Saifudin Azwar, 1996:44)
Dari
definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan
kemampuan aktual yang dapat diukur dan berwujud penguasaan ilmu pengetahuan,
sikap, dan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dari proses
belajar.
2.6
Kerangka Berpikir
Berdasarkan pada pemamparan teori diatas maka kerangka penelitian ini dibuat sesuai bagan berikut.
![]() |
Upaya yang dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya adalah melakukan tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan secara optimal. Menerapkan berbagai model pembelajaran dalam proses belajar mengajar (PBM) adalah salah satu contoh dari tindakan tersebut. Dalam penelitian akan dicobakan suatu model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan multimedia. Model ini akan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada siswa dalam mengembangkan rasa kerjasama dan tanggung jawab serta kompetisi yang positif. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw berbantuan multimedia siswa menjadi senang, tertarik, aktif dan bergairah dengan pelajaran IPA. Dengan adanya rasa kerja sama dan tanggung jawab diharapkan dapat menumbuhkan aktivitas belajar di dalam diri siswa. Aktivitas belajar ini akan memacu siswa untuk belajar lebih baik. Dari paparan ini dapat diduga bahwa pernerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan prestasi belajar IPA dan aktivitas belajar siswa.
2.7
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka
berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IX
B SMP Negeri 1 Abang.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa
kelas IX B SMP Negeri 1 Abang.
3. Metode
Penelitian
A.
Setting Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah penelitian tindakan kelas atau class room action research yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran dalam kelas.
- Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama empat bulan yaitu dari bulan September 2010 sampai bulan Desember 2010. Alasan peneliti mengambil waktu tersebut karena peneliti menemukan masalah yang harus segera dipecahkan dalam pembelajaran IPA dan masalah yang sering muncul adalah bidang fisika. Disamping itu materi yang harus disampaikan dalam pembelajaran IPA adalah bagian Listrik Statis dan Listrik Dinamis.
- Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX B SMP Negeri 1 Abang yang beralamat di Desa Abang, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Alasan peneliti melaksanakan penelitian pada kelas karena dari kelas tersebut terungkap permasalahan-permasalahan: 1) pembelajaran IPA cenderung lebih didominasi dengan menggunakan metode ceramah, 2) permasalahan yang disajikan cenderung kurang dikaitkan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kurangnya penggunaan strategi pemecahan masalah sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih sangat kurang, 3) dalam pembelajaran siswa masih jarang siswa yang mengajukan pertanyaan ataupun tanggapan pada guru. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari empat pertemuan, dengan distribusi waktu empat pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu pertemuan untuk pemberian evaluasi. Peneliti juga mengajar di kelas IX B tempat penelitian ini berlangsung.
B.
Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Abang tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 37 orang dengan 23 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan.
C.
Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Abang. Data yang dicari dalam penelitian ini adalah : (1) aktivitas belajar, dan (2) prestasi belajar IPA.
D.
Teknik dan Alat
Pengumpulan Data
Data dan teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
Tabel 1. Instrumen
Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
No |
Jenis Data |
Instrumen |
Metode |
1 |
Aktivitas belajar siswa |
Lembar observasi |
Observasi |
2 |
Prestasi belajar siswa |
Tes prestasi belajar |
Tes |
(1) Data aktivitas belajar siswa, dikumpulkan dengan
lembar observasi dan diambil tiap pertemuan selama penelitian. Dalam penelitian ini, aktivitas belajar yang dimaksud ditunjukkan
oleh 5 indikator aktivitas. Masing-masing indikator dijelaskan dengan 4
deskriptor aktivitas, yang dimodifikasi dari indikator aktivitas yang
dirumuskan oleh Tim Instruktur PKG (Suriasa, 2004). Adapun 5 indikator prilaku
siswa yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Interaksi siswa dengan guru
Untuk menilai
indikator ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.
(a) Siswa mengajukan pertanyaan minimal satu kali
pada guru terkait dengan hal yang dianggapnya belum jelas.
(b) Siswa berusaha menjawab dengan benar pertanyaan
guru.
(c) Siswa berusaha menjawab benar pertanyaan yang
dijawab salah sebelumnya.
(d) Siswa mengemukakan pendapat pada guru.
2) Interaksi siswa dengan siswa
Untuk menilai
indikator ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.
(a) Siswa bertanya pada rekan-rekannya yang lebih
mampu.
(b) Siswa menjawab pertanyaan temannya.
(c) Siswa mencoba memperbaiki kesalahan temannya saat
mengerjakan soal.
(d) Siswa memperhatikan penjelasan temannya.
3) Kerjasama dalam kelompok
Untuk menilai
indikator ini perlu diperhatikan deskriptor sebagai berikut.
(a) Adanya pembagian tugas dalam kelompoknya.
(b) Mengerjakan tugas kelompok dengan seksama.
(c) Mengerjakan tugas sampai tuntas.
(d) Saling membantu antar anggota kelompok .
4) Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok
Untuk menilai
indikator ini perlu diperhatikan deskriptor sebagai berikut.
(a) Siswa mengemukakan pendapat dalam diskusi.
(b) Siswa menanggapi pendapat temannya.
(c) Siswa berusaha untuk memberikan yang lain setiap
ada pertanyaan.
(d) Siswa berusaha memberikan contoh dengan benar
dalam diskusi.
5) Partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil
belajar
Untuk menilai
indikator ini perlu diperhatikan deskriptor sebagai berikut.
(a) Siswa dapat menyimpulkan materi yang dibahas.
(b) Siswa dapat memperbaiki simpulan materi yang
dibahas.
(c) Siswa dapat memperbaiki atau menambahkan simpulan
dari temannya.
(d) Mencatat ringkasan atau rangkuman yang diberikan
oleh guru.
Skor yang diberikan mengikuti skala penilaian pada
tabel berikut.
Tabel 2 Skala Penilaian Aktivitas Belajar
Skala penilaian |
Deskriptor |
5 |
Semua deskriptor tampak |
4 |
Tiga deskriptor tampak |
3 |
Dua deskriptor tampak |
2 |
Satu deskriptor tampak |
1 |
Tidak ada deskriptor tampak |
(2) Data prestasi belajar IPA. Data ini dikumpulkan
dengan menggunakan tes prestasi belajar IPA. Tes ini dalam bentuk soal essay.
(3) Data mengenai respon siswa, yang dikumpulkan
dengan angket respon pada akhir penelitian. Untuk mengetahui respon siswa
mengenai proses pembelajaran digunakan angket atau kuisioner. Angket yang
digunakan yaitu model skala Likert dengan pilihan sangat setuju (SS), setuju
(S), ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Untuk
pernyataan yang positif, masing-masing pilihan pada setiap item diberi skor
yaitu : SS = 5 ; S = 4 ; RR = 3 ; TS = 2 ; STS = 1. Sedangkan untuk pernyataan
yang negatif, masing-masing pilihan pada setiap item diberi skor yaitu : SS = 1
; S = 2 ; RR = 3 ; TS = 4 ; STS = 5.
E.
Validasi Data
Validasi
data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan hasil belajar (nilai
tes) yang divalidasi instrumen tes. Validasi tes dilakukan dengan expert
judgment oleh rekan guru yang sudah menyandang gelar megister (S2). Proses pembelajaran
(observasi, wawancara) yang divalidasi datanya melalui triangulasi: triangulasi
sumber dan triangulasi waktu.
Triagulasi
sumber digunakan untuk melihat kevalidan
data oleh sumber yang berbeda. Misalnya untuk melihat hasil belajar siswa
meningkat, tidak cukup melihat dengan hasil tes yang diberikan oleh peneliti
sendiri, tetapi juga dicocokkan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa
dengan menggunakan tes lain yang dibuat oleh guru lain yang mengajar pada kelas
yang berbeda. Jika hasil belajar siswa meningkat, berarti data peningkatan
hasil belajar siswa sudah valid.
Sedangkan
triagulasi waktu dilakukan untuk memvalidasi data berupa data kualitatif atau
hasil pengamatan terhadap aktifitas belajar siswa pada proses penelitian
berlangsung. Untuk melihat validnya data ini dilakukan dengan mengadakan
pengamatan terhadap aktifitas pada waktu yang berbeda-beda. Misalnya pengamatan
pada jam-jam pertama ataupu jam-jam terakhir pelajaran. Apabila hasil
pengamatan terhadap aktifitas belajar ini tetap meningkat baik pada jam pertama
maupun jam terakhir maka data aktivitas belajar ini memang benar-benar valid.
F.
Analisis Data
Data-data yang
dianalisis terdiri dari:
1) Data Aktivitas Belajar Siswa
Analisis terhadap aktivitas belajar
siswa dilakukan secara deskriptif. Kriteria penggolongan aktivitas disusun
berdasarkan mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI). Rumus MI dan SDI
adalah :
MI = ½ (skor
tertinggi ideal + skor terendah ideal)
SDI = 1/6 (skor
tertinggi ideal – skor terendah ideal)
(Nurkancana,
Sunartana, 1992)
Aktivitas belajar
siswa ditentukan dengan menghitung rata-rata aktivitas belajar siswa untuk
kemudian dikategorikan dengan pedoman berikut.
Tabel 3. Kreteria Penilaian Aktivitas Belajar
Skor |
Kriteria |
|
Sangat Tinggi |
|
Tinggi |
|
Sedang |
|
Rendah |
|
Sangat rendah |
Untuk aktivitas
belajar siswa digunakan kuisioner yang terdiri dari 20 item. Tiap item memiliki
skor maksimum 5 dan skor minimum 1, dengan demikian skor tertinggi dan skor
terendah adalah 100 dan 20. Sehingga dapat dihitung mean ideal (MI) dan standar
deviasi (SDI) yaitu:
MI = 1/2 (100 + 20) = 1/2 . 120 = 60
SDI = 1/6
(100 – 20) = 1/6 . 80 = 13,3
Sehingga
nilai di atas dapat dikompersikan pada tabel 5
Untuk skor
rata-rata aktivitas belajar siswa digunakan rumus :
Keterangan :
= skor rata-rata aktivitas
belajar siswa
X = skor aktivitas belajar siswa
N =
banyaknya siswa
Kriteria keberhasilan aktivitas belajar siswa berhasil
bila aktivitas belajar siswa berada pada kreteria tinggi
2) Data Prestasi belajar IPA
Prestasi belajar IPA
dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menentukan nilai rata-rata prestasi
belajar IPA (mean) dengan rumus :
=
Keterangan:
M = Rata-rata penguasaan konsep
X = Nilai tes prestasi belajar siswa
N = Banyaknya siswa
(Nurkancana,
Sunartana, 1990:173)
Kualifikasi prestasi
belajar IPA ditentukan dengan kriteria berikut.
Tabel 4. Kreteria Prestasi Belajar
Skor |
Kriteria |
85 ≤ M ≤ 100 |
Sangat Baik |
70 ≤ M < 85 |
Baik |
55 ≤ M < 70 |
Cukup |
40 ≤ M < 55 |
Kurang |
0 ≤ M < 40 |
Sangat Kurang |
(STKIP
Singaraja,1999:28)
Kriteria keberhasilan nilai rata-rata prestasi belajar IPA kelas sekurang-kurangnya 65 sesuai dengan tuntutan kurikulum serta daya serap dan ketuntasan belajar siswa dengan rumus sebagai berikut.
DS = M x 10%
KB =
Keterangan :
DS =
Daya Serap
M
= Nilai rata-rata penguasaan
konsep
KB = Ketuntasan Belajar
N =
Banyaknya Siswa
Daya serap dan ketuntasan belajar yang dicapai diharapkan memenuhi tuntutan kurikulum yaitu Daya Serap (DS) ³ 65% dan Ketuntasan Belajar (KB) ³ 85% sesuai dengan KKM yang ditetapkan di SMP negeri 1 Abang.
G.
Indikator Kinerja
Aktivitas belajar siswa ditentukan dengan menghitung rata-rata aktivitas belajar siswa untuk kemudian dikategorikan dengan pedoman yang ditetapkan di atas. Kriteria keberhasilan aktivitas belajar siswa berhasil bila aktivitas belajar siswa berada pada kreteria tinggi.
Prestasi belajar IPA dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menentukan nilai rata-rata prestasi belajar IPA. Kreteria keberhasilan dari prestasi belajar bila rata-rata nilai prestasi belajar dan daya serap yang dicapai yaitu ³ 65 dan Ketuntasan Belajar (KB) ³ 85% sesuai dengan hasil KKM yang telah ditetapkan.
H.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan mengikuti beberapa tahapan seperti yang dikemukakan Kemmis & Taggart (1998) yaitu: 1) tahap perencanaan (planing), 2) tahap tindakan (action), 3) tahap observasi/ evaluasi (evaluation), dan 4) tahap refleksi (reflection), kemudian kembali lagi ke tahap perencanaan, tahap tindakan dan seterusnya, sehingga membentuk siklus seperti yang digambarkan pada gambar 3.1.
![]() |
Rincian konsep yang dibahas pada setiap siklus disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 6. Konsep yang
dibahas pada masing-masing siklus
SIKLUS |
KONSEP |
WAKTU |
I |
Listrik Statis 1.
Muatan Listrik § Jenis-jenis muatan
listrik § Muatan listrik pada
benda 2.
Hukum Coulomb § Medan listrik § Potensial listrik 3. Elekstroskop 4. Penerapan listrik
statis Tes Prestasi belajar siklus I |
4 kali pertemuan 4 x 2
JP |
II |
Listrik Dinamis 1.
Arus listrik § Kuat arus listrik § Tegangan/potensial
listrik § Alat ukur 2.
Hukum Ohm · Hambatan · Hambat jenis 3.
Hukum Kirchoff 4.
Rangkaian hambatan Tes Prestasi belajar siklus II |
4 kali pertemuan 4 x 3 JP |
Daftar Pustaka
Anonim, 2002. Kurikulum & Hasil
Belajar, Rumpun Pelajaran Sains, Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Anonim, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pusat Kurikulum Balitbang
Depdiknas
Arends, R. I. 1997. Classroom
Instruction and Management. New York:
McGrawHill Companies.
Arikunto, S. 1991. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, M., Fida R., Nur, M. dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa Press.
Kartawan, I Made Arya. 2004.
Pengaruh Metode Pembelajaran dan Aktivitas Belajar Terhadap Prestasi belajar IPA
(Studi Eksperimentasi pada Siswa SMU N di Kota Singaraja). Tesis (Tidak
Diterbitkan). Singaraja :IKIP
Kemmis,W.C & Taggart,R.M.
1998. The Action Research Planner.
Geelong Victoria : Deakin University Press.
Lie, A., 1994. Jigsaw: A Cooperative
Learning Method for the Reading Class. Waco: TeIX Bas: Phi Delta Kappa
Society.
Lungdren, L. 1994. Cooperative
Learning in The Science Classroom. New York: McGraw Hill Companies.
Nurkancana, Sunartana. 1992. Evaluasi Prestasi belajar. Surabaya: Usaha Nasional
Purwati, Endang.dkk.2006. Ilmu Pengetahuan Alam IPA untuk SMP Kelas
VIII PT Intan Pariwara
Saifuddin Azwar. 1996. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi
dan Aktivitas Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Suriasa,I Wayan. 2004. Penerapan Pendekatan Sains, Teknologi, Masyarakat,
dan
Lingkungan (STML) sebagai Upaya Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran IPA Siswa Kelas I3 SMA Negeri 1 Tabanan Pada
Pokok Bahasan Bunyi. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Singaraja :IKIP
Suriasa,I Wayan. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berpendekatan STML untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA (Fisika) Siswa Kelas VIII F SMPN 1 Abang. Penelitian Tindakan Kelas (Tidak Diterbitkan) dalam rangka lomba PTK di Undiksha Singaraja.
Yuniati, Ni Nyoman. 2003.
Efektivitas Model Pembelajaran Terhadap Prestasi belajar IPA Ditinjau dari Aktivitas
Belajar (Eksperimen di SMU Negeri 1 Denpasar). Tesis (Tidak Diterbitkan).
Singaraja : IKIP
JADWAL KEGIATAN
Jadwal Penelitian ini adalah sebagai berikut:
No |
|
Agustus |
September |
Oktober |
November |
||||||||||||
Kegiatan |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
|
1 |
Reflesi awal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
Persiapan Penyusunan Proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
Pelaksanaan penelitian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4 |
Pengolahan Data |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
Penyusunan laporan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BIAYA PENELITIAN
1 H o n o r |
|
|
1. |
Peneliti @ Rp. 15.000/bulan selama 4 bulan |
= Rp. 60.000 |
|
|
|
|
Sub Total |
= Rp. 60.000 |
2 Operasional |
|
|
1. |
Konsumsi peneliti
@Rp.15.000/bulan selama 4 bulan |
= Rp. 60.000 |
|
|
|
|
Sub Total |
= Rp. 60.000 |
3 Transport |
|
|
1
|
Transport peneliti
dalam 4 bulan Rp. 50.000 |
= Rp. 50.000 |
|
|
|
|
Sub Total |
= Rp. 50.000 |
4 Lain-Lain |
|
|
1
|
Pengadaan 40 LKS, @
Rp. 500 |
= Rp. 20.000 |
2. |
Pembelian 1 rim
kertas HVS F4 Sidu, 70 gr, @ Rp. 40.000 |
= Rp. 40.000 |
3. |
Penggandaan, dan penjilidan |
= Rp. 70.000 |
|
|
|
|
Sub Total |
= Rp.
130.000 |
Rekapitulasi Biaya Penelitian
1. |
Honor |
= |
Rp. 60.000 |
|
|||||
2. |
Operasional |
= |
Rp. 60.000 |
|
|||||
3. |
Transport |
= |
Rp. 50.000 |
|
|||||
4. |
Lain-Lain |
= |
Rp. 130.000 |
|
|||||
|
TOTAL |
= |
Rp. 300.000 |
|
|||||
|
PPERSONALIA PENELITIAN |
|
|||||||
1. |
KKetua Peneliti |
: |
|
|
|||||
|
a |
Nama |
: |
Ni Luh Puspadi, S.Pd. |
|||||
|
b. |
NIP |
: |
19700713 199412 2 004 |
|||||
|
c. |
Pangkat/Golongan |
: |
Pembina/ IV.a |
|||||
|
d. |
Jabatan Fungsional |
: |
Guru pembina |
|||||
|
e. |
Bidang Studi |
: |
Biologi (IPA) |
|||||
|
f. |
Unit Kerja |
: |
SMP Negeri 1 Abang |
|||||
|
g. |
Waktu untuk penelitian ini |
: |
4 jam / minggu |
|||||
0 komentar:
Posting Komentar