Minggu, 13 Juni 2021

Proposal PTK #3

 


Proposal penelitian

 

Nama                                 : I Wayan Suriasa,S.Pd

NIP                                   : 19800529 200501 1 006

Judul Penelitian                 : “PENERAPAN Model Pembelajaran PBL berbantuan Modul UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII-D SMP negeri 1 ABANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

A.     Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia. Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan, antara lain: penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku/bahan ajar dan buku referensi, peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan serta pengadaan fasilitas.

Namun demikian berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan sekolah menengah dapat dikatakan relatif rendah. Berdasarkan hasil observasi pada bulan Juli 2017 di kelas VIII SMP Negeri 1 Abang  menunjukkan bahwa guru yang mengajar di kelas VIII merasa belum maksimal dalam melaksanakan pembelajaran IPA, guru mengalami kesulitan dalam menyesuaikan strategi pembelajaran dengan kemampuan siswa yang beragam, dan pembelajaran yang dilakukan cenderung monoton sehingga dikhawatirkan pengetahuan siswa juga akan kurang berkembang.

            Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada pelajaran IPA di kelas VIII SMP Negeri 1 Abang, terungkap bahwa kelas VIII-D mengalami masalah dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa kelas VIII-D belum mampu mencapai kompetensi yang diharapkan hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi ulangan dimana jumlah siswa kelas VIII-D masih banyak mendapat niai dibawah 74. Selain itu  motivasi siswa kelas VIII-D dalam pembelajaran juga masih rendah, walaupun hal ini sudah berupaya diatasi dengan menerapkan metode diskusi tetapi upaya ini belum mampu meningkatkan motivasi siswa.

Berdasarkan refleksi yang dilakukan, terungkap beberapa masalah yang mendasar yang dialami oleh kelas VIII-D yaitu sebagai berikut. Pertama,  motivasi belajar siswa masih relatif rendah, sebagian besar siswa kurang tertarik belajar IPA, terbukti dengan banyaknya siswa yang bercakap-cakap dan kurang merespon apa yang disajikan guru selama pembelajaran berlangsung. Kedua, metode pembelajaran yang digunakan kurang variatif  sehingga menimbulkan kejenuhan dalam diri siswa saat belajar. Ketiga, keseriusan siswa mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan guru, banyak siswa tidak mengerjakan tugas dengan alasan tidak mengerti bahkan mengatakan tidak bisa disamping itu buku pegangan siswa belum ada.

Hasil diskusi informal dengan guru-guru pengajar IPA di sekolah menghasilkan kesepahaman bahwa umumnya kesulitan-kesulitan yang dialami siswa berupa kesulitan yang berasal dari diri siswa itu sendiri yang disebut kesulitan internal dan kesulitan yang berasal dari luar yang disebut kesulitan eksternal. Kesulitan internal misalnya berupa rendahnya kemampuan kognitif, minat, bakat dan motivasi siswa. Kesulitan eksternal seperti kurangnya sarana dan prasarana belajar seperti terbatasnya jumlah buku paket yang tersedia, tidak tepatnya metode belajar yang diterapkan guru, dan termasuk rendahnya kompetensi guru dalam membelajarkan siswanya. Kegagalan siswa dalam menanggulangi kesulitan belajar yang berimplikasi pada kegagalan siswa dalam pembelajaran IPA, untuk itu perlu dicarikan solusi agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Salah satu solusi yang dapat mengatasi kesulitan belajar siswa tersebut adalah berupaya memilih metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa peserta didik. Metode pembelajaran yang dipilih harus mampu memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga kompetensi yang ditetapkan dapat tercapai.

Dari latar belakang tersebut maka penulis melalukan penelitian berjudul Penerapan Model Pembelajaran PBL Berbantuan Modul untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Abang Tahun Pelajaran 2017/2018.

 

 

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas  maka rumusan masalah yang dicari pemecahannya adalah sebagai berikut.

1.      Apakah Penerapan Model Pembelajaran PBL Berbantuan Modul dapat meningkatkan motivasi belajar IPA Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Abang tahun pelajaran 2017/2018?

2.      Apakah Penerapan Model Pembelajaran PBL Berbantuan Modul dapat meningkatkan prestasi belajar IPA Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Abang tahun pelajaran 2017/2018?

 

C.    Tujuan Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.

1.      Meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Abang dengan menerapan model pembelajaran PBL berbantuan modul.

2.      Meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Abang dengan menerapan model pembelajaran PBL berbantuan modul.

 

D.    Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut sebagai berikut.

6.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis merupakan suatu informasi yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dapat digunakan sebagai pedoman bagi peneliti yang lain terkait dengan pembelajaran yang digunakan.

 

6.2 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis diantaranya sebagai berikut.

1)      Bagi siswa, penerapan model pembelajaran PBL berbantuan modul diharapkan siswa termotivasi untuk menjawab pertanyaan guru, mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran dan memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

2)      Bagi guru IPA, hasil penelitian ini dapat dipakai acuan para guru IPA sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan motivasi prestasi belajar IPA belajar siswa.

3)      Bagi Peneliti, penelitian tindakan ini dapat memberikan pengalaman langsung bagi peneliti sebagai seorang guru IPA dalam menerapkan pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran PBL berbantuan modul dalam memperbaiki kualitas pembelajaran

4)      Bagi Sekolah, dengan meningkatnya motivasi dan prestasi belajar IPA siswa akan dapat meningkatkan prestasi dan prestise SMP Negeri 1 Abang sehingga mampu bersaing dengan SMP lainnya, khususnya di Kabupaten Karangasem. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar pada mata pelajaran lainnya.

 

E.     Landasan Teori

Pembelajaran Berbasis Masalah dalam bahasa inggrisnya diistilahkan dengan Problem-based learning yang selanjutnya disingkat menjadi PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.

Model PBL merupakan suatu kegiatan pembelajaran dimana siswa berusaha memecahkan masalah yang diberikan guru berdasarkan informasi yang mereka miliki. Permasalahan tidak hanya datang dari guru melainkan juga sangat diharapkan muncul dari siswa itu sendiri.

Dalam hal ini siswa akan aktif untuk mengidentifikasi apa yang ingin mereka pelajari untuk bisa memahami masalah secara lebih baik. Jadi PBL adalah masalah yang harus dipecahkan siswa secara aktif melalui konstruksi pengetahuan sebagai akibat dari rasa ingin tahu yang dimiliki anak secara terus menerus berusaha memahami lingkungannya.

Penerapan model PBL dalam kegiatan pembelajaran bukan merupakan transfer pengetahuan, tetapi siswa mengalami dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan melalui masalah yang dihadapi. Hal ini menjadikan siswa belajar lebih bermakna, sehingga siswa mampu untuk berfikir kritis dan memecahkan masalah yang dihadapi masing-masing kelompoknya.

Pembelajaran berbasis masalah atau yang sering disebut PBL (Problem Based Lerning) merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

Model PBL (Problem Based Learning) secara khusus melibatkan siswa bekerja pada masalah dalam kelompok kecil yang terdiri dari lima orang  dengan bantuan asisten sebagai tutor. Masalah disiapkan sebagai konteks pembelajaran baru. Analisis dan penyelesaian terhadap masalah itu menghasilkan perolehan pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah. Permasalahan dihadapkan sebelum semua pengetahuan relevan diperoleh dan tidak hanya setelah membaca teks atau mendengar ceramah  tentang materi subjek yang melatarbelakangi masalah tersebut. Hal inilah yang membedakan antara PBL dan metode yang berorientasi masalah lainnya

Karakteristik PBL diantaranya sebagai berikut.

1.      Pembelajaran berpusat pada siswa.

2.      Pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil

3.      Peran guru sebagai moderator dan fasilitator

4.      Masalah menjai fokus dalam stimulus pembelajaran, masalah merupakan sarana mengembangkan keterampilan problem solving.

5.      Informasi baru diperoleh melalui belajar sendiri.

1.      Kelebihan dan Kelemahan Proses Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Adapun kelebihan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.

1.      Pebelajar lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.

2.      Pembelajar dapat melibatkan pebelajar secara aktif memecahkan masalah dan menuntut ketrampilan berpikir pebelajar yang lebih tinggi.

3.      Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki pebelajar sehingga pembelajaran lebih bermakna.

4.      Pembelajaran menjadikan pebelajar lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara pebelajar.

5.      Pebelajar dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang diselesaikan bersifat kontekstual.

6.      Pengkondisian pebelajar dalam belajar kelompok akan mempermudah pencapaian ketuntasan belajar yang diharapkan.

Adapun kelemahan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.

1.      Pencapaian akademik dari individu pelajar sempit, artinya ruang lingkup bidang ilmu yang dipelajari sempit.

2.      Waktu yang diperlukan untuk implementasi lebih lama.

3.      Kesahihan sistem pengukuran dan penilaian hasil belajar, karena Problem Based Learning (PBL) berbeda dengan pembelajaran behavioristik, maka pengukuran dan penilaian hasil belajar yang digunakan juga berbeda.

PBL biasanya terdiri dari lima tahap utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerjasama. Sintak dari pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut.

 

 

 

 

 

 

Kegiatan Guru

Langkah-langkah pokok

Kegiatan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menyajikan kepada siswa pemicu masalah, membagi siswa ke dalarn kelompok kelompok . memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pernecahan masalah

 

Tahap 1

Orientasi siswa pada masalah aktual dan autentik

Siswa berada dalam

kelompoknya masing-masing dan mempersiapkan logistik yang diperlukan dalarn proses pembelajaran

Guru membantu siswa

mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut

Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk

belajar

Siswa megorganisasikan tugas yang sesuai dengan

permasalahan yang disajikan guru melalui pertanyaan.

 

Meminta siswa untuk

Memecahkan masalah

yang disajikan.

Tahap 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Siswa memecahkan masalah

berdasarkan pernikiran kritis

penalaran mereka atau melalui bertanya untuk mendapadcan jawaban atas permasalahan yang dihadapi.

 

Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan dan membantu mereka dalam berbagi tugas kelompok.

 

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Menyusun laporan dalam

kelompok dan menyajikannya

dihadapan kelas dan berdiskusi dalam kelas

Membantu siswa melakukan

refleksi dan mengadakan

evaluasi terhadap proses

belajar yang mereka lakukan

Tahap 5

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Menyerahkan tugas-tugas dan mengikuti tes formatif sebagai bahan evaluasi proses belajar

 

 

Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas -aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa dan juga oleh guru. Di samping proses yang akan berlangsung, sangat penting juga dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran.

Sutrisno (2006) menekankan empat hal penting pada proses ini, yaitu:

  1. tujuan utama pengajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri,
  2. permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan,
  3. selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya,
  4. selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua siswa diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

 

Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Disamping mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong siswa belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.

Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.

Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan, penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

 

Fase 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, serta memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimen merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan.

Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Selama fase ini, guru harus menyediakan bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas siswa dalam kegiatan penyelidikan.

 

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan mempamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan hasil karya dan pameran. Hasil karya lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan suatu hasil karya sangat dipengaruhi tingkat berfikir siswa.

Langkah selanjutnya adalah memamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

 

Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.

Prinsip reaksi adalah pola perilaku guru dalam memberikan reaksi terhadap perilaku siswa dalam belajar. Dalam model pembelajaran berasis masalah/PBL, siswa berperan sebagai seorang professional dalam menghadapi permasalahan yang muncul, meskipun dengan sudut pandang yang tidak jelas dan informasi yang minimal, siswa tetap dituntut untuk menentukan solusi terbaik yang mungkin ada. Pembelajaran berbasis masalah membuat perubahan dalam proses pembelajaran khususnya dalam segi peranan guru. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas dan berperan sebagai pemandu siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan memberikan langkah-langkah penyelesaian yang sudah jadi,  melainkan guru berkeliling kelas memfasilitasi diskusi, memberikan pertanyaan, dan membantu siswa untuk menjadi lebih sadar akan proses pembelajaran.

Guru menghadirkan realitas peristiwa kehidupan nyata di kelas kemudian realitas peristiwa tersebut dijadikan suatu topik permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa agar tercapai suatu pemahaman terhadap materi yang diajarkan. Realitas peristiwa yang dihadirkan dan disajikan oleh seorang guru tersebut haruslah suatu peristiwa yang disubtansial, autentik, bermakna dan merupakan peristiwa yang dapat dihubungkan dengan materi pelajaran.

Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat mempelajari bahan pengajaran. Terdapat tiga macam sistem sosial yang diberi nama struktur tinggi, struktur menengah dan struktur rendah. Model pembelajaran berbasis masalah memiliki sistem sosial tipe menengah dimana guru berperan sederajat dengan siswa, ini dikarenakan model PBL merupakan suatu pembelajaran yang menghadirkan kondisi belajar aktif kepada siswa. Dalam hal ini siswa akan aktif untuk mengidentifikasi apa yang ingin mereka pelajari untuk bisa memahami masalah secara lebih baik. Hal ini menjadikan siswa belajar lebih bermakna, sehingga siswa mampu untuk berfikir kritis dan memecahkan masalah yang dihadapi.

Selain itu peran guru dalam mobel PBL sebagai moderator, fasilitator dan motivator juga menunjukan bahwa PBL memiliki sistem sosial tipe menengah. Guru tidak lagi memonopoli kegiatan belajar di kelas.

Dalam penerapan model PBL guru mendorong siswa untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Selama fase ini, guru harus menyediakan bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas siswa dalam kegiatan penyelidikan. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

Dalam pembelajaran bebasis masalah (PBL) sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar adalah berbagai sumber informasi seperti buku-buku, internet bahkan masyarakat. Alat untuk mengadakan eksperimen seperti mikroskop, lup dan lain sebagainya. Alat untuk memamerkan hasil diskusi siswa seperti tape, kamera, handycam, proyektor, komputer serta masih banyak lagi sarana yang dapat mendukung keberhasilan kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran berbasis masalah (PBL). Sarana dan prasarana pendukung sangat penting dalam PBL karena dapat membantu siswa menggali informasi dari berbagai sumber secara mendiri serta membantu siswa untuk memamerkan hasil kerjanya.

Dampak model pengajaran ada dua macam yaitu sebagai berikut.

1.    Dampak pengajaran (instructional effects) adalah hasil pengajaran yang dapat diukur secara langsung, dimana dalam model PBL dampak pengajarannya adalah siswa dapat memecahkan masalah yang diajukan guru saat pembelajaran. Hasil dari pemecahan masalah tersebut dapat dievaluasi secara langsung.

2.    Dampak pengiring (nurtrant effects) adalah hasil belajar jangka panjang, dimana dalam model PBL dampak pengiringnya adalah dalam memecahkan suatu masalah siswa tidak perlu lagi tergantung pada guru, karena mereka telah terbiasa memecahkan masalah dengan pegetahuan mereka sendiri dan mencari sumber-sumber pendukung juga secara mandiri. Sehingga meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, yang nantinya sangat membantu mereka dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi bahkan saat terjun dalam masyarakat.

 

2.      Pendekatan dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

1.    Pendekatan Kelompok

Dengan pendekatan kelompok, diharapkan siswa dapat menumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka. Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok sehingga mereka menyadari kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Dalam model PBL cocok digunakan pendekatan kelompok karena dengan menggunakan pendekatan ini siswa diajarkan untuk menghargai pendapat orang lain dan dibiasakan bekerja sama dalam kelompok. Sedangka dalam pembelajarannya model PBL mengutamakan pemecahan suatu masalah dalam kelompok sehingga model PBL cocok menggunakan pendekatan kelompok.

 

 

2.      Pendekatan bervariasi

Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap permasalahan.

Model PBL yang mengutanakan pemecahan masalah dalam kelompok perlu menggunakan pendekatan bervariasi, ini dikarenakan dalam kelompok belajar setiap anak didik memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda. Ada anak didik yang semangatnya tinggi, ada yang kurang semangat bahkan ada yang berbincang-bincang. Sementara sebagian besar anak yang lain belajar dengan serius. Untuk mengatasi atau mengantisipasi masalah tersebut maka guru tidak bisa hanya menggunakan metode tertentu, namun harus divariasikan dengan metode lainnya. Oleh karena itu, pendekatan bervariasi cocok diterapkan dalam model PBL.

3.      Pendekatan Edukatif

Setiap tindakan guru, sikap, dan perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma-norma yang berlaku.

Dalam model PBL guru memberikan suatu masalah diawal pembelajaran kepada siswa untuk dipecahakan. Masalah yang disajikan guru hendaknya mengandung nilai edukatif yang dapat menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada siswa. Selain itu, guru juga harus menunjukan sikap-sikap yang baik kepada siswa karena seorang guru merupakan panutan bagi siswanya.

4.      Pendekatan Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Belajar dari pengalaman lebih baik daripada berbicara, dan tidak pernah berbuat sama sekali. Meskipun pengalaman  diperlukan dan sangat dicari, namun tidak semua pengalaman bersifat mendidik, karena ada pengalaman yang bersifat tidak mendidik. Dalam kaitannya dengan model PBL yang memberikan permasalahan yang berkaitan dengan pengalaman kehidupan siswa, guru harus pintar-pintar mengarahkan pengalaman yang dialami siswa ke arah tujuan pendidikan.

 

 

5.      Pendekatan Ketrampilan Proses

Dalam kegiatan belajar mengajar perwujudan dari pendekatan ketrampilan proses adalah CBSA.  CBSA merupakan pendekatan yang dalam proses belajar mengajar mengutamakan aktifitas siswa, siswa berperan sebagai subyek dalam kegiatan pembelajaran sedangkan guru berfungsi sebagai pembimbing, pengamat, dan memberikan bantuan kepada siswa apabila diperlukan.

Pendekatan ketrampilan proses sesuai dengan model PBL karena sama-sama menekankan pada aspek aktifitas siswa dalam memecahkan masalah dan guru sebagai motivator, fasilitator, dan pembimbing.

6.      Pendekatan Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan sebuah filsafat belajar yang menekankan bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman-pengalaman yang mereka miliki. Pendekatan konstruktivisme memiliki prinsip-prinsip, yaitu

1.      pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif,

2.      tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa,

3.      mengajar adalah membantu siswa belajar,

4.      tekanan dalam belajar terletak dalam proses,

5.      kurikulum menekankan pada partisipasi siswa, dan

6.      guru sebagai fasilitator dan motivator.

Dari uraian di atas, jelas terlihat kecocokan antara pendekatan konstruktivisme  dengan model PBL yang sama-sama menekankan pada partisipasi siswa dalam membangun pengetahuan.

 

3.      Metode dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

Metode pembelajaran yang cocok diterapkan dalam model PBL adalah metode-metode yang lebih menekankan pada aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Siswa lebih aktif dan membangun sendiri pengetahuannya, sedangkan guru hanya sebagai pembimbing, fasilitator, dan motivator. Metode-metode tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

 

 

1.        Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarai. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya.

2.      Metote Penugasan

Metode penugasan adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang dilaksanakan siswa dapat dilakukan di dalam kelas, halaman sekolah, laboratorium, perpustakaan, atau dimana saja asalkan tugas tersebut dapat dikerjakan. Pemberian tugas akan merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok.

3.      Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.

Dalam proses belajar mengajar terjadi diskusi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.

4.      Metode Problem Solving

Metode problem solving/pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai akhirnya menarik kesimpulan.

5.      Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan baik oleh guru maupaun siswa diharapkan akan membangun pengetahuan siswa dengan cara siswa membangun sendiri konsepnya.

 

6.      Metode Belajar Kooperatif

Metode belajar kooperatif adalah metode belajar dimana penyampaian pelajaran dilakukan dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab.

 

4.      Motivasi Belajar

            Motivasi merupakan keadaan internal diri yang dapat membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara prilaku disampaikan oleh Woolfolk (1993) dalam (Arya, 2004:46). Menurut Gleitman dan Reber (dalam Syah, 2000:136), pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.

            Secara umum motivasi menunjuk kepada seluruh gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dari dalam diri individu, dan tujuan akhir dari gerakan atau perbuatan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tingkah laku termotivasi adalah tingkah laku yang berlatar belakang adanya kebutuhan. Tujuan tingkah laku dikatakan tercapai apabila kebutuhan telah terpenuhi. Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pernyataan tersebut mengandung tiga pengertian, yaitu bahwa : (1) motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, (2) motivasi ditandai dengan rasa (feeling), afeksi seseorang, dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia, dan (3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan (Sardiman, 2001:72)

            Cofer and Apply (1967) dalam Arya (2004:51) mengatakan bahwa ada enam aspek yang berhubungan dengan motivasi sebagai prilaku khusus, yaitu : (1) sukses, (2) gagal, (3) nilai positif sukses, (4) nilai negatif gagal, (5) motivasi belajar, (6) motivasi untuk menghindari kegagalan. Dari kutipan tersebut tampak bahwa motivasi belajar merupakan salah satu aspek yang berhubungan dengan motivasi sebagai prilaku khusus. Murray (dalam Arya, 2004:50) memberikan deskripsi tentang kecenderungan-kecenderungan sikap individu yang memiliki motivasi belajar tinggi, yaitu sebagai berikut :

a.    memiliki dorongan yang kuat untuk menyelesaikan tugas yang sulit,

b.    memiliki dorongan untuk menguasai dan mengorganisir benda, orang, dan gagasan,

c.    ingin mengerjakan sesuatu secepat dan semandiri mungkin,

d.   ingin memperoleh pengakuan dari orang lain atas hasilnya dan atas segala usahanya.

Menurut Slavin (1995) motivasi belajar adalah upaya keras yang dilakukan secara terus menerus untuk mencapai suatu tujuan. Lebih lanjut Slavin (1995) menyatakan bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar yang kuat cenderung bertahan lebih lama menyelesaikan suatu tugas dibandingkan dengan siswa yang kurang memiliki motivasi belajar. Kalaupun mereka gagal, mereka akan menghubungkan kegagalan  tersebut dengan kurangnya usaha.

McClelland menyimpulkan dari penelitiannya bahwa motivasi belajar merupakan faktor penting yang menentukan tingkat pertumbuhan masyarakat. Ia menemukan tiga karakteristik umum dari orang yang memiliki motivasi belajar, yaitu : (1) kepiawaian menetapkan tujuan personal yang tinggi tetapi secara rasional dapat dicapai, (2) lebih komit terhadap kepuasan belajar secara personal dari dalam daripada iming-iming hadiah dari luar, dan (3) keinginan akan umpan balik dari pekerjaannya (McClelland, 1999 dalam Arya, 2004:52).

            Pada dasarnya siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi sangat besar harapannya untuk meraih sukses dan tidak banyak pikirannya dihantui oleh perasaan-perasaan gagal, dan mereka umumnya memiliki harapan untuk sukses lebih besar serta memiliki semangat kompetisi yang lebih positif dan terarah. Bagi seseorang yang memiliki motivasi belajar tinggi juga tampak melalui usaha-usahanya untuk menghindari kegagalan yang menghadangnya. Adapun bentuk usaha-usaha tersebut seperti : belajar dengan rajin, selalu mengerjakan tugas tepat waktu, dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan.      

            McClelland  (1976) dalam Yuniati (2003:43) menyatakan bahwa motivasi belajar mempunyai dua aspek yaitu : pertama mencirikan ketahanan dan suatu kekuatan akan kegagalan, dan kedua meningkatkan usaha keras yang berguna dan mengharapkan akan kebelajaran. Sedangkan Traves (1982) dalam Yuniati (2003:43) mengatakan bahwa ada dua kata yang penting dalam motivasi belajar yaitu mengharapkan sukses dan takut akan kegagalan.

            Dari uraian tersebut motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu dorongan dari dalam diri siswa untuk meraih sukses dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dan bertujuan untuk memperoleh kebelajaran dalam kompetisi. Untuk mencapai kebelajaran dalam kompetisi atau pengakuan keunggulan dari siswa lain dapat dilakukan dengan rajin belajar, mempunyai harapan untuk sukses dalam segala tindakan, dan berusaha dengan sekuat tenaga menghindari segala bentuk kegagalan yang menghadang. Dari uraian tersebut, diperoleh tiga dimensi untuk mengukur motivasi belajar, yaitu : (1) motivasi belajar, (2) harapan sukses, dan (3) penghindaran kegagalan.

5.      Prestasi belajar IPA

   Prestasi belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes. Menurut Muryati (2001:18), Prestasi adalah hasil dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan. Prstasi belajar merupakan suatu hal yang sangat komplek, karena prestasi belajar merupakan hasil olahan suatu masukan yang dalam hal ini adalah siswa baru yang memasuki suatu sekolah menjadi luaran yaitu siswa yang telah mampu menyelesaikan tugas yang diberikan (lulus).

Menurut Bloom prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendapat lain mengemukakan bahwa prestasi belajar mencerminkan sejauh mana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada setiap bidang studi. Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur dan berwujud penguasaan ilmu pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dari proses belajar.

 

6.       Kerangka Berpikir

Semua guru berupaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya dengan melakukan tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran. Menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah salah satu contoh dari tindakan tersebut. Dalam penelitian ini dicobakan suatu penerpan model pembelajaran PBL yaitu model pembelajaran pemberian pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas kepada siswa untuk dipecahkan dan yang memfasilitator adalah gurunya. Model ini juga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa dalam mengembangkan rasa kerjasama dan tanggung jawab dan diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar di dalam diri siswa. Dari paparan ini dapat diduga bahwa pernerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan prestasi belajar IPA dan motivasi belajar siswa.

 

F.     Metode penelitian

(a)   Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas. Dalam pelaksanaan tindakan digunakan Pendekatan Lingkungan dalam pembelajaran IPA.

 

(b)   Subyek dan Obyek Penelitian

            Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Abang tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 373 orang. Alasan pengambilan subyek penelitian ini karena prestasi belajar siswa masih rendah dan motivasi siswa dalam pembelajaran IPA masih rendah. Obyek dari penelitian ini adalah : (1) prestasi belajar IPA, dan (2) motivasi pembelajaran  IPA siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Abang.

(c)    Rancangan Penelitian dan Pelaksanaan Tindakan

      Penilaian tindakan ini terdiri dari dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari tahapan-tahapan. Siklus dari penelitian  ini digambarkan sebagai berikut:

 

 

 

 

 

  1. Perencanaan Tindakan II
  2. Pelaksanaan Tindakan II
  3. Observasi dan evaluasi II
  4. Refleksi II

 

 Siklus ke-I                                    Siklus ke-II                                      Laporan

  1. Perencanaan Tindakan I                                 
  2. Pelaksanaan Tindakan I
  3. Observasi dan evaluasi I
  4. Refleksi I

 

 

Gambar 1. Skema Desain Penelitian Tindakan

 

 

(d)   Siklus I

            Dalam siklus I, dilakukan beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan tindakan I, pelaksanaan tindakan I, observasi dan evaluasi I, serta tahap refleksi yang dilaksanakan pada akhir siklus oleh peneliti. Tujuan refleksi siklus I ini adalah untuk melihat kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan yang terjadi dalam tindakan sebelumnya dan memberikan masukan pada tindakan di siklus berikutnya untuk memperoleh hasil yang optimal. Masing-masing tahapan dipaparkan sebagai berikut.

 

(a)      Perencanaan Tindakan I

Untuk melaksanakan tindakan, hal-hal yang perlu dipersiapkan meliputi:

1.    Menentukan materi ajar

2.    Membentuk kelompok siswa yang kemampuannya bersifat heterogen berdasarkan nilai ulangan harian dengan anggota 4 sampai 6 orang.

3.    Menyiapkan instrumen penelitian berupa :

-       Rencana Pembelajaran,

-       Tes Prestasi belajar IPA

-       Lembar kuisioner motivasi belajar siswa

 

(b)     Pelaksanaan tindakan I

Langkah-langkah yang dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar dipaparkan sebagai berikut.

Tahap pendahuluan

1.    Menginformasikan beberapa materi yang relevan sebagai prasyarat dalam mempelajari materi yang akan diberikan.

2.    Menyampaikan indikator ketercapaian yang hendak dicapai.

3.    Dengan Pendekatan Lingkungan, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan stimulan untuk memotivasi siswa mengikuti pembelajaran.

Tahap inti pembelajaran

1.    Guru meminta siswa duduk sesuai dengan kelompoknya pada tempat yang telah ditentukan.

2.    Masing-masing kelompok siswa dibagikan LKS.

3.    Guru menjelaskan cara-cara pengisian LKS.

4.    Siswa diberi kesempatan berdiskusi dalam kelompoknya untuk membahas masalah-masalah serta menjawab soal-soal yang tertuang pada LKS.

5.    Guru berkeliling dan mengawasi siswa selama kerja kelompok berlangsung.

6.    Guru memberikan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan pada kelompok siswa yang bersangkutan.

7.    Setelah waktu untuk diskusi kelompok berakhir, dilanjutkan dengan diskusi kelas.

Tahap Penutup

1.    Siswa membuat rangkuman materi dengan bantuan guru

2.    Guru memberikan PR.

(c)      Observasi dan Evaluasi I

Observasi dilakukan setiap dilaksanakannya pertemuan dengan cara melihat dan mencatat fenomena-fenomena yang terjadi baik berupa kendala-kendala atau permasalahan yang ditemui selama pelaksanaan tindakan pada proses pembelajaran. Evaluasi mengenai  prestasi belajar siswa dilaksanakan pada akhir siklus I dengan memberikan tes prestasi belajar IPA, sedangkan untuk motivasi belajar dilakukan dengan mengisi kuisioner.

 

 

 

(d)     Refleksi I

Refleksi dilakukan pada akhir siklus, sebagai acuan dalam refleksi ini adalah hasil tes prestasi belajar IPA dan hasil observasi motivasi belajar serta hasil wawancara kepada siswa terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya.

 

(e) Siklus II

            Dalam siklus II, dilakukan beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan tindakan II, pelaksanaan tindakan II, observasi dan evaluasi II, serta tahap refleksi. Tujuan refleksi siklus II ini adalah untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam tindakan siklus I sehingga kelemahan dalam siklus I dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh hasil yang maksimal. Tahapan pada siklus II dipaparkan sebagai berikut.

 

(a)    Perencanaan Tindakan II

Untuk melaksanakan tindakan, hal-hal yang perlu dipersiapkan meliputi:

1.    Menentukan materi ajar

2.    Menyiapkan metode pembelajaran berpendekatan lingkungan.

3.    Membentuk kelompok siswa yang kemampuannya bersifat heterogen berdasarkan nilai ulangan harian dengan anggota 4 sampai 6 orang.

4.    Menyiapkan instrumen penelitian berupa :

-       Rencana Pembelajaran,

-       Tes Prestasi belajar IPA

-       Lembar observasi motivasi belajar siswa

(b)   Pelaksanaan tindakan II

Langkah-langkah yang dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar dipaparkan sebagai berikut.

Tahap pendahuluan

1.      Menginformasikan beberapa materi yang relevan sebagai prasyarat dalam mempelajari materi yang akan diberikan.

2.      Menyampaikan indikator ketercapaian yang hendak dicapai.

3.      Dengan Pendekatan Lingkungan, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan stimulan untuk memotivasi siswa mengikuti pembelajaran.

Tahap inti pembelajaran

1.      Guru meminta siswa duduk sesuai dengan kelompoknya.

2.      Masing-masing kelompok siswa dibagikan LKS.

3.      Guru menjelaskan cara-cara pengisian LKS.

4.      Siswa diberi kesempatan berdiskusi dalam kelompoknya untuk membahas masalah-masalah serta menjawab soal-soal yang tertuang pada LKS.

5.      Guru berkeliling dan mengawasi siswa selama kerja kelompok berlangsung.

6.      Guru memberikan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan pada kelompok siswa yang bersangkutan.

7.      Setelah waktu untuk diskusi kelompok berakhir, dilanjutkan dengan diskusi kelas.

Tahap Penutup

1.      Siswa membuat rangkuman materi dengan bantuan guru

2.      Guru memberikan PR.

(c)    Observasi dan Evaluasi II

Observasi dilakukan setiap dilaksanakannya pertemuan dengan cara melihat dan mencatat fenomena-fenomena yang terjadi selama pelaksanaan tindakan proses pembelajaran. Evaluasi mengenai  prestasi belajar siswa dilaksanakan pada akhir siklus dengan memberikan tes prestasi belajar IPA, sedangkan untuk motivasi belajar dilakukan dengan melakukan kuisioner.

 

(d)   Refleksi II

Refleksi dilakukan pada akhir siklus, sebagai acuan dalam refleksi ini adalah hasil tes prestasi belajar IPA dan hasil  kuisioner motivasi belajar siswa. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya.

 

 

 

G. Instrumen Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas.

1.      Data prestasi belajar IPA. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan tes prestasi belajar IPA. Tes ini dalam bentuk soal essay.

2.      Data motivasi belajar, untuk mengetahui motivasi belajar siswa digunakan  kuisioner motivasi belajar yang telah dimodifikasi dan diadaptasi dari tes yang dibuat Robinson, yang meliputi tiga aspek yakni : motivasi belajar, harapan sukses, dan penghindaran kegagalan. Instrumen ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari lima pilihan jawaban yaitu : hampir selalu (HS), sering (SR), kadang-kadang (KK), jarang (JR), dan tidak pernah (TP). Untuk pernyataan yang positif, masing-masing pilihan pada setiap item diberi skor yaitu : HS = 5 ; SR = 4 ; KK = 3 ; JR = 2 ; TP = 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif  cara memberikan skor adalah kebalikannya dari pertanyaan positif yaitu : HS = 1 ; SR = 2 ; KK = 3 ; JR = 4 ; TP = 5.

 

(h)  Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan

(1)     Data Prestasi belajar IPA

Prestasi belajar IPA dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menentukan nilai rata-rata prestasi belajar IPA (mean) dengan rumus :

 =

Keterangan:

             M        = Rata-rata penguasaan konsep

X         = Nilai tes prestasi belajar siswa

N         = Banyaknya siswa

Kualifikasi prestasi belajar IPA ditentukan dengan kriteria berikut.

 

 

Tabel 4. Kreteria Prestasi Belajar

Skor

Kriteria

85           M            100

Sangat Baik

70           M      <      85

Baik

55           M      <      70

Cukup

40           M      <      55

Kurang

0           M      <      40

Sangat Kurang

 

Kriteria keberhasilan nilai rata-rata prestasi belajar IPA kelas sekurang-kurangnya 65 sesuai dengan tuntutan kurikulum serta daya serap dan ketuntasan belajar siswa  dengan rumus sebagai berikut.

DS = M x 10%

KB =

Keterangan :                                            

DS       = Daya Serap

                        M         = Nilai rata-rata penguasaan konsep              

KB      = Ketuntasan Belajar

N         = Banyaknya Siswa

Daya serap dan ketuntasan belajar yang dicapai diharapkan memenuhi tuntutan kurikulum yaitu Daya Serap (DS) ³ 70% dan Ketuntasan Belajar (KB) ³ 85% (Depdikbud, 1993).

 

2)      Data Motivasi Belajar Siswa

Analisis terhadap motivasi belajar siswa dilakukan secara deskriptif kualitatif. Kriteria penggolongan motivasi disusun berdasarkan mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI). Rumus MI dan SDI adalah :

 

 

                 MI = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)

                 SDI = 1/6 (skor tertinggi ideal – skor terendah ideal)

Motivasi belajar siswa ditentukan dengan menghitung rata-rata motivasi belajar siswa untuk kemudian dikategorikan dengan pedoman berikut.

 

Tabel 3.2 Kreteria Penilaian Motivasi Belajar

Skor

Kriteria

 ³ MI + 1,5 SDI                                         

Sangat Tinggi

MI + 0,5 SDI £  < MI + 1,5 SDI              

Tinggi

MI – 0,5 SDI £  < MI + 0,5 SDI              

Sedang

MI – 1,5 SDI £ < MI – 0,5 SDI                

Rendah

 < MI – 1,5 SDI                                          

Sangat rendah

 

 

Untuk skor rata-rata motivasi belajar siswa digunakan rumus :

      

       Keterangan :

             = skor rata-rata motivasi belajar siswa

      X         = skor motivasi belajar siswa

      N         = banyaknya siswa

Kriteria  keberhasilan motivasi belajar siswa berhasil bila motivasi belajar siswa berada pada kriteria tinggi

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Ali, Muhammad. 1992. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar

Baru

Anonim, 1997. Peningkatan Motivasi Siswa untuk Belajar. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah : Depdikbud

Anonim, 2002. Kurikulum & Hasil Belajar, Rumpun Pelajaran Sains, Pusat

 Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Arikunto, S. 1991. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Carin, A. 1993. Teaching Modern Science. New York: Macmillan Publishing

Company.

Dahar, Ratna Wilis.1989.Teori-teori Belajar. Jakarta:Erlangga.

Degeng, I Nyoman.1989.Ilmu Pelajaran Taksonomi Variabel.Jakarta.Depdikbud.

Depdiknas. 2004. Pedoman Khusus Pegembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. 2004. Pedoman Khusus Pegembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Depdiknas

Ibrahim, M., Fida R., Nur, M. dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa Press.

Kartawan, I Made Arya. 2004. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi belajar IPA (Studi Eksperimentasi pada Siswa SMU N di Kota Singaraja). Tesis (Tidak Diterbitkan). Singaraja :IKIP

Nasution.1982.Didaktik Asa-asas Belajar-Mengajar. Bandung: Andira

Nurkancana, Sunartana. 1991. Evaluasi Prestasi belajar. Surabaya: Usaha Nasional

Saifuddin Azwar. 1996. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Megajar. Bandung: Sinar Baru

Sudjana, N dan Ibrahim 2001.  Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung Sinar Baru.

Suparno, Suhaenah. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas.

Surya, Moh. 1997. Prinsip-Prinsip Motivasi dalam Belajar. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah : Depdikbud

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rodakarya.

Yuniati, Ni Nyoman. 2003. Efektivitas Model Pembelajaran Terhadap Prestasi belajar IPA Ditinjau dari Motivasi Belajar (Eksperimen di SMU Negeri 1 Denpasar). Tesis (Tidak Diterbitkan). Singaraja : IKIP

 

 

 

 

JADWAL KEGIATAN

Jadwal Penelitian ini adalah sebagai berikut:

No

Waktu

Agustus

September

Oktober

November

 

Kegiatan

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

Reflesi awal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

Persiapan

Penyusunan Proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3

Pelaksanaan penelitian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4

Pengolahan Data

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5

Penyusunan laporan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIAYA PENELITIAN

 

1         

Pengadaan modul 30 hal x40, @ Rp. 200

 = Rp.        240.000

2.       

Pembelian 3 rim kertas HVS F4 Sidu, 70 gr, @ Rp. 50.000

 = Rp.        150.000

3.       

Penggandaan, dan penjilidan

 = Rp.      110.000

 

 

 

Sub Total

 =  Rp. 500.000

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KUISIONER  MOTIVASI SISWA

 

I. Petunjuk

Di bawah ini terdapat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan motivasi belajar  anda.

  1. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan keyakinan dan pilihan anda.
  2. Anda menulis identitas anda pada kolom yang disediakan.
  3. Berilah tanda silang (X) pada lembar jawaban yang tersedia dengan alternatif jawaban yang anda pilih.

            A                           B                     C                     D                     E

      Dimana:

            A = Hampir Selalu (HS)               B = Sering (SR)

            C = Kadang-kadang (KK)                        D = Jarang (JR)          

            E = Tidak Pernah (TP)                 

4.      Atas kesediaan anda untuk menjawab/mengisi kuisioner ini kami ucapkan terima kasih.

 

No

PERTANYAAN

A

B

C

D

E

1

Dalam belajar IPA saya mengungkapkan gagasan-gagasan yang berkaitan dengan topik yang dibahas.

HS

SR

KK

JR

TP

2

Gagasan yang saya kemukakan diperhatikan oleh guru walaupun gagasan tersebut salah

HS

SR

KK

JR

TP

3

Saya mengerjakan soal-soal pada buku lebih dulu meskipun tidak diberitahu guru.

HS

SR

KK

JR

TP

4

Dalam belajar IPA saya lakukan dengan diskusi kelompok

HS

SR

KK

JR

TP

5

Saya selalu memperhatikan penjelasan guru dalam belajar IPA

HS

SR

KK

JR

TP

6

Saya mengajukan pertanyaan bila ada hal yang belum jelas kepada guru

HS

SR

KK

JR

TP

7

Saya bertanya pada rekan-rekannya yang lebih mampu tentang belajar IPA

HS

SR

KK

JR

TP

8

Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan sebaik-baiknya

HS

SR

KK

JR

TP

9

Saya mencari sumber pustaka yang lain di perpustakaan atau  toko buku tentang pembelajaran IPA

HS

SR

KK

JR

TP

10

Saya mencatat ringkasan atau rangkuman yang diberikan oleh guru

HS

SR

KK

JR

TP

11

Saya tetap belajar IPA meskipun tidak ada ulangan

HS

SR

KK

JR

TP

12

Dalam ulangan saya bekerja sendiri untuk  mengukur  kemampuan saya

HS

SR

KK

JR

TP

13

Saya terdorong untuk membaca materi pelajaran IPA sebelum pelajaran dimulai

HS

SR

KK

JR

TP

14

Saya terdorong untuk belajar bersama membahas permasalahan atau tugas yang diberikan

HS

SR

KK

JR

TP

15

Saya terdorong terlibat secara aktif dalam pembelajaran IPA

HS

SR

KK

JR

TP

16

Saya mengerjakan soal dengan menjawab soal yang termudah dulu

HS

SR

KK

JR

TP

17

Saya  termotivasi belajar IPA yang sudah pernah diajarkan

HS

SR

KK

JR

TP

18

Saya  termotivasi untuk terus dapat mengikuti materi pelajaran materi IPA.

HS

SR

KK

JR

TP

19

Saya termotivasi belajar IPA karena sangat berguna untuk masa depan

HS

SR

KK

JR

TP

20

Saya tertarik dengan pelajaran IPA

HS

SR

KK

JR

TP

 

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar