Proposal penelitian
Nama :
I Wayan Suriasa,S.Pd
NIP :
19800529 200501 1 006
Judul Penelitian : “PENERAPAN Model Pembelajaran
PBL berbantuan Modul UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA
SISWA KELAS VIII-D SMP negeri 1 ABANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018”
A.
Latar
Belakang Masalah
Peningkatan mutu pendidikan
merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia.
Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan, antara lain:
penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku/bahan ajar dan buku referensi,
peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan melalui berbagai pelatihan dan
peningkatan kualifikasi pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan
serta pengadaan fasilitas.
Namun demikian berbagai
indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan sekolah menengah dapat dikatakan
relatif rendah. Berdasarkan hasil observasi pada bulan Juli 2017 di kelas VIII
SMP Negeri 1 Abang menunjukkan
bahwa guru yang mengajar di kelas VIII merasa belum maksimal dalam melaksanakan
pembelajaran IPA, guru mengalami kesulitan dalam menyesuaikan strategi
pembelajaran dengan kemampuan siswa yang beragam, dan pembelajaran yang dilakukan
cenderung monoton sehingga dikhawatirkan pengetahuan siswa juga akan kurang
berkembang.
Berdasarkan
observasi awal yang dilakukan pada pelajaran IPA di kelas VIII SMP Negeri 1
Abang, terungkap bahwa kelas VIII-D mengalami masalah dalam pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa kelas VIII-D belum mampu mencapai
kompetensi yang diharapkan hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi ulangan
dimana jumlah siswa kelas VIII-D masih banyak mendapat niai dibawah 74. Selain itu motivasi siswa kelas VIII-D dalam
pembelajaran juga masih rendah, walaupun hal ini sudah berupaya diatasi dengan
menerapkan metode diskusi tetapi upaya ini belum mampu meningkatkan motivasi
siswa.
Berdasarkan refleksi yang dilakukan, terungkap
beberapa masalah yang mendasar yang dialami oleh kelas VIII-D yaitu sebagai
berikut. Pertama, motivasi
belajar siswa masih relatif rendah, sebagian besar siswa kurang tertarik
belajar IPA, terbukti dengan banyaknya siswa yang bercakap-cakap dan kurang
merespon apa yang disajikan guru selama pembelajaran berlangsung. Kedua,
metode pembelajaran yang digunakan kurang variatif sehingga menimbulkan kejenuhan dalam diri
siswa saat belajar. Ketiga, keseriusan
siswa mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan guru, banyak siswa tidak
mengerjakan tugas dengan alasan tidak mengerti bahkan mengatakan tidak bisa disamping itu buku
pegangan siswa belum ada.
Hasil diskusi informal dengan guru-guru pengajar IPA
di sekolah menghasilkan kesepahaman bahwa umumnya kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa berupa kesulitan yang berasal dari diri siswa itu sendiri yang
disebut kesulitan internal dan kesulitan yang berasal dari luar yang disebut
kesulitan eksternal. Kesulitan internal misalnya berupa rendahnya kemampuan kognitif,
minat, bakat dan motivasi siswa. Kesulitan eksternal seperti kurangnya sarana
dan prasarana belajar seperti terbatasnya jumlah buku paket yang tersedia,
tidak tepatnya metode belajar yang diterapkan guru, dan termasuk rendahnya
kompetensi guru dalam membelajarkan siswanya. Kegagalan siswa dalam
menanggulangi kesulitan belajar yang berimplikasi pada kegagalan siswa dalam
pembelajaran IPA, untuk itu perlu dicarikan solusi agar pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik. Salah satu solusi yang dapat mengatasi kesulitan
belajar siswa tersebut adalah berupaya memilih metode pembelajaran yang tepat
sesuai dengan karakteristik siswa peserta didik. Metode pembelajaran yang
dipilih harus mampu memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran,
meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga kompetensi yang ditetapkan dapat
tercapai.
Dari latar belakang tersebut maka penulis
melalukan penelitian berjudul Penerapan Model
Pembelajaran PBL Berbantuan Modul untuk Meningkatkan Motivasi dan
Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Abang Tahun Pelajaran 2017/2018.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas maka rumusan masalah yang dicari
pemecahannya adalah sebagai berikut.
1. Apakah Penerapan Model Pembelajaran PBL Berbantuan Modul dapat meningkatkan
motivasi belajar IPA Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Abang tahun pelajaran 2017/2018?
2. Apakah Penerapan Model Pembelajaran PBL Berbantuan Modul dapat meningkatkan
prestasi belajar IPA Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Abang tahun pelajaran 2017/2018?
C.
Tujuan Penelitian
Mengacu pada perumusan masalah yang
telah dipaparkan di atas maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas VIII-D
SMP Negeri 1 Abang dengan menerapan model
pembelajaran PBL berbantuan modul.
2. Meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas VIII-D
SMP Negeri 1 Abang dengan menerapan model
pembelajaran PBL berbantuan modul.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dari
penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun
manfaat tersebut sebagai berikut.
6.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis
merupakan suatu informasi yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat
berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dapat digunakan sebagai
pedoman bagi peneliti yang lain terkait dengan pembelajaran yang digunakan.
6.2 Manfaat praktis
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis diantaranya sebagai berikut.
1) Bagi siswa, penerapan model pembelajaran PBL berbantuan modul diharapkan siswa
termotivasi untuk menjawab pertanyaan guru, mengemukakan pendapat dan
mengajukan pertanyaan sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran dan
memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
2) Bagi guru IPA, hasil penelitian ini dapat dipakai
acuan para guru IPA sebagai salah satu alternatif dalam memilih model
pembelajaran sebagai upaya meningkatkan motivasi prestasi belajar IPA belajar
siswa.
3) Bagi Peneliti, penelitian tindakan ini dapat
memberikan pengalaman langsung bagi peneliti sebagai seorang guru IPA dalam
menerapkan pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran PBL berbantuan modul dalam memperbaiki kualitas
pembelajaran
4) Bagi Sekolah, dengan meningkatnya
motivasi dan prestasi belajar IPA siswa akan dapat meningkatkan prestasi dan
prestise SMP Negeri 1 Abang sehingga mampu bersaing dengan SMP lainnya,
khususnya di Kabupaten Karangasem. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan kualitas pembelajaran dan prestasi
belajar pada mata pelajaran lainnya.
E.
Landasan Teori
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam bahasa inggrisnya diistilahkan dengan Problem-based learning yang selanjutnya disingkat menjadi PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Model PBL merupakan suatu kegiatan pembelajaran dimana siswa berusaha memecahkan masalah yang diberikan guru berdasarkan informasi yang mereka miliki. Permasalahan tidak hanya datang dari guru melainkan juga sangat diharapkan muncul dari siswa itu sendiri.
Dalam hal ini siswa akan aktif untuk mengidentifikasi apa yang ingin mereka pelajari untuk bisa memahami masalah secara lebih baik. Jadi PBL adalah masalah yang harus dipecahkan siswa secara aktif melalui konstruksi pengetahuan sebagai akibat dari rasa ingin tahu yang dimiliki anak secara terus menerus berusaha memahami lingkungannya.
Penerapan model PBL dalam kegiatan pembelajaran bukan merupakan transfer pengetahuan, tetapi siswa mengalami dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan melalui masalah yang dihadapi. Hal ini menjadikan siswa belajar lebih bermakna, sehingga siswa mampu untuk berfikir kritis dan memecahkan masalah yang dihadapi masing-masing kelompoknya.
Pembelajaran berbasis masalah atau yang sering disebut PBL (Problem Based Lerning) merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Model PBL (Problem Based Learning) secara khusus melibatkan siswa bekerja pada masalah dalam kelompok kecil yang terdiri dari lima orang dengan bantuan asisten sebagai tutor. Masalah disiapkan sebagai konteks pembelajaran baru. Analisis dan penyelesaian terhadap masalah itu menghasilkan perolehan pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah. Permasalahan dihadapkan sebelum semua pengetahuan relevan diperoleh dan tidak hanya setelah membaca teks atau mendengar ceramah tentang materi subjek yang melatarbelakangi masalah tersebut. Hal inilah yang membedakan antara PBL dan metode yang berorientasi masalah lainnya
Karakteristik PBL diantaranya sebagai berikut.
1.
Pembelajaran
berpusat pada siswa.
2.
Pembelajaran
terjadi pada kelompok-kelompok kecil
3.
Peran guru
sebagai moderator dan fasilitator
4. Masalah menjai fokus dalam stimulus pembelajaran,
masalah merupakan sarana mengembangkan keterampilan problem solving.
5.
Informasi
baru diperoleh melalui belajar sendiri.
1. Kelebihan dan Kelemahan Proses Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Adapun kelebihan pembelajaran berbasis masalah
adalah sebagai berikut.
1. Pebelajar lebih memahami konsep yang diajarkan
sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.
2. Pembelajar dapat melibatkan pebelajar secara aktif
memecahkan masalah dan menuntut ketrampilan berpikir pebelajar yang lebih
tinggi.
3. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang
dimiliki pebelajar sehingga pembelajaran lebih bermakna.
4. Pembelajaran menjadikan pebelajar lebih mandiri
dan lebih dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain,
menanamkan sikap sosial yang positif diantara pebelajar.
5. Pebelajar dapat merasakan manfaat pembelajaran
sebab masalah yang diselesaikan bersifat kontekstual.
6. Pengkondisian pebelajar dalam belajar kelompok
akan mempermudah pencapaian ketuntasan belajar yang diharapkan.
Adapun kelemahan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.
1.
Pencapaian
akademik dari individu pelajar sempit, artinya ruang lingkup bidang ilmu yang
dipelajari sempit.
2.
Waktu yang
diperlukan untuk implementasi lebih lama.
3.
Kesahihan
sistem pengukuran dan penilaian hasil belajar, karena Problem Based Learning
(PBL) berbeda dengan pembelajaran behavioristik,
maka pengukuran dan penilaian hasil belajar yang digunakan juga berbeda.
PBL biasanya terdiri dari
lima tahap utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu
situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerjasama. Sintak dari pembelajaran dengan model
pembelajaran Problem Based Learning
adalah sebagai berikut.
Kegiatan Guru |
Langkah-langkah pokok |
Kegiatan siswa |
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menyajikan kepada siswa pemicu masalah, membagi siswa ke dalarn kelompok kelompok . memotivasi siswa terlibat
pada aktivitas pernecahan masalah |
Tahap 1 Orientasi
siswa pada masalah aktual dan autentik |
Siswa berada
dalam kelompoknya
masing-masing dan mempersiapkan logistik yang diperlukan dalarn proses
pembelajaran |
Guru membantu
siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan
tugas belajar yang
berhubungan dengan
masalah tersebut |
Tahap 2 Mengorganisasi
siswa untuk belajar |
Siswa
megorganisasikan tugas yang sesuai dengan permasalahan
yang disajikan guru melalui pertanyaan. |
Meminta siswa
untuk Memecahkan
masalah yang
disajikan. |
Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok |
Siswa
memecahkan masalah berdasarkan
pernikiran kritis penalaran
mereka atau melalui bertanya untuk mendapadcan jawaban atas permasalahan yang
dihadapi. |
Guru membantu
siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan dan membantu mereka dalam
berbagi tugas kelompok. |
Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya |
Menyusun
laporan dalam kelompok dan
menyajikannya dihadapan
kelas dan berdiskusi dalam kelas |
Membantu
siswa melakukan refleksi dan
mengadakan evaluasi
terhadap proses belajar yang
mereka lakukan |
Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah |
Menyerahkan
tugas-tugas dan mengikuti tes formatif sebagai bahan evaluasi proses belajar |
Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah
Pembelajaran dimulai
dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas -aktivitas yang akan
dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus
menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa dan juga oleh
guru. Di samping proses yang akan berlangsung, sangat penting juga dijelaskan
bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran.
Sutrisno (2006) menekankan empat hal penting pada
proses ini, yaitu:
- tujuan utama pengajaran
ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih
kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana
menjadi siswa yang mandiri,
- permasalahan dan
pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah
masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan
seringkali bertentangan,
- selama tahap penyelidikan
(dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap
membantu, namun siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan
temannya,
- selama tahap
analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya
secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan
oleh guru atau teman sekelas. Semua siswa diberi peluang untuk menyumbang
kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Disamping mengembangkan
ketrampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong siswa belajar
berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama antar
anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan
membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih
dan memecahkan masalah yang berbeda.
Prinsip-prinsip
pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks
ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota,
komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat
penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga
kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah siswa
diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar
selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik,
tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini
adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan,
penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian
terhadap permasalahan tersebut.
Fase 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti
dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan
yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni
pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, serta memberikan
pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimen merupakan aspek yang sangat penting.
Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan
melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul
memahami dimensi situasi permasalahan.
Tujuannya adalah agar
siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka
sendiri. Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah
dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan
pertanyaan pada siswa untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang
dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah siswa mengumpulkan
cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki,
selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis,
penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong
siswa untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide
tersebut. Selama fase ini, guru harus menyediakan bantuan yang dibutuhkan tanpa
mengganggu aktivitas siswa dalam kegiatan penyelidikan.
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan artifak
(hasil karya) dan mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti
dengan menciptakan hasil karya dan pameran. Hasil karya lebih dari sekedar
laporan tertulis, namun bisa suatu videotape (menunjukkan situasi masalah dan
pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah
dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya
kecanggihan suatu hasil karya sangat dipengaruhi tingkat berfikir siswa.
Langkah selanjutnya adalah
memamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan
lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru,
orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan
masalah
Fase ini merupakan tahap
akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan
intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini
guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah
dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
Prinsip reaksi adalah pola perilaku guru dalam memberikan reaksi terhadap
perilaku siswa dalam belajar. Dalam model pembelajaran berasis masalah/PBL,
siswa berperan sebagai seorang professional dalam menghadapi permasalahan yang
muncul, meskipun dengan sudut pandang yang tidak jelas dan informasi yang
minimal, siswa tetap dituntut untuk menentukan solusi terbaik yang mungkin ada.
Pembelajaran berbasis masalah membuat perubahan dalam proses pembelajaran
khususnya dalam segi peranan guru. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas dan
berperan sebagai pemandu siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan
memberikan langkah-langkah penyelesaian yang sudah jadi, melainkan guru berkeliling kelas
memfasilitasi diskusi, memberikan pertanyaan, dan membantu siswa untuk menjadi
lebih sadar akan proses pembelajaran.
Guru menghadirkan realitas peristiwa kehidupan nyata di
kelas kemudian realitas peristiwa tersebut dijadikan suatu topik permasalahan
yang harus dipecahkan oleh siswa agar tercapai suatu pemahaman terhadap materi
yang diajarkan. Realitas peristiwa yang dihadirkan dan disajikan oleh seorang
guru tersebut haruslah suatu peristiwa yang disubtansial, autentik, bermakna
dan merupakan peristiwa yang dapat dihubungkan dengan materi pelajaran.
Sistem sosial adalah pola
hubungan guru dengan siswa pada saat mempelajari bahan pengajaran. Terdapat
tiga macam sistem sosial yang diberi nama struktur tinggi, struktur menengah
dan struktur rendah. Model pembelajaran berbasis masalah memiliki sistem sosial
tipe menengah dimana guru berperan sederajat dengan siswa, ini dikarenakan
model PBL merupakan suatu pembelajaran yang menghadirkan kondisi belajar aktif
kepada siswa. Dalam hal ini siswa
akan aktif untuk mengidentifikasi apa yang ingin mereka pelajari untuk bisa
memahami masalah secara lebih baik. Hal ini menjadikan siswa belajar lebih
bermakna, sehingga siswa mampu untuk berfikir kritis dan memecahkan masalah
yang dihadapi.
Selain itu peran guru dalam mobel PBL sebagai moderator,
fasilitator dan motivator juga menunjukan bahwa PBL memiliki sistem sosial tipe
menengah. Guru tidak lagi memonopoli kegiatan belajar di kelas.
Dalam
penerapan model PBL guru mendorong
siswa untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide
tersebut. Selama fase ini, guru harus menyediakan bantuan yang dibutuhkan tanpa
mengganggu aktivitas siswa dalam kegiatan penyelidikan. Guru membantu siswa
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia
seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berifikir tentang masalah dan
ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat
dipertahankan.
Dalam pembelajaran bebasis
masalah (PBL) sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar adalah berbagai sumber informasi seperti
buku-buku, internet bahkan masyarakat. Alat untuk mengadakan eksperimen seperti
mikroskop, lup dan lain sebagainya. Alat untuk memamerkan hasil diskusi siswa
seperti tape, kamera, handycam, proyektor, komputer serta masih banyak lagi
sarana yang dapat mendukung keberhasilan kegiatan belajar mengajar dalam
pembelajaran berbasis masalah (PBL). Sarana dan prasarana pendukung sangat penting dalam PBL karena dapat
membantu siswa menggali informasi dari berbagai sumber secara mendiri serta
membantu siswa untuk memamerkan hasil kerjanya.
Dampak model pengajaran
ada dua macam yaitu sebagai berikut.
1.
Dampak
pengajaran (instructional effects)
adalah hasil pengajaran yang dapat diukur secara langsung, dimana dalam model
PBL dampak pengajarannya adalah siswa dapat memecahkan masalah yang diajukan
guru saat pembelajaran. Hasil dari pemecahan masalah tersebut dapat dievaluasi
secara langsung.
2.
Dampak
pengiring (nurtrant effects) adalah
hasil belajar jangka panjang, dimana dalam model PBL dampak pengiringnya adalah
dalam memecahkan suatu masalah siswa tidak perlu lagi tergantung pada guru,
karena mereka telah terbiasa memecahkan masalah dengan pegetahuan mereka
sendiri dan mencari sumber-sumber pendukung juga secara mandiri. Sehingga
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, yang nantinya sangat membantu
mereka dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi bahkan saat terjun dalam
masyarakat.
2. Pendekatan
dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
1.
Pendekatan
Kelompok
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan siswa dapat
menumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi. Mereka dibina untuk mengendalikan
rasa egois yang ada dalam diri mereka. Anak didik dibiasakan hidup bersama,
bekerja sama dalam kelompok sehingga mereka menyadari kelebihan dan kelemahan
masing-masing.
Dalam model PBL cocok digunakan pendekatan kelompok karena dengan menggunakan pendekatan ini siswa diajarkan untuk menghargai pendapat orang lain dan dibiasakan bekerja sama dalam kelompok. Sedangka dalam pembelajarannya model PBL mengutamakan pemecahan suatu masalah dalam kelompok sehingga model PBL cocok menggunakan pendekatan kelompok.
2.
Pendekatan
bervariasi
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap permasalahan.
Model PBL yang mengutanakan pemecahan masalah dalam kelompok perlu menggunakan pendekatan bervariasi, ini dikarenakan dalam kelompok belajar setiap anak didik memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda. Ada anak didik yang semangatnya tinggi, ada yang kurang semangat bahkan ada yang berbincang-bincang. Sementara sebagian besar anak yang lain belajar dengan serius. Untuk mengatasi atau mengantisipasi masalah tersebut maka guru tidak bisa hanya menggunakan metode tertentu, namun harus divariasikan dengan metode lainnya. Oleh karena itu, pendekatan bervariasi cocok diterapkan dalam model PBL.
3.
Pendekatan
Edukatif
Setiap tindakan guru, sikap, dan perbuatan yang
dilakukan guru harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak
didik agar menghargai norma-norma yang berlaku.
Dalam model PBL guru memberikan suatu masalah
diawal pembelajaran kepada siswa untuk dipecahakan. Masalah yang disajikan guru
hendaknya mengandung nilai edukatif yang dapat menanamkan nilai-nilai kebaikan
kepada siswa. Selain itu, guru juga harus menunjukan sikap-sikap yang baik
kepada siswa karena seorang guru merupakan panutan bagi siswanya.
4.
Pendekatan
Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Belajar dari pengalaman lebih baik daripada berbicara, dan tidak pernah berbuat sama sekali. Meskipun pengalaman diperlukan dan sangat dicari, namun tidak semua pengalaman bersifat mendidik, karena ada pengalaman yang bersifat tidak mendidik. Dalam kaitannya dengan model PBL yang memberikan permasalahan yang berkaitan dengan pengalaman kehidupan siswa, guru harus pintar-pintar mengarahkan pengalaman yang dialami siswa ke arah tujuan pendidikan.
5.
Pendekatan
Ketrampilan Proses
Dalam kegiatan belajar mengajar perwujudan dari
pendekatan ketrampilan proses adalah CBSA.
CBSA merupakan pendekatan yang dalam proses belajar mengajar
mengutamakan aktifitas siswa, siswa berperan sebagai subyek dalam kegiatan
pembelajaran sedangkan guru berfungsi sebagai pembimbing, pengamat, dan
memberikan bantuan kepada siswa apabila diperlukan.
Pendekatan ketrampilan proses sesuai dengan model
PBL karena sama-sama menekankan pada aspek aktifitas siswa dalam memecahkan
masalah dan guru sebagai motivator, fasilitator, dan pembimbing.
6.
Pendekatan
Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan sebuah filsafat belajar
yang menekankan bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa melalui
pengalaman-pengalaman yang mereka miliki. Pendekatan konstruktivisme memiliki
prinsip-prinsip, yaitu
1.
pengetahuan
dibangun oleh siswa secara aktif,
2.
tekanan dalam
proses belajar terletak pada siswa,
3.
mengajar
adalah membantu siswa belajar,
4.
tekanan dalam
belajar terletak dalam proses,
5.
kurikulum
menekankan pada partisipasi siswa, dan
6.
guru sebagai
fasilitator dan motivator.
Dari uraian di atas, jelas terlihat kecocokan
antara pendekatan konstruktivisme dengan
model PBL yang sama-sama menekankan pada partisipasi siswa dalam membangun
pengetahuan.
3. Metode
dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Metode pembelajaran yang cocok diterapkan dalam model PBL adalah metode-metode yang lebih menekankan pada aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Siswa lebih aktif dan membangun sendiri pengetahuannya, sedangkan guru hanya sebagai pembimbing, fasilitator, dan motivator. Metode-metode tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.
1.
Metode
Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran
dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajarai. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami
sendiri, mencari kebenaran, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya.
2.
Metote
Penugasan
Metode penugasan adalah metode penyajian bahan
pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan
belajar. Tugas yang dilaksanakan siswa dapat dilakukan di dalam kelas, halaman
sekolah, laboratorium, perpustakaan, atau dimana saja asalkan tugas tersebut
dapat dikerjakan. Pemberian tugas akan merangsang anak untuk aktif belajar, baik
secara individual maupun secara kelompok.
3.
Metode
Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran,
dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau
pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
Dalam proses belajar mengajar terjadi diskusi,
dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar
menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya
aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.
4. Metode Problem
Solving
Metode problem
solving/pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga
merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang
dimulai dengan mencari data sampai akhirnya menarik kesimpulan.
5.
Metode Tanya
Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran
dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa,
tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
baik oleh guru maupaun siswa diharapkan akan membangun pengetahuan siswa dengan
cara siswa membangun sendiri konsepnya.
6.
Metode
Belajar Kooperatif
Metode belajar kooperatif adalah metode belajar dimana penyampaian pelajaran dilakukan dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab.
4. Motivasi
Belajar
Motivasi
merupakan keadaan internal diri yang dapat membangkitkan, mengarahkan, dan
memelihara prilaku disampaikan oleh Woolfolk (1993) dalam (Arya, 2004:46).
Menurut Gleitman dan Reber (dalam Syah, 2000:136), pengertian dasar motivasi
ialah keadaan internal manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam
pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk
bertingkah laku secara terarah.
Secara
umum motivasi menunjuk kepada seluruh gerakan, termasuk situasi yang mendorong,
dorongan yang timbul dari dalam diri individu, dan tujuan akhir dari gerakan
atau perbuatan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tingkah laku termotivasi
adalah tingkah laku yang berlatar belakang adanya kebutuhan. Tujuan tingkah
laku dikatakan tercapai apabila kebutuhan telah terpenuhi. Motivasi merupakan
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pernyataan tersebut
mengandung tiga pengertian, yaitu bahwa : (1) motivasi mengawali terjadinya
perubahan energi pada diri setiap individu manusia, (2) motivasi ditandai
dengan rasa (feeling), afeksi seseorang, dan emosi yang dapat menentukan
tingkah laku manusia, dan (3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan
(Sardiman, 2001:72)
Cofer
and Apply (1967) dalam Arya (2004:51) mengatakan bahwa ada enam aspek yang
berhubungan dengan motivasi sebagai prilaku khusus, yaitu : (1) sukses, (2)
gagal, (3) nilai positif sukses, (4) nilai negatif gagal, (5) motivasi belajar,
(6) motivasi untuk menghindari kegagalan. Dari kutipan tersebut tampak bahwa
motivasi belajar merupakan salah satu aspek yang berhubungan dengan motivasi
sebagai prilaku khusus. Murray (dalam Arya, 2004:50) memberikan deskripsi
tentang kecenderungan-kecenderungan sikap individu yang memiliki motivasi
belajar tinggi, yaitu sebagai berikut :
a. memiliki dorongan yang kuat untuk menyelesaikan
tugas yang sulit,
b. memiliki dorongan untuk menguasai dan
mengorganisir benda, orang, dan gagasan,
c. ingin mengerjakan sesuatu secepat dan semandiri
mungkin,
d. ingin memperoleh pengakuan dari orang lain atas
hasilnya dan atas segala usahanya.
Menurut Slavin (1995) motivasi belajar
adalah upaya keras yang dilakukan secara terus menerus untuk mencapai suatu
tujuan. Lebih lanjut Slavin (1995) menyatakan bahwa siswa yang mempunyai
motivasi belajar yang kuat cenderung bertahan lebih lama menyelesaikan suatu
tugas dibandingkan dengan siswa yang kurang memiliki motivasi belajar. Kalaupun
mereka gagal, mereka akan menghubungkan kegagalan tersebut dengan kurangnya usaha.
McClelland menyimpulkan dari
penelitiannya bahwa motivasi belajar merupakan faktor penting yang menentukan
tingkat pertumbuhan masyarakat. Ia menemukan tiga karakteristik umum dari orang
yang memiliki motivasi belajar, yaitu : (1) kepiawaian menetapkan tujuan
personal yang tinggi tetapi secara rasional dapat dicapai, (2) lebih komit
terhadap kepuasan belajar secara personal dari dalam daripada iming-iming
hadiah dari luar, dan (3) keinginan akan umpan balik dari pekerjaannya
(McClelland, 1999 dalam Arya, 2004:52).
Pada
dasarnya siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi sangat besar harapannya
untuk meraih sukses dan tidak banyak pikirannya dihantui oleh perasaan-perasaan
gagal, dan mereka umumnya memiliki harapan untuk sukses lebih besar serta
memiliki semangat kompetisi yang lebih positif dan terarah. Bagi seseorang yang
memiliki motivasi belajar tinggi juga tampak melalui usaha-usahanya untuk
menghindari kegagalan yang menghadangnya. Adapun bentuk usaha-usaha tersebut
seperti : belajar dengan rajin, selalu mengerjakan tugas tepat waktu, dan tidak
mudah menyerah dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan.
McClelland (1976) dalam Yuniati (2003:43) menyatakan
bahwa motivasi belajar mempunyai dua aspek yaitu : pertama mencirikan ketahanan
dan suatu kekuatan akan kegagalan, dan kedua meningkatkan usaha keras yang
berguna dan mengharapkan akan kebelajaran. Sedangkan Traves (1982) dalam
Yuniati (2003:43) mengatakan bahwa ada dua kata yang penting dalam motivasi
belajar yaitu mengharapkan sukses dan takut akan kegagalan.
Dari
uraian tersebut motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
suatu dorongan dari dalam diri siswa untuk meraih sukses dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya dan bertujuan untuk memperoleh kebelajaran dalam kompetisi.
Untuk mencapai kebelajaran dalam kompetisi atau pengakuan keunggulan dari siswa
lain dapat dilakukan dengan rajin belajar, mempunyai harapan untuk sukses dalam
segala tindakan, dan berusaha dengan sekuat tenaga menghindari segala bentuk
kegagalan yang menghadang. Dari uraian tersebut, diperoleh tiga dimensi untuk
mengukur motivasi belajar, yaitu : (1) motivasi belajar, (2) harapan sukses,
dan (3) penghindaran kegagalan.
5.
Prestasi
belajar IPA
Prestasi belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes. Menurut Muryati (2001:18), Prestasi adalah hasil dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan. Prstasi belajar merupakan suatu hal yang sangat komplek, karena prestasi belajar merupakan hasil olahan suatu masukan yang dalam hal ini adalah siswa baru yang memasuki suatu sekolah menjadi luaran yaitu siswa yang telah mampu menyelesaikan tugas yang diberikan (lulus).
Menurut Bloom prestasi belajar
merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu:
kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendapat lain mengemukakan bahwa prestasi
belajar mencerminkan sejauh mana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan pada setiap bidang studi. Dari definisi-definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur
dan berwujud penguasaan ilmu pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang dicapai
oleh siswa sebagai hasil dari proses belajar.
6.
Kerangka
Berpikir
Semua guru berupaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya dengan
melakukan tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran
adalah salah satu contoh dari tindakan tersebut. Dalam penelitian ini dicobakan
suatu penerpan model pembelajaran PBL yaitu model pembelajaran pemberian pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi yang akan dibahas kepada siswa untuk
dipecahkan dan yang memfasilitator adalah gurunya. Model ini juga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa dalam
mengembangkan rasa kerjasama dan tanggung jawab dan diharapkan dapat
menumbuhkan motivasi belajar di dalam diri siswa. Dari paparan ini dapat diduga
bahwa pernerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan prestasi belajar IPA dan motivasi belajar siswa.
F.
Metode penelitian
(a) Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang akan
dilaksanakan ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas. Dalam
pelaksanaan tindakan digunakan Pendekatan Lingkungan dalam pembelajaran IPA.
(b) Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-D SMP
Negeri 1 Abang tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 373 orang. Alasan pengambilan subyek penelitian ini
karena prestasi belajar siswa masih rendah dan motivasi siswa dalam pembelajaran
IPA masih rendah. Obyek dari penelitian ini adalah : (1) prestasi belajar IPA,
dan (2) motivasi pembelajaran IPA siswa
kelas VIII-D SMP Negeri 1 Abang.
(c) Rancangan Penelitian dan Pelaksanaan Tindakan
Penilaian tindakan ini terdiri dari dua siklus dengan masing-masing
siklus terdiri dari tahapan-tahapan. Siklus dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
|
- Perencanaan Tindakan I
- Pelaksanaan Tindakan I
- Observasi dan evaluasi I
- Refleksi I
G. Instrumen
Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri
atas.
1. Data prestasi belajar IPA. Data ini dikumpulkan
dengan menggunakan tes prestasi belajar IPA. Tes ini dalam bentuk soal essay.
2. Data motivasi belajar, untuk mengetahui motivasi
belajar siswa digunakan kuisioner
motivasi belajar yang telah dimodifikasi dan diadaptasi dari tes yang dibuat
Robinson, yang meliputi tiga aspek yakni : motivasi belajar, harapan sukses,
dan penghindaran kegagalan. Instrumen ini menggunakan skala Likert yang terdiri
dari lima pilihan jawaban yaitu : hampir selalu (HS), sering (SR),
kadang-kadang (KK), jarang (JR), dan tidak pernah (TP). Untuk pernyataan yang
positif, masing-masing pilihan pada setiap item diberi skor yaitu : HS = 5 ; SR
= 4 ; KK = 3 ; JR = 2 ; TP = 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif cara memberikan skor adalah kebalikannya dari
pertanyaan positif yaitu : HS = 1 ; SR = 2 ; KK = 3 ; JR = 4 ; TP = 5.
(h) Teknik Analisis Data dan Kriteria
Keberhasilan
(1) Data Prestasi belajar IPA
Prestasi belajar IPA dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menentukan
nilai rata-rata prestasi belajar IPA (mean) dengan rumus :
Keterangan:
M = Rata-rata penguasaan konsep
X = Nilai tes
prestasi belajar siswa
N = Banyaknya siswa
Kualifikasi prestasi belajar IPA
ditentukan dengan kriteria berikut.
Tabel
4. Kreteria Prestasi Belajar
Skor |
Kriteria |
85
≤ M ≤
100 |
Sangat Baik |
70
≤ M <
85 |
Baik |
55
≤ M < 70 |
Cukup |
40
≤ M < 55 |
Kurang |
0
≤ M < 40 |
Sangat Kurang |
Kriteria keberhasilan nilai rata-rata
prestasi belajar IPA kelas sekurang-kurangnya 65 sesuai dengan tuntutan kurikulum
serta daya serap dan ketuntasan belajar siswa
dengan rumus sebagai berikut.
DS = M x 10%
KB =
Keterangan :
DS =
Daya Serap
M =
Nilai rata-rata penguasaan konsep
KB = Ketuntasan Belajar
N =
Banyaknya Siswa
Daya serap dan ketuntasan
belajar yang dicapai diharapkan memenuhi tuntutan kurikulum yaitu Daya Serap
(DS) ³ 70% dan
Ketuntasan Belajar (KB) ³ 85% (Depdikbud, 1993).
2) Data Motivasi Belajar Siswa
Analisis terhadap motivasi belajar siswa dilakukan secara deskriptif kualitatif. Kriteria penggolongan motivasi disusun berdasarkan mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI). Rumus MI dan SDI adalah :
MI = ½ (skor tertinggi ideal +
skor terendah ideal)
SDI = 1/6 (skor tertinggi ideal
– skor terendah ideal)
Motivasi
belajar siswa ditentukan dengan menghitung rata-rata motivasi belajar siswa
untuk kemudian dikategorikan dengan pedoman berikut.
Tabel
3.2 Kreteria Penilaian Motivasi Belajar
Skor |
Kriteria |
|
Sangat Tinggi |
MI + 0,5 SDI £ |
Tinggi |
MI – 0,5 SDI £ |
Sedang |
MI – 1,5 SDI £ |
Rendah |
|
Sangat rendah |
Untuk skor rata-rata
motivasi belajar siswa digunakan rumus :
Keterangan
:
X = skor motivasi belajar siswa
N =
banyaknya siswa
Kriteria
keberhasilan motivasi belajar siswa berhasil bila motivasi belajar siswa
berada pada kriteria tinggi
Daftar Pustaka
Ali, Muhammad. 1992. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung :
Sinar
Baru
Anonim,
1997. Peningkatan Motivasi Siswa untuk Belajar. Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah : Depdikbud
Anonim, 2002. Kurikulum & Hasil
Belajar, Rumpun Pelajaran Sains, Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Arikunto, S. 1991. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Carin, A. 1993. Teaching Modern Science. New York:
Macmillan Publishing
Company.
Dahar, Ratna Wilis.1989.Teori-teori
Belajar. Jakarta:Erlangga.
Degeng, I Nyoman.1989.Ilmu Pelajaran
Taksonomi Variabel.Jakarta.Depdikbud.
Depdiknas. 2004. Pedoman Khusus
Pegembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran
IPA. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2004. Pedoman Khusus
Pegembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama Mata
Pelajaran IPA. Jakarta: Depdiknas
Ibrahim, M., Fida R., Nur, M. dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa Press.
Kartawan, I Made Arya. 2004. Pengaruh
Metode Pembelajaran dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi belajar IPA (Studi
Eksperimentasi pada Siswa SMU N di Kota Singaraja). Tesis (Tidak
Diterbitkan). Singaraja :IKIP
Nasution.1982.Didaktik
Asa-asas Belajar-Mengajar. Bandung: Andira
Nurkancana,
Sunartana. 1991. Evaluasi Prestasi
belajar. Surabaya: Usaha Nasional
Saifuddin Azwar. 1996. Pengantar Psikologi Intelegensi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Megajar.
Bandung: Sinar Baru
Sudjana, N dan Ibrahim 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung Sinar Baru.
Suparno, Suhaenah. 2001. Membangun
Kompetensi Belajar. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas.
Surya, Moh. 1997. Prinsip-Prinsip
Motivasi dalam Belajar. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah :
Depdikbud
Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rodakarya.
Yuniati, Ni Nyoman. 2003.
Efektivitas Model Pembelajaran Terhadap Prestasi belajar IPA Ditinjau dari
Motivasi Belajar (Eksperimen di SMU Negeri 1 Denpasar). Tesis (Tidak
Diterbitkan). Singaraja : IKIP
JADWAL KEGIATAN
Jadwal Penelitian ini adalah sebagai berikut:
No |
|
Agustus |
September |
Oktober |
November |
||||||||||||
Kegiatan |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
|
1 |
Reflesi awal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
Persiapan Penyusunan Proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
Pelaksanaan penelitian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4 |
Pengolahan Data |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
Penyusunan laporan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BIAYA PENELITIAN
|
||
1
|
Pengadaan modul 30 hal x40, @ Rp. 200 |
= Rp.
240.000 |
2. |
Pembelian 3 rim kertas HVS F4 Sidu, 70 gr, @ Rp. 50.000 |
= Rp.
150.000 |
3. |
Penggandaan,
dan penjilidan |
= Rp.
110.000 |
|
|
|
|
Sub Total |
= Rp.
500.000 |
KUISIONER MOTIVASI SISWA
I. Petunjuk
Di bawah ini terdapat pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan motivasi belajar anda.
- Berilah
tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan keyakinan dan
pilihan anda.
- Anda
menulis identitas anda pada kolom yang disediakan.
- Berilah
tanda silang (X) pada lembar jawaban yang tersedia dengan alternatif
jawaban yang anda pilih.
A B C D E
Dimana:
A
= Hampir Selalu (HS) B =
Sering (SR)
C
= Kadang-kadang (KK) D
= Jarang (JR)
E
= Tidak Pernah (TP)
4. Atas kesediaan anda untuk menjawab/mengisi
kuisioner ini kami ucapkan terima kasih.
No |
PERTANYAAN |
A |
B |
C |
D |
E |
1 |
Dalam belajar IPA saya mengungkapkan gagasan-gagasan yang berkaitan
dengan topik yang dibahas. |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
2 |
Gagasan yang saya kemukakan diperhatikan oleh guru walaupun gagasan
tersebut salah |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
3 |
Saya mengerjakan soal-soal pada buku lebih dulu meskipun tidak diberitahu
guru. |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
4 |
Dalam belajar IPA saya lakukan dengan diskusi kelompok |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
5 |
Saya selalu memperhatikan penjelasan guru dalam belajar IPA |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
6 |
Saya mengajukan pertanyaan bila ada hal yang belum jelas kepada guru |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
7 |
Saya
bertanya pada rekan-rekannya yang lebih mampu tentang belajar IPA |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
8 |
Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan sebaik-baiknya |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
9 |
Saya mencari sumber pustaka yang lain di perpustakaan atau toko buku tentang pembelajaran IPA |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
10 |
Saya
mencatat ringkasan atau rangkuman yang diberikan oleh guru |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
11 |
Saya tetap belajar IPA meskipun tidak ada ulangan |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
12 |
Dalam ulangan saya bekerja sendiri untuk
mengukur kemampuan saya |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
13 |
Saya terdorong untuk membaca materi pelajaran IPA sebelum pelajaran
dimulai |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
14 |
Saya terdorong untuk belajar bersama membahas permasalahan atau tugas
yang diberikan |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
15 |
Saya terdorong terlibat secara aktif dalam pembelajaran IPA |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
16 |
Saya mengerjakan soal dengan menjawab soal yang termudah dulu |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
17 |
Saya termotivasi belajar IPA yang
sudah pernah diajarkan |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
18 |
Saya termotivasi untuk terus dapat
mengikuti materi pelajaran materi IPA. |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
19 |
Saya termotivasi belajar IPA karena sangat berguna untuk masa depan |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
20 |
Saya tertarik dengan pelajaran IPA |
HS |
SR |
KK |
JR |
TP |
0 komentar:
Posting Komentar